Chereads / Hujan Di Planet Mars / Chapter 14 - 16 Januari

Chapter 14 - 16 Januari

"Mau lo apain foto ini!?" Tanya Abyan.

*Satria terdiam.

"Gue berharap, lo bisa lupa. Hal kayak gitu yang bikin lo perlahan berubah." Ujar Thomas.

°°°

16 Januari 2020, pagi itu Satria terbangun dari tidurnya seraya mengusap mata dan meregangkan tubuh. Tak lama berselang, nampak sesosok wanita menghampiri Satria dan berkata,

"selamat ulang tahun nak, semoga kamu di beri panjang umur, sehat selalu, dimudahkan jalan mu dan rezeki mu aminnn."

Mendengar ucapan wanita tersebut, Satria langsung bisa menebak kalau itu adalah Ibunya. Ia pun tersenyum sejenak, mencium tangan ibu dan mengaminkan doanya. Satria pun seketika mengecek kalender di handphonenya untuk memastikan. Ternyata benar, hari ini adalah hari kamis, tanggal 16 januari 2020, Hari ulang tahun Satria yang ke tujuh belas. Setelah ia mengecek kalendernya, ia pun dikejutkan dengan notifikasi pesan whatsapp dari Amira. Ia ternyata ingat tentang ulang tahun Satria dan mau mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya. Satria sangat bahagia mengetahui Amira masih ingat dan sudi untuk sekedar mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya. Di sisi lain, Amira memang sudah mengingat-ingat untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepada Satria dari tiga hari yang lalu. Amira sadar, meskipun ia sekarang sudah mencintai orang lain, akan tetapi setidaknya Satria adalah orang yang pertama kali ia cintai, dan banyak kebaikan yang pernah dilakukannya. Tak lama berselang, Maskur, Thomas, Abyan beserta anggota mangkot lainnya pun ikut mengucapkan selamat untuk hari yang istimewa bagi Satria. Beriringan dengan itu, Satria pun bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Hari ini perasaannya berbeda dari hari-hari biasanya. Satria sungguh bahagia, meskipun ia tak mendapatkan hadiah apapun, namun baginya sudah cukup ketika ternyata masih ada yang ingat tentang hari ulang tahunnya.

Jam istirahat pun tiba. Seperti biasanya, Satria hanya diam di kelas dan beristirahat. Ia tak pernah membawa uang jajan sama sekali, itulah kenapa ia sangat jarang nongol di kantin sekolah. Uang yang didapatkannya dari bekerja paruh waktu dan pemberian dari rafi, selalu ia simpan agar bisa di gunakan ketika situasi genting. Misalnya, ketika adik ataupun Ibu harus pergi ke dokter jikalau sedang sakit. Siang itu Satria tak hanya sekedar melamun seperti hari-hari biasanya. Siang itu pandangannya terus tertuju pada secarik kertas pudar berwarna putih ke kuning-kuningan yang dapat dibayangkan seberapa lama kertas itu disimpan hingga berubah warnanya. Acap kali Satria membuka isi kertas tersebut, ia pun selalu tersenyum. Kertas itu merupakan kartu ucapan dari Amira untuk dirinya yang di buat sekitar tiga tahun yang lalu. Terlihat di secarik kertas itu sebuah gambar kue pie yang di hiasi lilin kecil diatasnya, serta tulisan "wish you all the best", yang terletak persis dibawah gambar tersebut. Rasanya Satria tak akan pernah lelah untuk memandang surat itu, bahkan hingga bel tanda istirahat berakhir pun berbunyi. Seisi kelas pun kembali belajar seperti biasa hingga jam menunjukan pukul tiga sore, yap waktu pulang sekolah. Satria pun pulang ke rumah dengan perasaan gembira yang bertambah dikarnakan Fadil, Purnama, Rafi dan beberapa teman lainnya mengingat hari ulang tahunnya dan mengucapkan selamat. Sesampainya di rumah, ia pun mengerjakan semua PR dan tugas-tugas yang diberikan semua guru mata pelajaran. Dikarnakan hari ini Satria sedang senang dan mampu untuk fokus mengerjakan tugas, ia pun mengerjakan tugasnya hingga malam tiba.

Setelah selesai mengerjakan PR nya, Satria pun dikejutkan dengan kehadiran Thomas dan Abyan yang menjemputnya di depan rumah. Ternyata, mereka akan menraktir Satria untuk makan di sebuah cafe di sekitaran Cibubur. Namun, ketika itu Maskur tak bisa ikut dikarnakan ia masih berada di tanggerang untuk keperluan magang. Ia hanya

menitipkan salam dan maaf kepada Satria. Sesampainya di Cafe, Mereka bertiga pun langsung memilih meja paling ujung di area rooftop. Alasannya, mereka akan bisa bebas berteriak dan tertawa ketika ada jokes-jokes yang terlontar.

"bro, gue bulan depan kayaknya udah mulai kerja deh" sahut Thomas membuka pembicaraan.

"Dimana? Di tempat magang?" Tanya Abyan.

"iya, gue di rekrut gitu" jawab Thomas.

"di gaji ga?" Tanya Satria.

"di gaji lah, gila kali. Ya, doain aja moga-moga gajinya lumayan" Jawab Thomas.

"iya, lumayan buat nraktir kita hehe." Ujar Satria.

"iye serah dah"

"Aminnn"

Tawa pun sejenak pecah. Beberapa menit awal obrolan mereka hanya sebatas bercerita tentang hal-hal lucu yang mereka alami selama di sekolah, sampai akhirnya tiba-tiba Thomas bertanya serius kepada Satria.

"apa harapan lu kedepannya?"

"Harapan gue? harapan gue, semoga gue bisa jadi orang kaya biar

gak terus-terusan nyusahin lu pada." Jawab Satria.

"Apa si gobloug" Ujar Abyan.

"gajelas asu, harapan yang sangat aneh" Sahut Thomas.

"Hehe. Ya, gue Cuma mau kalian semua bahagia. Orang-orang yang udah baik sama gue, gue berharap semoga mereka semua bahagia terus dan makin bertambah bahagianya. Kalau untuk gue sendiri, gue harap gue bisa hidup berkecukupan dan bahagia bareng ibu dan adik-adik gue. Gue emang gak punya cita-cita tinggi kayak orang lain, tapi gue harap dengan harapan gue yang rendah itu, tuhan bisa mengerti gue dan sudi buat ngabulinnya." Ucap Satria.

Seketika suasana hening, mereka bertiga terdiam selama beberapa detik. Tak lama, datang pelayan cafe membawa makanan dan minuman pesanan mereka. Mereka bertiga pun langsung melahap makanan yang sudah di pesan. Di sela-sela waktu makan, Abyan pun kembali membuka pembicaraan

"Jadi, gimana? Toko lu jadi di jual? Atau Bokap lu mau cairin dana dan bertahan!?" Tanya Abyan.

"Engga tau cuy, pusing gue mikirnya. Entah, gue Cuma nunggu apa yang takdir bakal bilang nantinya. Di samping itu, gue udah siap atas segala kemungkinan yang mungkin terjadi nantinya."

"Yang sabar ya cuy. Miskin sementara gapapa, masih ada kita - kita kok yang miskin juga hehe." Ujar Thomas.

"hmmm iya, makasih bro. Lu juga sabar ya Rik."

"iya, maksudnya masih ada kita yang bisa ngatain lu miskin ahahahaha"

Ujar Abyan.

Tawa kembali pecah, kali ini cukup lama dan cukup membuat perut Satria dan Abyan sakit. Thomas bahkan hanya bisa menahan tawa karna takut keselek.

"Soal Amira? Masih, lu mau perjuangin?" Tanya Abyan memotong.

"Amira udah punya gebetan. Gue gak ngerti sama perasaan Gue. Gue Cuma pria yang sangat amat sayang sama dia, susah banget buat ilangnya. Jadi, yasudah, yang bisa gue lakuin cuma berusaha jaga dia aja dari jauh, gue sadar kalo hatinya udah gak akan buat gue lagi. Jadi, ya gapapa deh." Jawab Satria.

"Asekk udah ngerti juga dia. Udah, lu bakal dapet yang lebih baik kok" sahut Thomas.

"Kayaknya gue gak akan lagi main-main sama perasaan. Gue juga

kayaknya gak akan nikah, Gue mau bahagiain Ibu sama adik-adik

gue aja" ujar Satria.

"yeee jangan gitu pea, gabener itu" Sahut Abyan.

"Tau nih, kayak gue dong, putus, dapet lagi." Ujar Thomas.

"Iye, elu kan emang kadal. Ohya, nih sat gua mau ngasih sesuatu."

*Abyan membuka dompetnya dan menyerahkan foto Amira yang sempat ia sita dari Satria.

"ini, foto Amira yang gue sita, dan gue janji balikin setelah lo bisa move on. Ohya, mau lo apain nih foto!?"

*Satria terdiam.

"Gue berharap, lo bisa lupa. Hal kayak gitu yang bikin lo perlahan berubah." Ujar Thomas

"Gue rasa kalian bener, gue berubah karna kesedihan gue. Gue fikir, kayaknya foto ini bakalan gue taro sini."

*Satria menaruh foto Amira di meja cafe.

Jam pun sudah menunjukan pukul sembilan lewat tiga belas, mereka bertiga pun memutuskan untuk bergegas pulang. Malam itu pun berlalu, keputusan Satria untuk meninggalkan foto Amira di meja cafe cukup mengejutkan Abyan dan Thomas. Ia mengira Satria akan kembali menyimpannya, dikarnakan mereka tahu jikalau Satria adalah orang yang sentimentil dengan barang kenangan. Disisi lain, keputusan Satria untuk tak menyimpan foto Amira bukan karna ia membenci Amira, namun ia hanya tak ingin larut kembali dalam kesedihan yang sudah membuatnya berubah dan juga telah menyiksa batinnya selama berbulan-bulan. Ia menyayangi Amira, sangat menyanyanginya. Ia sadar ternyata ia masih menjadi pria yang payah, pria yang masih terus mencoba menghilangkan secuil kenangan hanya karna tak ingin larut kembali di dalamnya, namun gagal untuk menghilangkan rasa sayang yang masih ada.

"End of this part"