Chereads / Hujan Di Planet Mars / Chapter 6 - Awal Mula Dean

Chapter 6 - Awal Mula Dean

"Kenapa nangis?" Tanya Dean.

"Engga kok, gak papa, cuma tadi ngucek mata hehe." Jawab Amira.

"Ngucek mata, apa nyolok mata sampe merah gitu!?"

Amira terdiam, beberapa saat kemudian Dean menghampiri Amira lebih dekat. Kini, mereka duduk berhadap-hadapan diwaktu jam istirahat sekolah.

"Cerita mungkin? Gue bukan pendengar yang baik sih, gue juga bukan motivator. Tapi, gue bakal dengerin lu kok." Ujar Dean.

Amira pun mulai menceritakan alasan mengapa ia menangis. Tidak semua, tapi perlahan. Amira nampak lebih nyaman dan lega setelah memilih untuk bercerita tentang masalahnya dengan Satria.

°°°

Di sekolah, Amira tak memiliki teman, sampai suatu ketika ia duduk semeja bersama seorang pria. Amira sudah berusaha pindah, namun apa daya, wali kelas yang memintanya duduk bersama pria tersebut. Dean namanya, Ia adalah pria yang agamis, baik, jago olahraga dan bisa dibilang berkecukupan. Satria saat itu belum Mengetahui bahwa Amira duduk dengan Pria, Amira pun tak pernah Memberi tahu Satria, mungkin karna dia tau jikalau Satria pasti akan marah. Ternyata, Dean adalah pria yang enak untuk diajak curhat, Amira cukup nyaman duduk semeja bersamanya. Hari-hari Amira yang rusak karna Satria, bisa nampaknya dengan cepat di perbaiki oleh Dean. Pertemanan Amira dan Dean tak diketahui Satria hingga mereka naik ke kelas sebelas SMA. Disisi lain, Satria sudah mulai perlahan lebih sadar jikalau memang tampaknya takdir hidup inilah yang harus ia terima. Satria juga mulai sadar kalau apa yang ia lakuin kepada Amira itu memang salah. Satria mulai berusaha untuk mengembalikan rasa sayang Amira kepadanya. Ia mulai membebaskan Amira sedikit demi sedikit. Biasanya Amira tak pernah dibolehkan untuk pergi-pergi dengan temannya, gak boleh pulang malem, dan gak boleh pulang naik angkot. Tapi, selepas Satria mulai sadar, ia hanya menitip pesan kepada Amira,

"kamu bebas Mir, kamu boleh pergi kemana aja yang kamu mau. Aku Cuma minta satu, tolong kabarin aku, kasih tau kalau kamu main kemana, naik apa dan sama siapa. Cuma itu

kok."

Pernyataan Satria tersebut di sambut baik oleh Amira. Semenjak itu, Amira perlahan berubah menjadi wanita yang asik, crazy, dan sedikit bar-bar. Satria selalu tersenyum tiap kali mengingat tingkah lakunya, baik di sekolah ataupun di rumah, Baik bersama teman-teman, ataupun ketika ia berada persis didepannya. Sorot mata Amira yang dulu, perlahan mulai kembali. Kini, Dirinya lebih bahagia. Kebahagiaan bertambah ketika mereka berdua merayakan Anniversery yang kedua. Setahun sebelumnya, Satria mengajak Amira berkunjung ke Taman Mini Indonesia Indah, untuk hanya sekedar bermain sekaligus merayakan moment anniversery yang pertama kali. Disitulah pertama kali mereka membuat vlog pribadi. Berulang ulang Satria selalu menyetel video itu, seperti tiada habisnya ia tersenyum, tertawa ataupun menangis dibuatnya. Percayalah, rasanya indah saat itu meskipun masih beberapa kali Satria memarahi Amira karna tak mengabarinya sebelum ia pergi. Amira nampaknya masih belum nyaman dengan peraturan yang Satria buat. Disisi lain, Satria menganggap peraturan yang dibuatnya itu adalah hal yang wajar, karna memang Satria juga wajib tahu keberadaan Amira.

Dunia terus berputar, hari pun terus berganti. Satria sudah menetapkan Amira sebagai tujuan hidupnya. Setiap kali melihat Amira, rasanya memang tuhan sudah menciptakan Ia untuk menemani Satria dan mengajarinya banyak hal yang sebelumnya tak pernah ia tau. Disaat beberapa orang pergi dari Satria, hanya karna kondisi ekonominya yang jauh berbeda dari dulu, namun disini selalu ada Amira yang masih stay ketika Satria merasa tak punya apa-apa lagi sebagai alasan untuk tetap hidup di dunia ini. Satu kata yang selalu diucap Amira ketika Satria curhat tentang kondisinya ialah,

"semua akan baik-baik aja, percaya semua ini ada alasannya. Ada aku disini, aku gak akan kemana mana, and i'm is your morfin."

setiap kali Amira berkata demikian, keyakinan Satria akan hal yang Amira ucap semakin bertambah. Satria seperti merasakan ketulusan dan cinta yang mengalir disetiap huruf dan kata yang diucap oleh Amira. Dirinya seperti malaikat yang dikirim Tuhan ketika Tuhan itu sendiri yang memberikan cobaan kepada Satria. Satria pun perlahan kembali sadar atas apapun hal buruk yang ia perbuat kepada Amira selama kurang lebih satu tahun. Ya, satu tahun, waktu yang cukup untuk membuat setiap wanita kecewa. Sejak saat itu juga, di setiap perdebatan, Satria hanya bisa meminta maaf atas apapun keburukan yang ia lakukan dulu. Satria sadar, sering kali Ia mengecewakan Amira. Disisi lain, Amira juga memang beberapa kali mengecewakan Satria, tapi ia nampaknya memang sudah terlalu mencintai Amira hingga Ia tak akan pernah mampu mengakhiri hubungan dengan Amira untuk kedua kalinya. pernah ketika di suatu moment perkelahian mereka, Satria hanya bisa terdiam dan meminta maaf. Yang keluar dari bibir Satria hanyalah,

"Aku gak akan pernah lagi buat minta putus ke kamu Mir, hati ku sudah aku tetapin kamu. Mungkin kamu harus melakukan dosa besar untuk bikin

aku berfikir buat putusin kamu."

Mendengar ucapan Satria saat itu, Amira hanya diam tak bergeming. Ketika Satria mengatakannya, mereka berdua sedang dalam moment Anniversery yang kedua. Satria memutuskan untuk mengajak Amira jalan-jalan ke kota tua dan museum sekitar jakarta. Kini, perjalanan itulah yang sepertinya Satria tak akan pernah lupakan, sederhana namun berkesan. Bermula dari desak-desakan di kereta, gaptek beli roti bakar di stasiun, ditipu sama tukang jam yang katanya bakal ngasih jam gratis kalau bisa jawab pertanyaan dia, sampai Satria yang di godain banci ketika sedang makan es duren. Satria dan Amira sempat mampir ke Universitas Indonesia ketika dalam perjalanan pulang. Amira mengajak Satria untuk pergi ke perpustakaan UI waktu itu. Namun sayang, perpustakaannya tutup karna sedang dalam proses renovasi. akhirnya, mereka pun memilih untuk rehat sejenak sekaligus makan malam di warung mie ayam di dekat stasiun pondok cina. Waktu yang cukup lama untuk seru-seruan sebagai insan yang saling mencintai. Dari matahari ada di setengah kelopak mata, kemudian perlahan naik tepat diatas kepala, hingga akhirnya matahari pun pamit untuk tenggelam dan kemudian berganti dengan indahnya bintang yang bersinar di kegelapan. Malam itu terasa berbeda ketika Satria dan Amira menembus dinginnya malam bersama. Lampu motor yang dikendarai Satria berhasil menembus kegelapan jalanan yang mungkin bagi beberapa orang adalah suatu yang mencekam. Namun, peluk Amira makin erat, erat, dan semakin erat. Kecemasan berubah jadi kebahagiaan yang mengalir di setiap putaran roda, diiringi suara mesin motor yang cukup untuk memecah kesunyian yang ada. Ketika itu Cinta masih terasa amat besar, senyum Amira di setiap detik seperti sebuah payung teduh yang melindungi Satria dari panasnya dunia luar pada siang hari. Ia juga Seperti lampu sorot yang dengan cepat menerangi Satria dalam kegelapan di malam hari. tak ada niat sedikitpun untuk mengakhiri hari yang indah itu. Setiap kali Satria berkata,

"Aku mau selalu sama kamu, aku gak mau waktu berakhir ketika moment itu terjadi. Aku mau selamanya."

Namun, Amira juga selalu berkata kepada Satria,

"tik tok Sat, tik tok. Waktu terus berjalan, mau gak mau, lambat laun kita akan berevolusi, berubah jadi orang yang beda. Tergantung kamunya, kamu mau berubah jadi yang lebih baik atau berubah jadi yang jahat?"

Setiap kali Amira berkata demikian, Satria hanya diam tak bergeming. Wajahnya seketika lesu, bibirnya pun mulai tertarik tipis membentuk sebuah senyum. Seperti biasa, Satria selalu menjawab perkataan Amira tersebut dan seakan berjanji

"aku pilih jadi baik Mir."

Disitulah setiap kali motivasi Satria terbentuk untuk berubah menjadi manusia yang ia rasa lebih baik dari yang sebelumnya.

Tiga hari berlalu, hari ini adalah hari selasa, 13 Maret 2019. Jam istirahat kali ini dihabiskan oleh Satria dengan melihat kembali foto-foto yang dicetak Amira ketika mereka sedang berkunjung ke museum Bank Indonesia. Satria nampak bahagia setiap kali ia melihat lembar demi lembar foto yang di genggamnya. Namun, disisi lain ada sebuah ruang fikiran yang terselip setiap kali Satria melihat lembaran foto tersebut. Hal itu adalah tentang Amira. Semenjak perayaan anniversery, ada satu hal yang Satria mulai terasa sedikit berubah dari Amira. Ia mulai sering pergi tanpa memberitahu Satria. Ia juga mulai sedikit gak patuh dengan kewajibannya. Amira sering tak mengabari ketika ia pergi kemanapun. Misalnya, Amira tiba-tiba chat Satria dan bilang,

"aku lagi di ITC Sat", atau

" aku lagi di Margo sat, maaf ya" dan seterusnya.

Beberapa kali Satria marah, tapi beberapa kali juga Amira melanggarnya. Perdebatan kecil tentang perubahan Amira pun terus terjadi, hingga puncaknya adalah ketika Amira berangkat Study Tour.

"End of this part"