Chereads / 12.12 | END | / Chapter 29 - Story 29 : Resta.

Chapter 29 - Story 29 : Resta.

"Resta?" Tatapan keduanya bertemu, Andara dengan cepat memutuskan kontak mata itu. Terlalu sakit bagi Andara jika menatap manik perempuan di hadapannya itu.

Andara menyambar tangan Algar dan menariknya untuk segera pergi.

"Andara, tunggu!" pekiknya. Andara menghentikan langkahnya. Andara menoleh ke arah Resta dengan tatapan elangnya.

"Gue ... gua mau minta maaf sama lo, Ra." Andara mengencangkan genggaman tangannya pada pergelangan tangan Algar. Algar hanya menyaksikan perbedaan itu tanpa tahu apa pun.

"Lo telat," jawabnya kemudian kembali menarik Algar keluar dari toko buku. Siapa yang menyangka jika Andara akan bertemu dengan Resta di sini? Andara hanya tidak ingin menemui perempuan itu, perempuan yang tidak memiliki rasa iba sedikitpun.

Setelah keluar dari toko buku, Andara melepaskan tangan Algar. perempuan itu mengatur kembali napasnya yang masih sedikit tersenggal. Algar menatap Andara yang terlihat sangat tidak suka dengan perempuan itu. Apa Algar harus menanyakan alasannya?

Algar melipat kedua tangannya di depan dada kemudian menggeleng kecil. Sepertinya tidk sekarang, yang ada suasana hati Andara akan tambah memburuk.

"Nih." Algar memberikan sebotol teh manis yang sedari tadi ia simpan di dalam tas kecilnya. Andara terlihat ragu kemudian menerima teh itu, Andara langsung menegaknya hingga tersisa sedikit.

Algar membiarkan Andara tenang terlebih dahulu, baru lelaki itu bertanya. Sepertinya sekarang sudah baik-baik saja.

"Dia siapa? Kenapa lo kabur?" tanya Algar beruntun. Andara mendesah berat. Jika tidak penasaran, bukan Algar namanya. Karena Algar sudah mengetahui tentang Elvan, sepertinya tidak apa-apa jika menceritakan tentang Resta juga. Tapi rasanya Andara masih belum bisa menceritakannya.

"Dia temen sekelas gue di sekolah yang dulu." Algar menaikkan satu alisnya. Andara meremas botol tehnya yang sudah habis.

"Temen doang, kan? Kenapa malah kabur?" Andara mendesah berat.

"Dia emang temen, tapi dia gak sebaik yang lo kira. Gue mau tanya, apa yang ada di pikiran lo waktu pertama kali ngeliat dia?" tanya Andara. Algar berpikir sejenak berusaha mengingat wajah perempuan itu.

"Dia ramah. Suaranya juga lembut," jawab Algar. Andara mengangguk kecil.

"Semua orang pasti akan berpikir sama kayak lo saat mereka ngeliat Resta untuk pertama kali. Tapi sayangnya lo salah." Algar menatap Andara untuk menunggu kelanjutan perempuan itu.

"Dia emang temen gue, temen sekelas yang paling deket sama gue. Sayangnya gue gak tahu kalau dia nyimpen rasa sama Elvan. Dia gak pernah bilang kalau dia suka sama Elvan, bahkan sampai gue jadian. Setelah Elvan ngejebak gue dan nyebarin fitnah ke satu sekolah, Resta jadi benci banget sama gue. Saat itu Elvan bilang kalau gue main sama cowok lain, padahal nyatanya gak gitu. Resta percaya dan mungkin dia kesel sama gue, dia mungkin gak rela orang yang dia suka disakitin gitu aja, padahal kenyataannya gak gitu. Sejak fitnah itu mulai nyebar, Resta jadi bener-bener berubah dan mulai membully gue. Di situlah dia ngaku kalau dia suka sama Elvan dan dia percaya sama gue, kalau gue gak akan mainin perasaan Elvan, makanya dia nyembunyiin perasaannya. Dia kecewa sama gue, dia bully gue, dan di situ gue sadar akan sifat Resta yang sebenernya."

Algar mengusap puncak kepala Andara. Andara menoleh ke arah Algar dan tatapan keduanya bertemu.

"Gue tahu lo pasti sangat tersakiti. Banyak orang yang kayak gitu, mungkin lo baru ketemu satu. Tapi dia mau minta maaf sama lo tadi, kan? Mungkin aja ada sesuatu juga yang mau dia sampein ke lo," jawab Algar membuat Andara menundukkan wajahnya.

"Gue masih belum siap bicara sama dia." Algar tersenyum.

"Lo lupa? Ada gue di sini, dan gue akan selalu ngebantu lo apa pun situasinya."

♡♡♡

Bel pulang baru saja berbunyi beberapa menit yang lalu. Andara kini sedang merapikan bukunya. Algar menghampiri tempat duduk Andara bersama Rio dan Revan.

"Ra, mau pulang bareng?" Andara spontan menghentikan pergerakannya. Lagi pula sejak kapan lelaki itu mulai memanggilnya dengan 'Ra'?

Andara menggelengkan kepalanya karena masih belum siap hubungannya diketahui banyak orang, Andara belum siap kena hujatan lagi.

"Gue bisa pulang sendiri. Gue duluan." Andara melangkahkan kakinya dengan cepat meninggalkan Algar dan teman-temannya.

Andara terus melangkah menuju gerbang sekolah. Andara juga sering menoleh ke belakang untuk memastikan jika Algar tidak mengikuti langkahnya.

"Ra!" panggil seseorang. Andara menoleh ke arah asal suara. Andara membulatkan kedua matanya, bagaimana bisa Resta sudah berdiri di gerbang sekolahnya?

Andara membalikkan langkahnya, namun perempuan itu harus mengurungkan niatnya karena Resta sudah terlebih dahulu mencengkram pergelangan tangannya.

"Ra, gue mohon, dengerin penjelasan gue," ucapnya. Andara mengepalkan tangannya kemudian menghembuskan napasnya. Andara menoleh dan menatap Resta.

"Gue gak punya waktu banyak." Resta mengangguk kecil.

"Gue akan jelasin dengan cepat," jawabnya.

Andara mengepalkan tangannya setelah mendengar cerita lengkap dari Resta. Elvan, lelaki itu memang sangat brengsek. Bahkan Resta di sampingnya sudah berderai air mata, Andara paham, pasti sangat menyakitkan untuknya.

"Elvan bener-bener ngelakuin itu ke lo?" Resta mengangguk seraya menghapus air matanya.

"Emang laki-laki brengsek."

"Lo tenang aja, sekarang dia udah mendekam di penjara," lanjut Andara.

"Jujur aja gue bener-bener kaget sama sifat aslinya dia. Sekarang gue ngerti kenapa lo waktu itu bilang kalau lo gak main sama cowok lain. Makanya gue berniat nemuin lo dan minta maaf sama lo, Ra." Andara menatap Resta dengan berkaca-kaca, perempuan itu mengalami hal yang lebih buruk dari dirinya.

"Gue paham sama perasaan lo. Gue udah maafin lo, kok." Resta memeluk Andara.

"Makasih ya, Ra, lo emang temen terbaik gue. Gue bener-bener bersalah banget karena udah nyakitin lo dulu." Andara membalas pelukan itu dan mengangguk kecil.

Di lain sisi, Algar melihat itu semua, lelaki itu tersenyum kecil ketika melihat kedua berpelukan. Algar tahu jika Andara pasti memaafkan perempuan itu, karena Andara masih menyebutnya sebagai 'teman'.

"Liat cewek pelukan tuh enak banget, ya. Apalagi kalau itu gue yang dipeluk, tambah enak," celetuk Revan membuat Algar spontan menoleh.

"Halu!" tandasnya. Rio tertawa terbahak-bahak.

"Waifu lo kan 2D semua, mana bisa pelukan," lanjut Rio. Algar mengangguk membenarkan.

"Halu aja dulu, kenyataannya belakangan." Algar membuang napasnya kasar.

"Dah, yuk cabut." Algar melangkahkan kakinya menuju parkiran motor. Algar mengukir senyum tipisnya, keputusannya tidak salah, itu terbukti dengan ending yang sempurna.

Perlahan orang-orang baik mulai mengelilingi Andara. Algar semakin yakin jika perempuan itu akan aman dan segera sembuh dari traumanya. Algar hanya ingin mengukir kenangan Indah bersama Andara, agar perempuan itu bisa segera sembuh dari traumanya.

Algar menancap gasnya setelah sebelumnya berpamitan dengan teman-temannya. Algar sudah merasa lega dengan semua yang terjadi hingga saat ini. Semoga tidak ada lagi kejadian buruk yang menimpanya dan Andara.

Semoga.