Persis dua hari sebelum keberangkatan Satria menuju Jambi, ia sempat menulis sebuah surat kepada Amira yang belum sempat ia kirim dan mungkin tak akan pernah terkirim. Isinya adalah sebagai berikut.
"Teruntuk Amira, Aku tak pernah menyesal pernah bertemu denganmu dan berbahagia. Banyak sesuatu yang manusia selalu kejar untuk mendapatkannya, Hal itu pastinya karna suatu keistimewaan. Bagiku, Kau adalah sesuatu keistimewaan, sesuatu yang selalu aku usahakan dan selalu ingin untuk ku raih. Sedangkan aku, bukanlah sesuatu keistimewaan. tapi setidaknya diriku pernah merasa menjadi orang yang istimewa, dan itu adalah karna keistimewaan mu. Kau adalah bagian dari hidupku yang berharga, sama seperti Abyan, Thomas, Maskur, dan banyak lagi. Aku sungguh mencintaimu sehingga aku lupa bahwa orang lain juga bisa mencintaimu dan kau juga bisa mencintainya. Beberapa hari lagi aku harus pindah ke Jambi dan tinggal disana. Rasanya diriku selalu tak kuasa ketika mengingat kenangan bersama denganmu beserta kenangan teman-teman sekolahku dulu. Kini aku tahu rasanya beryukur, yaitu bisa mengenalmu dan semua teman-teman masa sekolah yang pernah menjadi bagian dalam cerita hidup ini. Aku sadar diriku ialah orang yang tak berguna, dan aku minta maaf karna pernah menyusahkanmu. Selepas kau Pergi, kebahagiaan bagiku hanyalah seperti Hujan di Planet Mars. Hal itu tak akan pernah terjadi, meskipun Hujan di Planet Mars memang terjadi, diriku yakin hujan disana tak akan seindah hujan di bumi, dimana setiap suara rintiknya mampu membuatku mengingat akan semua memori dan kenangan bersamamu. Sekali lagi, Jikalau kau butuh tempat kembali, Aku akan selalu ada disini untukmu. karna, Aku akan selalu menjadi Satria yang sama, Satria yang selalu menyayangimu, selamanya."
- Satria Aliando, 29 Juni 2020