Keesokan harinya, entah ada angin apa atau sedang di rasuki setan sejenis apa. Navy yang sejatinya kalo hari sabtu dan minggu ngebonya ga ketulungan. Kini pukul delapan pagi sudah bangun tidur. Tadi shubuh dia memang sempat bangun untuk menjalankan kewajiban nya sebagai umat muslim yaitu menjalankan sholat shubuh, lalu setelah selesai ia kembali tidur lagi. Biasanya kalo weekend begini dia akan bablas tidur sampai tengah hari. Tapi sekarang belum juga matahari berada di atas kepala dengan memancarkan sinar terik yang mengandung vitamin H alias Vitamin Hitam itu, ia bahkan sudah bangun. Dengan langkah sempoyongan menuju dapur.
Harum masakan tercium oleh indra penciuman nya. Dan membuat Navy yang semula terkantuk langsung membulatkan matanya saat aroma ikan asin yang tengah di goreng melambai-lambai di depan hidungnya. Jika kehidupan nya seperti film, dimana hal mustahil bisa terjadi. Mungkin sekarang tubuh Navy sudah melayang mengikuti aroma masakan yang begitu memanjakan hidung mancungnya itu. Tapi sayang ini realita, jadi setelah mengendus aroma ikan asin yang memabukan. Navy yang belum sampai di dapur. Langsung berlari semangat mengabaikan rasa kantuk yang semula mengukungnya.
"BUNDAAAA..." Seperti biasa Navy dengan teriakan kencangnya mampu membuat semua penghuni rumah terkejut. Tapi Navy tidak peduli, yang penting dia bahagia dunia akhirat. Dia mah bodo amat sama urusan orang lain.
Mengabaikan Mona yang terkejut saat mendengar teriakan putra bungsunya yang menggelegar. Navy memeluk Mona dari belakang. Sambil memperhatikan bagaimana ikan asin tanjan yang mengundang air liurnya keluar tengah di goreng oleh Mona di dalam wajan.
"Bunda masak apa?." Pertanyaan retoris dari Navy keluar begitu saja dari mulutnya. Padahal tanpa bertanya pun dia tau jika Mona sedang memasak ikan asin.
"Lagi memasak makanan kesukaan adek. Gimana suka?."
Navy mengangguk semangat. Ia semakin mengeratkan pelukan nya. "Banget Bun. Oh ya.. masak nasi liwet ga? Navy pengen banget makan nasi liwet." Ujar Navy lagi.
Mona terdiam sebentar sebelum akhirnya ia membalas dengan gelengan kepala sembari membalikan ikan asin agar tidak gosong.
Desahan kecewa langsung Navy utarakan. Padahal dia sedang ingin makan nasi liwet. Tapi bundanya malah tidak bikin. Huh... rasanya tidak sempurna jika ada asin tapi tidak ada nasi liwet.
Mona melirik wajah cemburut sang putra. Kekehan gemas langsung keluar dari bibir cantik Mona. "Bunda memang tidak memasak nasi liwet. Tapi bunda bikinin kamu nasi kuning." Ucap Mona.
Mata Navy langsung berbinar saat itu juga, ia melepas pelukan nya dan menatap Mona tidak percaya. "Serius Bun?."
Mona mengangguk tak lupa dengan senyuman yang terlihat jelas.
"Aahh.. Bunda. Navy Sayang Bunda. Love Love tralala trilili trululu trelele trololo pokoknya.." Ungkap Navy heboh. Dan kembali memeluk Mona dengan erat.
"Iya-iya Bunda juga sayang adek. Aduh.. dek Perut Bunda jangan di peluk erat gitu."
Mendengar teguran Mona. Navy langsung nyengir, ia melepas pelukan nya sambil mengusap rambut bagian belakang.
"Hehehehe.. maaf Bunda Navy khilap. Astagfirulloh."
Mona hanya tersenyum memaklumi tingkah ajaib Navy yang tidak ada duanya itu.
"Lebih baik sekarang Adek cuci muka dulu gih. Habis itu Bantu Bunda buat ulek sambel. Bunda lagi kepengen buat Sambal tomat buat kamu."
Lagi, mata Navy membulat takjub kala salah satu sambal favoritnya di sebut Mona. Woahh.. makan enak nih dia.
Dan tanpa membantah, Navy langsung hormat di hadapan Mona. Lalu melesat pergi dengan cara berlari kilat mengabaikan teriakan Mona yang menyuruhnya jangan berlari terlalu cepat.
Lima menit kemudian Navy sudah kembali dari kamar mandi yang memang berdekatan dengan dapur dalam kondisi wajah yang sudah fresh dari sebelumnya. Ia mengambil lap yang terletak di dekat wastafel. Lalu mengelapnya ke wajah, bodo amat itu lap habis di pakai buat apa. Yang penting wajah ganteng Navy sudah tidak basah lagi, Navy tidak mempermasalahkan nya. Iahh.. Navy jorok sekali.
Mona yang telah selesai menggoreng ikan asin tanjan lantas berbalik hendak menyimpan masakan di meja pantry. Namun langkahnya langsung tertahan, saat melihat wajah putra bungsunya yang kelihatan...
"Dek itu muka kenapa item-item gitu?." Tanya Mona berusaha menahan tawanya agar tidak membuncah.
Navy yang semula akan mengembalikan lap di tangan nya ke tempat semula. Lantas terdiam. Ia memandang Sang Bunda dengan kerutan di keningnya.
"Maksud Bunda?."
"Itu loh Dek muka kamu kenapa cemong gitu? Tadi mencuci muka kan?."
Navy mengangguk. Tangan nya meraba-raba area wajah yang kata dia sebelas duabelas dengan Jeon Sagang itu. Lalu saat tidak menyadari keanehan apapun, Navy pun menggeleng.
"Muka Navy baik-baik aja tuh Bun. Tetap Ganteng kayak Jin dan V hyung, tetap keren kaya RM hyung, tetap manis kayak suga hyung, tetap uwu kayak Jimin hyung, tetap glowing kaya Jhope hyung dan tetap imut kayak Jungkook hyung. Kalau Bunda ga percaya, Bunda liat aja seberapa kecenya hyung-hyung Navy itu."
Hah..
Mona menghela nafas pelan. Mulai deh Navy menghalunya. Tanpa berniat membalas ucapan kelewat percaya diri dari sang putra. Mona pun berlalu melewati Navy yang masih mematung di tempatnya.
Melihat Bundanya berjalan menuju meja Pantry. Navy pun mengikuti Mona dari belakang.
"Itu nanti mau di taruh di meja makan ya Bun?."
Mona mengangguk. "Iya. Mending kamu ngaca deh dek. Itu muka kamu cemong-cemong gitu. Di apaan sih?." Tanya Mona. Heran dia tuh dengan tingkah Navy yang kadang selalu saja di luar nikah.. opps.. di luar nalar maksudnya.
"Cemong gimana sih Bun? Perasaan muka Navy tetap Shinning, Shimmering, Splendid deh."
Mona menepuk jidatnya pelan seraya menggelengkan kepalanya tak habis pikir. "Kamu ngaca gih dek." Suruh Mona mengibaskan tangan nya bermaksud agar Navy segera melaksanakan perintahnya.
Dan dengan rasa penasaran yang membumbung tinggi. Navy akhirnya kembali ke kamar mandi, karena hanya di kamar mandi lah terdapat kaca yang selalu ia jadikan sebagai spot foto itu.
"ASTOLE... MALIHHH.. MUKA GUE KENAPA GA HANDSOME LAGI ANJIR.. INI KENAPA ITEM CEM BIAWAK. Ehh.. Emang biawak item ya? Ganti-ganti kita skip yang tadi. Sekarang ronde yang kedua. YA EMBER... YA JOLANG.. YA MICROPHONE.. MUKA GUE KENAPA ITEM KAYAK BULU KETEKNYA BANG VANO YANG UDAH LEBAT NGALAHIN LEBATNYA HUTAN. BUNDAA... INI MUKA ADEK KENAPA?."
Mona terkejut, semua penghuni rumah besar itu luar biasa terkejut mendengar teriakan yang sangat memekakan itu. Tarzan nya keluarga Rayannaka tengah mengeluarkan suara emasnya. Dan itu sangat-sangat lah mengganggu ketentraman rumah. Bahkan Vano yang sempat di bawa-bawa dalam teriakan itu. Langsung jatuh dari tempat tidurnya dengan keteknya yang terasa sakit karena tak sengaja terpentok ujung nakas. Sakit, ngilu, nyut-nyutan itulah yang di rasakan Vano di area ketek sebelah kanan nya. Poor ketek Vano
"Anjing.. Babi.. Setan.. ketek gue sakit banget. Untung aja bulu ketek gue ga rontok. Aman-aman." Ucap Vano setelah ia mengintip pada bagian dalam bajunya. Lalu mengusap-usap dadanya lega saat aset penting yang sedang ia jaga tidak kenapa-napa.
****