"Yah, Kak kok gitu?" Cira terus memaksa Yara untuk menemaninya memakan es krim saat sore hari nanti.
"Gak bisa, Sayang. Lain kali aja yah." Yara berusaha sabar menghadapi tingkah Cira yang menggemaskan tetapi membuat jengkel.
"Is, Kak Rara jahat." Cira meletakkan kedua tangannya di pinggang membelakangi Yara.
"Udah si, Yar. Turutin aja, lagian lo gak ada acara nanti sore kan?" Cira yang mendapat pembelaan dari Runi lantas memutar badan kembali menghadap mereka.
Cira mengeluarkan senjata andalan yaitu puppy ayes. Yara memalingkan wajah agar tak melihat perlakuan haram itu.
"Iyain aja." Senggol Nila yang juga tak suka melihat wajah memelas Cira.
Yara menghela nagas. "Yaudah." pasrahnya
"Pake mobil merah aja," bisik Nala. Yara melirik meminta jawaban. Namun hanya dibalas dengan muka datar seolah itu semua hanya hal biasa.
"Nanti Kak Rara jemput kamu. Kita pulang dulu, kamu bisa kan pulang sendiri?" tanya Nala. Cira mengangguk antusias, pasti Abangnya dan yang lain sudah menunggunya di perkiran.
Mereka sekarang berada di lorong kelas agar tak terlihat siswa maupun siswi walau jam pulang telah berbunyi 15 menit yang lalu.
"Yaudah kalau gitu, Cira duluan yah, Kak. Dada!" ujar Cira sambil berjalan melambaikan tangan pada Nala dan yang lain. Mereka membalasnya dengan senang hati.
"Kamu yakin kasih pinjam mobil kesayangan kamu?" tanya Yara mengingat pesan Nala yang menyuruhnya untuk memakai mobil merah.
Nala mengangguk mengiyakan. "Lo kayaknya suka sama Cira," ujar Nila
"Gak tau, gue berasa seneng aja kalau sama dia." Nala melihat mereka datar.
Runi mengendus menelisik tubuh Nala. "Apa!" Nala melihat Runi tetal datar.
"Lo kenapa bisa baik sama dia?"
"Ingat pesan Nenek," ujar Nala lalu melangkah pergi.
"Oh iya, kan Nenek pernah bilang 'akan ada seorang gadis yang periang menemui kalian dan memberikan kalian kebahagian, bukan dia saja tapi juga orang di sekelilingnya' jadi itu Cira?" tanya Yara.
"Sebagian besar iya, karena apa yang gue rasain itu sama kayak Nala. Seneng kalau dekat Cira, gue kayak sayang banget ama dia," ujar Runi mengiyakan walau tak begitu percaya dengan kenyataan
"Jalanin aja," singkat Nila menepuk bahu kedua adik dan sahabatnya.
"Mereka berdua singkat banget kalau bicara." Yara menatap Nila yang kian menjauhi mereka menyusul Nala.
Runi ikut memandang ke depan yang kini terlihat hanyalah bangunan sekolah. "Itu sebabnya ada kita." Yara mengangguk lalu mereka berdua ikut pergi menyisahkan lorong kelas yang sepi dan sunyi entah berpenghuni atau tidak.
☆☆☆☆☆
"Kamu dari mana? Lama banget!" Tara berkacak pinggang ketika melihat Cira yang baru saja muncul.
"Keknya Abang nungguin Cira 15 menit doang, alay," ujar Cira memutar bola mata malas
"Cepetan!" Cira naik ke atas motor Bagas tanpa menghiraukan ketiga Abangnya.
"Eh gak sopan yah kamu!" Tara berkacak pinggang di hadapan Cira.
Cira melihat malas. "Cira salah apa?" Tara termenung.
"Yah, salim dulu kek. Kita udah nungguin kamu loh ini, masa judes gitu," ujar Tara masih dengan tampang marah yang dibuat-buat.
Cira sama sekali tidak berniat untuk membalas ucapan Tara, saat ini ia ingin cepat pulang tak sabar untuk jalan-jalan bersama Yara.
"Abang cepetan!" Cira menarik jaket Bagas yang menutupi seragamnya.
"Bentaran, kamu tadi yang lama." Entah apa yang dilakukan Bagas dengan jari yang terus menari-nari di atas handphonenya itu.
"Tumben kamu mau cepat pulang, tadi dari mana?" tanya Wara mengintrogasi. "pacaran yah kamu!"
"Apaan sih. Gak!" tegas Cira
Wara memicingkan mata melihat Cira. "Jangan boong." Wara menoel pipi Cira.
"Gak bohong. Kalian kok ngeselin sih!" ujar Cira sedikit membentak.
"Lah, kamu kenapa?" tanya Tara "balik-balik udah marah-marah aja." Lagi-lagi Cira tak membalas Tara.
"Abang cepetan!" Cira kembali menarik-narik jaket Bagas. Namun sang empunya hanya membalas, "hm." membuat Cira mencebik kesal.
Cira turun dari motor Bagas dan menghampiri Buma yang sedari tadi hanya diam memperhatikan.
"Abang gak mau nganterin, Cira?" tanya Cira menarik lemas jaket Buma layaknya anak kecil.
Buma memalingkan wajahnya melihat Cira. "Ayok," ujar Buma melepas jaketnya, memberikan pada Cira kerena rok Cira yang pendek. Tak pendek sekali kok, di bawah lutut, tetapi tetap saja akan terangkat jika menaiki motor.
"Abang Buma the best!!!" ujar Cira sengaja meninggikan suaranya, menyinggung Bagas. Tara menyenggol lengan Bagas karena sang empunya tidak mendengar sindiran Cira, malah terus fokus pada handphone.
"Au ah gelap! Gelap!" teriak Cira lalu melenggang pergi bersama Buma.
"Bang?" Tara kembali menyenggol Bagas. Bagas menaikkan alis. "kenapa?"
"Itu adik lo dah pergi bareng Buma, gue pulang yah," ujar Tara.
"Kuy, Bang." Tara naik ke atas motor Wara yang langsung melenggang pergi meninggalkan Bagas seorang diri yang tengah menganga.
"Adik biadap semua yah kalian!!!" Terserah kau lah Bang.
☆☆☆☆☆
"Kamu mau ke mana? Buru-buru mau pulang padahal kita yang lama nunggu," ujar Buma. Kini mereka berhenti di lampu merah pertama.
"Cira mau jalan sama, Kak Rara." ujar Cira semangat membayangkan betapa senangnya ia akan jalan sore bersama Yara.
"Yara?" gumam Buma
"Ke mana?"
"Apa?" tanya Cira yang tak mendengar Buma kerena mereka telah jalan kembali.
"Ke mana?!" perjelas Buma
"Oh, Cira bakal jalan sore sama Kak Yara ke tempat es krim." Buma mengangguk di balik helm.
"Kita mampir dulu, Abang mau beli minum," ujar Buma langsung memberhentikan motornya di sebuah warung minuman tanpa mendengar jawaban Cira dulu, sudah pasti ia akan mengiyakan.
Saat tengah duduk santai, seorang gadis kecil datang menghampiri mereka berdua menawari donat.
"Mau beli gak Kak?" ujar anak itu
Tiba-tiba Cira teringat akan Yara yang parnah bilang kalau ia sangat ingin makan donat yang ditaburi misiseres berwarna-warni, itu juga salah satu makanan kesukaannya pada Cira sewaktu saling mengirimi pesan lewat WA.
"Abang beliin," rengek Cira.
Buma mengiyakan lalu memberikan selembar uang 50K.
"Kakak beli semua yah," ujar Cira pada anak gadis itu. Anak itu nampak ceria dan membungkuskan semua donatnya pada Cira.
"Makasih yah, ini uangnya. Kembaliannya kamu ambil saja," ujar Cira yang membuat anak itu semakin senang. Buma terkekeh melihat mereka dan bangga pada adiknya itu.
"Makasih yah, Kak," ucap anak itu tulus.
"Iya." Cira menyempatkan mengelus rambut anak itu dan membiarkan ia pergi bersama senyum yang tergambar di wajahnya.
"Kamu mau buat apa semua donat itu? Setau Abang kamu sukanya makan brownies."
"Buat Cira sama Kak Rara dong. Kan Kak Rara suka banget sama donat yang ditabur misiseres warna warni," jelas Cira sumringah. Ia kembali membayangkan betapa bahagianya nanti Yara jika mendapat kejutan darinya.
"Yara suka donat?" gumam Buma tersenyum senang.
"Yaudah, kita pulang!" Kini mereka melanjutkan perjalanan.