Beberapa bulan Satria mengikuti eskul taekwondo, sepertinya ada satu wanita berjilbab yang Ia rasa memang baik perilakunya dan ia pun menyukai sifatnya. Satria sering sekali mengajaknya mengobrol. ditambah, tanpa disadari ternyata wanita itu adalah teman sekelasnya yang dari hari ke hari kursi duduknya selalu tepat di depan tempat duduk Satria. Wali kelas mereka memang sering meroling-roling tempat duduk sesuai udel dia aja. Namun anehnya, wanita itu selalu duduk tepat di depan meja Satria. Bagi Satria, dia adalah cewek terjutek yang pernah ditemuinya saat itu. Satria tak pernah tau apa alasan ia selalu diam atau hanya menjawab Singkat setiap kali diajak mengobrol. Tapi, disitulah Satria makin penasaran dibuatnya.
Suatu saat Satria memberanikan diri untuk menembak wanita tersebut setelah ia berhasil mendapatkan kontak line miliknya. Satria pun kenbaki dengan lugu menyatakan cinta kepadanya. Namun, tembakan pertama Satria langsung di tolak mentah-mentah. Selang beberapa hari, Satria pun menceritakan hal tersebut kepada Abyan di Kantin. Abyan sungguh terkejut, saat itu juga ia langsung bertanya, "cewek yang mana?". Ketika itu kebetulan Wanita yang dimaksud Satria sedang duduk di kantin, ia hanya berjarak sekitar 5 meter dari posisi Satria. Satria pun menunjuk wanita tersebut dengan jarinya dan Abyan pun langsung menoleh kearah Wanita tersebut. Ketika melihat wanita yang di tunjuk Satria, ia pun sempat terkejut dan spontan berkata,
"Ha!? dia!? Yakin!? Dia udah nolife gitu, pendek, gak menarik
juga, gabanget dehh."
Mendengar perkataan Abyan, Satria hanya bisa diam. Nampaknya Satria cukup sakit hati ketika Abyan berkata seperti itu. Namun Perkataan Abyan nampaknya tak membuat Satria menyerah. Dengan pendekatan yang lebih berbeda, satria pun mulai timbul rasa percaya diri dari dirinya untuk menyatakan cinta kepada Wanita tersebut yang kedua kalinya. Tapi, Lagi-lagi penolakan yang Satria terima. Wanita itu hanya berkata kepadanya demikian, "kita temenan aja ya sat" seraya tersenyum.
Penolakan yang Satria terima nampaknya sempat membuatnya frustasi dan sedih. Namun, hal tersebut nampaknya membuat Satria makin penasaran dibuatnya.
Hari terus berlalu begitu cepat, Satria dan Abyan pun beranjak naik kelas sembilan. Di kelas sembilan inilah ia bertemu dengan kawan sekelas Abyan, yaitu Thomas dan Maskur. Disinilah persahabatan mereka pun dimulai.
"Bro, nama lu siapa?" Tanya Thomas.
"Nama gue Satria."
"Ohh oke, salam kenal ya." Ujar Thomas.
"Ohiya, salam kenal juga."
"Ohiya ini kenalin, Maskur namanya. Kur! kenalan asu sama Satria!" Ujar Thomas.
Maskur tersenyum.
"Ehehehe iya-iya. Kenalin, gue Maskur, temennya Abyan sama Thomas."
"Iya, gue satria."
Selepas bersalaman, mereka pun mengobrol dan saling bertukar cerita. Saat itu Abyan sedang pergi membeli beberapa cemilan untuk di makan bersama-sama. Hari itu mereka berempat berkumpul di rumah Abyan untuk belajar kelompok. Namun, ujung-ujungnya jadi main kelompok lebih tepatnya. Hari itu adalah hari pertama Maskur, Abyan, Satria dan Thomas bertemu dan berkenalan. Kita pun menamakan grup pertemanan kita dengan nama 'MAST'. sejak saat itu, MAST sudah seperti keluarga kedua yang Satria anggap lebih dari sekedar teman
main ataupun teman mengobrol. Hidup bahagia bersama mereka jadi salah satu tujuan hidup Satria sekarang, apalagi mampu melihat mereka tersenyum, tertawa bersama hingga sengakak-ngakaknya merupakan hal terindah yang mungkin bisa Satria dapatkan tiap kali ia berkumpul bersama MAST.
Tanggal 15 bulan november 2016, Satria pun kembali menyatakan cintanya secara langsung sepulang sekolah kepada Wanita tersebut. ini yang ketiga kali dan mungkin yang terakhir. Entah, saat itu hanya keluar beberapa kata dari bibir Satria secara langsung tepat di depan Wanita itu. Namanya Amira, yap, Wanita yang mampu membuat seorang Satria Jatuh hati. Setelah Satria berkata beberapa kata kepada Amira, Amira pun menjawab Seraya menatap mata Satria dan bertanya,
"lo mau di terima?"
Dengan reflek Satria pun mengangguk, lalu Amira pun kembali berkata, "yaudah!". Spontan, bibir Satria pun bertanya dengan nada tinggi,
"serius Mir, lo nerima gue?"
Amira pun mengangguk malu-malu. Dengan cepat ia pun membalikan badan dan segera bergegas pulang tanpa ada kata-kata apapun lagi dari bibirnya. Sejak hari itu, Satria dan Amira pun resmi berpacaran.
Sebulan pertama berpacaran, Amira masih sangat jutek kepada Satria. Bahkan Ketika di chat, Amira hanya bisa ngomong seperlu dan seadanya tanpa ada basa basi dan topik lain yang bisa dibicarakan. Selalu saja Satria yang mencari topik obrolan. Namun, itu bukan masalah bagi Satria yang rasanya sudah sangat menyayangi Amira. Semakin hari Amira seperti semakin nyaman dengan satria, meskipun ia pernah jujur kepada Satria jikalau hari ketiga ia sempat ingin memutuskan hubungannya karna ia tak tahu apa saja yang harus dia lakuin ketika pacaran. Namun terlepas dari itu, Satria masih tetap bersabar dan semangat untuk mempertahankan hubungannya dengan Amira. Bulan kedua dan ketiga Amira mulai lebih menunjukan itikad baik untuk mengobrol dengan Satria di chat, meskipun ketika bertemu ia masih suka berdiam diri dengan alasan bahwasannya Amira malu jikalau harus mengobrol langsung di sekolah.
Kepercayaan yang Amira buat terhadap Satria nampaknya sudah cukup mampu membuat Amira bisa bercerita lebih tentang dirinya. Disitu Amira pun mulai bercerita tentang keluarganya yang sedang ditempa masalah. Hal itu cukup membuat sebuah ruang kosong di fikiran Amira dimana ia seringkali tak mampu mengendalikan emosinya. suatu ketika, Satria pyn berinisatif berkunjung kerumah Amira untuk mengantarkan makanan. Saat itu waktu sudah menunjukan pukul lima sore, matahari pun sudah mulai bergeser dari ujung kepala dan mulai berwarna jingga. Satria sungguh tak sabar melihat respon Amira ketika menerima makanan yang ia belikan. Sesampainya Satria di Rumah Amira, ia justru mendapati suasana sunyi saat itu. beberapa kali ketokan pintu tak di hiraukan siapapun dari dalam rumah. Satria pun berfikir tak ada orang di rumah, Namun ketika Satria hendak beranjak, ia mendengar suara wanita menangis dari dalam. Satria pun langsung mencoba membuka pintu yang ternyata memang tak dikunci. Setelah menelaah suara tangisan tersebut, Satria pun tiba di salah satu kamar. Ia melihat Amira sedang menangis dengan kondisi tangan kiri penuh sayatan cutter. Sayatan itu sedikit lagi hampir mengenai nadinya. Melihat hal tersebut Satria pun sempat syok sejenak. Namun, dengan segera ia menarik cutter dari tangan kanan Amira yang sudah penuh dengan darah. Satria pun dengan perlahan membersihkan luka Amira dan memberinya Obat seraya menanyakan alasan mengapa ia melakukan hal tersebut.
"Ada apa Mir? Kenapa? Boleh aku tau?"
Amira sempat diam sejenak. Namun akhirnya ia pun menceritakan semua masalahnya, mulai dari keluarganya yang down, tantenya yang jahat dan banyak sekali. Saat itu Satria hanya bisa membantu dengan Menyemangati Amira serta membantu meyakininya jikalau suatu saat, semua akan baik-baik saja. Setelah beberapa menit Satria berbicara dan menasehati Amira, Ia pun nampak lebih tenang. Amira sungguh mendengarkan perkataan Satria dan berjanji akwn mencoba untuk mengevaluasi diri.
Kelas sembilan SMP menjadi moment yang paling indah untuk Satria dan Amira. Setelah beberapa bulan berlalu, akhirnya mereka bisa beradaptasi dan menjadi pasangan
seperti pada umumnya. Amira makin hari makin manis, Tampilanya pun berubah total. Saat itu stress sudah tak membayanginya lagi. Sepulang sekolah pun ia justru lebih memilih bermain dengan Satria dan teman-temannya yang lebih mampu membuat dirinya tertawa lepas ketimbang harus pulang kerumahnya yang justru akan membuat fikirannya stress karna permasalah -permasalahan yang tak kunjung usai. Kebahagiaan yang sama juga dirasakan oleh Abyan, saat itu Abyan juga sedang naksir dengan seorang wanita yang juga teman satu kelas Satria, Namanya Natasha. Dia orangnya lucu, tingkahnya polos, imut, cantik, baik, tapi galak banget kalau udah marah. Bagi Abyan, nampaknya akan sulit untuk mendapatkan Natasha karna ia adalah mantan pacar seorang adik kelas yang namanya cukup famous di SMP saat itu. Di waktu yang bersamaan dengan Abyan, maskur pun sedang mencoba PDKT dengan seorang wanita yang sangat amat sulit di taklukkan olehnya. Di dalam moment yang sama inilah, Satria memiliki usul untuk membuat grup chat di whatsapp yang anggotanya berisi dirinya, Abyan, Natasha, Thomas, Tiara (Pacar thomas), Maskur, Alya (gebetan Maskur), serta Amira. Niat Satria saat itu adalah supaya mereka semua bisa lebih saling mengenal dan makin mudah untuk menjadi akrab. Tujuan sederhana yang dimaksudkan Satria nampaknya berubah jadi takdir yang melebihi ekspetasi Satria sebelumnya, dimana mereka justru lebih dari sekedar teman, namun juga sahabat. Grup tersebut pun di beri nama
"MANGKOT" yang merupakan singkatan dari 'mabok angkot', yaitu kejadian memalukan saat Satria muntah ketika menaiki angkot sepulang sekolah.
Mangkot pun jadi bagian dari cerita hidup Satria. Mereka lebih dari sekedar teman ngobrol, teman main, tetapi mereka juga menjadi teman curhat sekaligus teman yang benar-benar ada disaat Satria sedang susah. Setelah beberapa bulan sejak Mangkot di buat, Abyan dan Maskur pun berhasil mendapatkan wanita yang mereka incar. Untuk saat itu, "MANGKOT" menjadi grup yang isinya tak selalu tentang pacaran. Mangkot tumbuh dan berkembang menjadi grup pertemanan yang tak pernah disangka sangka sebelumnya. Mereka yang ada di dalamnya menjadi pengaruh kebahagiaan dalam hidup Satria. Ia semakin bersyukur bisa kenal dengan mereka. Disisi lain, Amira pun bahagia dapat menemukan sahabat baru, dan ia pun berhasil Menemukan banyak keseruan yang sebelumnya belum pernah ia rasakan. Satria pun ikut bahagia, betapa beruntungnya ia, disamping dia memiliki Amira, ia juga punya Mangkot dan Mast yang selalu sedia ada tak hanya untuk menghibur dirinya, tapi juga untuk orang yang disayangnya, yaitu Amira.
Perasaan Amira semakin hari pun semakin tumbuh, Sama seperti Satria. Ia merasa, inilah cinta yang sesungguhnya. Meskipun Amira masih sering minder setiap kali nge- date dengan alasan fisiknya yang
tak secantik orang-orang, ataupun fisiknya yang tak secantik mantan Satria yaitu Mutia, tapi Satria tak bosan bosannya berkata dengan halus bahwasannya fisik bukanlah yang ia cari dari Amira, tapi sifatnya, sikapnya, dan sayangnya yang tulus. Satria masih belum tau seberapa dalam Amira bisa memahami kata-katanya itu, namun di sisi lain hubungannya dengan Amira sekarang semakin harmonis, dimana rasanya ingin Satria setiap hari bertemu Amira, menatapnya, menyapanya, lalu berkata kepadanya,
"Aku sayang kamu".
"End of this part"