Minggu, 5 Mei 2019. Satria, Amira, Abyan, Tamara, Thomas, Anita dan Maskur memutuskan untuk mengunjungi Kota tua, Monas dan sekitaran wilayah Jakarta lainnya. Awalnya Satria, Abyan dan Tamara berniat untuk mengerjakan tugas study tour yang harus mereka kerjakan meskipun mereka tak ikut. Namun seketika kunjungan mereka kesana tak hanya semata-mata untuk mengerjakan tugas sekolah setelah Thomas, Maskur, Anita dan Amira memutuskan untuk ikut. Mereka bertujuh menjadikan kunjungan ini sebagai moment untuk merefreshing diri sekaligus ajang mendekatkan diri satu sama lain, terutama untuk Abyan dan Tamara. Mereka berangkat pukul sembilan pagi dan tiba di stasiun jakartakota pukul setengah sebelas. Semua bahagia hari itu, mereka berjalan bersama, bersenda gurau bersama, dan mengobrol bersama. Tempat pertama yang mereka sambangi ialah Musem Bank Indonesia. Mereka nampak excited melihat koleksi daripada Museum tersebut, seperti replika Uang dari berbagai negara, replika emas dan banyak lagi. Abyan dan Tamara sepertinya sangat menikmati moment itu. Disitulah mereka berdua bisa menikmati quality time yang memang sangat amat jarang mereka dapatkan. Tempat terakhir yang Satria dan kawan-kawan kunjungi ialah kawasan Monumen Nasional. Disanalah Amira dan Satria mendapatkan moment mereka berdua setelah lelah berjalan lebih dari lima kilometer dari stasiun Juanda. Disana mereka bergandengan tangan, mengobrol, berfoto, dan menatap langit senja bersama. Amira sungguh manis ketika itu, ia bahkan tiada ingin melepas genggamannya selama ia menatap langit bersama Satria. Satria pun sama, genggamnya semakin erat, perasaannya semakin dalam. Sungguh, hari yang sangat indah bagi mereka berdua. Melihat Amira bahagia seperti itu membuat Satria seakan bangga bisa menjadi pria dan hidup di dunia ini hanya untuk melihatnya tersenyum, baik karna tingkah laku, candaan ataupun kebodohan yang Satria buat. Semua terbungkus rapih dalam satu kata 'Cinta'. Amira yang pendiam, Amira yang sempat broken home karna keluarganya, Amira yang merasa dirinya gak punya siapa-siapa, telah berubah jadi Amira yang Satria harapkan setelah Ia datang dan menemani. Satria tak ingin dikira layaknya superhero yang menyelamatkan Amira dan menemaninya disaat ia merasa sangat amat down karna masalahnya. Satria tak butuh itu, ia sadar dirinya tak sempurna, ia sadar dirinya juga bisa dan pernah menjadi orang yang membuat Amira sangat sedih dan membuatnya kembali merasakan rasanya tak punya siapa-siapa. Satria hanya ingin Amira bisa terus tersenyum dan bahagia. Lalu, suatu saat Amira akan memeluk Satria seerat mungkin dan berkata,
"makasih ya sat, aku sayang sama kamu".
Enam hari berlalu. Sabtu, 11 mei 2019, Satria berkunjung ke rumah Amira untuk meminta bantuan mengerjakan tugas study tournya. Disinilah awal mula Satria dapat mengetahui sesuatu tentang Amira dan Dean. Ketika itu handphone Amira tergeletak di ruang tamu, sedangkan ia sedang mandi di
kamar mandi. Dering handphone Amira saat itu seakan menarik perhatian Satria untuk mengecek. Satria pun mulai mengingat-ingat pasword handphone Amira. Namun, disisi lain ia nampak bimbang untuk mengeceknya karna Amira pernah berkata kalau ia akan sangat marah jika handphonennya di otak atik oleh orang lain, termasuk Satria. Namun hal tersebut justru membuat rasa penasaran dan tanda tanya didalam dirinya semakin besar. Setelah berhasil memasukan pasword yang benar, Satria pun mulai mengecek whatsapp Amira. Ada satu chat yang langsung menjadi pusat perhatiannya, yaitu chat paling atas dengan Kontak bernama 'Bang Dean'. Satria langsung bingung dan merasa ada keganjilan karna ia sebelumnya tak pernah tahu dan tak pernah kenal dengan pria yang bernama Dean. Awalnya Satria mengira kalau itu adalah kakak sepupu Amira. Tapi, ketika Satria melihat isi chatnya, disitulah hati nya hancur. Kebetulan ketika itu ada pesan masuk dari Dean dan Satria pun mulai membacanya. Terlihat bahwa Amira setiap hari selalu mengobrol dengan Dean. Satria menyadarinya ketika ia memperhatikan tanggal dan jam yang tertera di chat. Terlihat juga bahwa Amira cenderung membalas pesan Dean setiap malam, dimana di waktu yang bersamaan Satria dan Amira juga sedang mengobrol setiap malam. Disitu juga terlihat bahwa Dean adalah orang yang cukup lucu dan romantis. Beberapa kali ia gombalin Amira, dan beberapa kali juga Amira selalu menyambut baik gombalannya. Hati Satria pun semakin hancur, Saat itu juga Satria langsung berubah perangainya. Ia berada dalam kebimbangan, diantara berani dan gak berani bertanya kepada Amira tentang Dean. Namun, Satria pun akhirnya nekat untuk menanyakam hal itu. Setidaknya butuh waktu 3 jam baginya untuk bisa berani mulai bertanya.
"Emmm Mir, boleh nanya?" Seraya menyentuh tangan Amira.
"Nanya?, nanya apa!?"
"Kamu, tau yang namanya Dean?"
*Amira terdiam sejenak
"Emmm bilang aja sama aku gapapa, jelasin aja dia siapa" Ujar Satria kembali.
*Amira menarik tangannya dari genggaman Satria.
Ketika itu Satria berekspetasi kalau Amira akan meminta maaf dan berjanji untuk tidak lagi berurusan dengan Dean. Namun, nampaknya hal lain yang ia dapatkan. Amira justru marah dan menyalahkan kelancangan Satria yang membuka handphonenya tanpa izin.
"Kamu kenapa sih cek handphone aku!?" Tanya Amira.
"Emang kenapa sih Mir!? Aku gak bajak kok, aku cuma mau tau kamu ngobrol sama siapa aja!" Jawab Satria.
*Air mata Amira perlahan turun.
"Mir, kamu kok nangis!? Kamu kan tau aku paling gak bisa liat kamu nangis!" Ujar Satria.
"Kamu, kamu tuh kenapa si lancang begitu!? Kamu gak percaya sam aku!? Aku cuma butuh di percaya sat!"
"Aku percaya Mir sama kamu, aku sangat percaya sama kamu. Aku cuma butuh tau dari bibir kamu, siapa itu Dean, dan kenapa dia chat kamu tiap hari!? Kenapa juga dia gombalin kamu!?"
"Dia temen aku sat, udah!? dia cuma temen!" Ujar Amira seraya mengusap air mata dari wajahnya.
"Tapi kenapa harus gombalin kamu!?" Ujar Satria membentak.
*Amira hanya diam. Air matanya semakin mengalir deras ke pipinya.
"A...Aku mau ke kamar sat, kamu lanjutin sendiri bisa kan? sedikit lagi selesai kok. Maafin aku ya gak bisa bantuin tugasmu sampe tuntas." Ujar Amira.
Amira pun berjalan menuju kamarnya, sedangkan Satria mencoba untuk menahan dan mengerjarnya, namun Amira nampak sudah tak ingin melihat Satria lagi di hari itu.
"Hmmm, yaudah deh. I'm so sorry if i'm wrong. Maaf kalau saya lancang. Tolong jangan nangis depan saya, saya belum bisa maafin diri saya sampai kamu berhenti nangis." Ujar Satria seraya berdiri tepat didepan pintu kamar Amira.
Setelah sepuluh menit Satria menunggu di depan pintu kamar dan tak ada respon dari Amira, ia pun akhirnya memutuskan untuk bergegas pulang ke rumah. Rasa marah, kecewa bercampur sedih dirasakan Satria ketika itu. Ia tak tahu kenapa Amira harus menangis ketika ditanya tentang Dean. Satria berfikir mungkin Amira syok dan sangat takut jikalau Satria akan sangat marah.
Sudah sekitar dua hari Amira tak membalas pesan Satria ataupun mengangkat telepon darinya. Satria pun hanya bisa terus menerus meminta maaf dan memohon agar Amira membalas pesannya dan mengangkat teleponnya. Satria merasa seperti orang bodoh karna membuat wanita yang ia sayang menangis seperti itu. Bukan air mata yang ia ingkinkan, Tapi keterangan lengkap dari Amira tentang siapa itu Dean. Terlepas dari rasa bersalahnya, Satria masih terus bertanya-tanya, apa benar Amira tega menghianati hatinya yang sudah ia jaga lebih dari dua tahun.
Setelah dua puluh tiga kali telepon Satria tak di hiraukan, yang ke dua puluh empat jadi telepon keberuntungan untuk Satria karna kali ini Amira mengangkatnya dan bersedia berbicara.
"Halo!!! Halo mir!? Kamu denger aku!?"
"I...iya, aku denger." Jawab Amira dengan suara serak, seperti sesenggukan.
"Loh, kamu masih nangis? Ini udah dua hari loh sejak kejadian itu. Kamu sebenarnya kenapa sih!?"
"Aku, gak papa, aku syok aja."
"Syok!? Mir, aku telepon kamu karna aku mau tau sebenarnya siapa itu Dean!"
*Amira seperti menarik nafas panjang lalu menghembuskannya.
"Hmmm, okey, aku, aku jujur kalau Dean itu sebenarnya teman cowok aku, dan dia sering ngobrol sama aku. Tapi aku sama dia gak ada hubungan apa-apa dan aku juga gak ada rasa apapun sama dia."
"Tapi, kenapa dia gombalin kamu dan kamu nerima aja!? Kenapa ketika ada pria yang gombalin kamu tapi kamu gak bilang ke aku!?"
"Aku, aku takut kamu marah. Aku masih dalam kendali dimana aku sadar kalau aku gak ada rasa sama dia! Dia cuma temen ngobrol aku Sat, tolong percaya sama aku! Aku cuma butuh dipercaya!!!"
*Satria hanya diam, setelah sebelas detik tanpa kata, Satria pun menutup teleponnya dengan Amira.
Malam itu menjadi hari abu-abu bagi Amira dan Satria. Selepas satria menutup telepon nya, tak lama Amira kembali menelepon Satria. Dengan bimbang, Satria pun mengangkat telepon dari Amira.
"Halo."
"Halo. Sat, aku rasa dengan begini masalah kita gak akan selesai. Aku mau to the point sama kamu, sebenarnya kamu mau apa?"
"Aku gak mau apa-apa. Harusnya aku nanya sama kamu, apa yang kamu mau dari aku agar kamu gak usah chat dengan pria itu!?"
*Amira menghela nafas.
"Okeh....oke, aku mau kamu paham, aku mau kamu percaya sama aku. Oke, Aku gak akan ngobrol lagi sama dia kecuali itu penting."
"Hmmm yaudah, bagus deh, aku juga gak mau ada lagi gombalan dari dia. Kalau dia gombalin kamu, aku mau kamu kasih tau ke aku, atau mungkin aku bakalan tau sendiri."
"Hmmm okey."
Obrolan mereka terhenti sampai disitu. Sejak itu, Amira benar-benar menuruti apa yang Satria mau. Ia mulai menjauhi Dean sekaligus tak menanggapi obrolan Dean di whatsapp. Amira benar-benar menjalankan apa yang dia ucap, dan itu merupakan sebuah kabar baik bagi Satria. Satria juga mulai mengembalikan kepercayaannya kepada Amira dan hubungan mereka pun perlahan mulai membaik.
"End of this part"