Waaiitt... sebelum baca setidaknya berikan apresiasinya berupa VOTE...wkwk...
Budaya kan VOTE & COMMENT yang sopan...
Selamat membaca :*
*****
Kim terlihat sangat bosan dengan materi yang gurunya berikan. Setiap kali menatap papan tulis, dia hanya bisa menatapnya nanar. Sampai kapan guru ini berhenti menulis dan menerangkan materi. Toh Kim sangat tidak berselera untuk mengikuti pelajarannya.
Lagian percuma juga, mau dijelaskan maupun tidak, Kim tetap saja tidak perduli. Dia sangat malas mencatat, mendengarkan, apa lagi mengerjakan tugas. Tapi anehnya, kenapa dia mendapat peringkat 1 paralel? Aneh bukan? Semua guru juga tidak habis pikir dengan Kim. Cewek tengil, yang suka bikin rusuh dan onar di sekolah mendapat peringkat 1 paralel. Sedangkan Algi, yang notabene ketua OSIS yang rajin malah mendapat peringkat 3 paralel. Amazing bukan?
"Kim loe kenapa?" Tanya Trias, teman sebangkunya yang kelewat rajin. Bahkan sampai dia rela mencatatkan materi yang telah di terangkan agar Kim bisa belajar. Dan Kim tentu tidak keberatan sama sekali.
"Gue lagi males nih, bisa tolong catatin buat gue gak Tri?" Tanya Kim memastikan.
"Kayak gak biasanya aja loe ngomong gitu. Gak diminta juga gue bakal lakuin demi temen gue. Biar bisa belajar pas ulangan."
Ya ini lah. Trias. Cewek kutu buku yang menempati peringkat 2 paralel setelah Kim. Dia sangat mengagumi Kim. Karena dia Trias jadi bersemangat untuk merebut peringkat 1 paralel. Kim tidak pernah keberatan dengan keinginan temannya ini. Toh tetap saja yang Kim dapat belajar tidak belajar pasti peringkat 1 paralel.
"Gue tidur dulu. Kalo ada apa-apa loe bisa bangunin gue."
"Siap laksanakan komandan." Timpal Trias sambil mengacungkan ibu jarinya.
*****
Cukup lama Kim terlelap didalam kelas. Hampir dua mata pelajaran dia tertidur. Hingga dia terbangun karena teriakan ibu Dian. Guru fisika yang pengen banget Kim tampol bibirnya.
"Kim, bangun." Bisik Trias sambil mengguncangkan tubuh Kim hingga gadis ini terbangun dari mimpinya.
"Apaan sih Tri? Gue masih pengen tidur. Jangan ganggu deh." Erang Kim yang terang-terangan, membuat ibu Dian mendekat dan melemparkan penghapus papan tulis yang tepat mengenai kepala Kim.
Kim kaget dan langsung berdiri dari atas kursinya. Akhirnya sadar juga tuh bocah. Semua teman-teman nya tertawa terbahak melihat ekspresi Kim yang barusan mereka lihat. Sedangkan ibu Dian sudah terlihat sangat marah.
"Kim!" Pekik bu Dian.
"Iya bu." Balas Kim.
"Kerjakan soal didepan dan jelaskan." Titah bu Dian.
Kim meneguk ludah nya dengan susah payah. Tenggorokan nya sangat kering. Sudah menjadi rutinitas setiap kali ibu Dian mengajar di kelas XI Ipa 2 ini. Dan Kim juga sudah terbiasa dengan semua ini.
Dengan berat hati Kim meninggalkan tempat duduknya. Kim terlihat ogah-ogahan untuk mengerjakan soal didepan papan tulis dan harus menjelaskan setiap jawaban yang Kim peroleh.
"Bu saya gak usah jelasin ya, lagi males ngomong saya." Tawar Kim dengan raut wajah yang begitu memohon.
"Gak ada tawar menawar dengan saya. Cepat kerjakan dan jelaskan."
Sambil mengerjakan, sederetan sumpah serapah keluar begitu saja dari mulutnya.
"Satu soal aja jawabannya seabreg. Gimana kalo lima puluh soal? Bertumpuk-tumpuk jawaban kali ya." Gerutu Kim sambil terus mencoret-coret papan tulis. "Sudah bu." Tambahnya.
"Coba jelaskan pada teman-teman kamu. Tapi apakah ini benar jawabannya?" Tanya ibu Dian meragukan.
"Coba ibu hitung sendiri aja, kalo nggak mau pake cara saya." Celetuk Kim dengan mudahnya.
"Menurut kalian bener gak?" Tanya ibu Dian pada seluruh teman sekelas Kim.
"Bener kok bu, nggak ada yang salah." Jawab Trias yang memang sama pintar nya dengan Kim. Ralat, hampir sama pintar dengan Kim.
"Coba kamu Trias jelaskan yang Kim tulis disini."
Kim hanya mengembangkan senyum miringnya. Sambil terus menatap Trias.
"Mampus gue." Rutuk Trias pada dirinya sendiri.
Trias berdiri, dan mulai mendekati Kim. Dalam hati Trias sudah mencak-mencak tidak jelas, merutuki Kim yang memang sedang mengerjainya.
"Ayo jelaskan."
Kim ikut mantap Trias sambil mengembangkan senyum penuh kemenangannya pada Trias. "Kayak gue dong Tri, kalo ada temen yang kesusahan harus bagi-bagi penderitaan." Bisik Kim tanda kemenangan.
"Sial! Gue masuk jebakan batman." Umpat Trias yang disambut kekehan kecil Kim.
*****
"Jahat banget loe Kim." Trias ternyata masih kesal pada Kim.
"Gue gak ngapa-ngapain loe kok. Gue cuma mau ngasih tau kalo loe itu pinter, udah itu aja." Jelas Kim sambil membereskan buku catatannya telah selesai Trias catatkan.
"Tapi ya nggak gitu juga lah."
"Ternyata panglima perang pinter juga ya." Lagi-lagi Riki. Cowok yang kerjanya bergosip ria di sekolah.
"Waktu ibu Dian jelasin loe tidur kan?" Kini Fajar. Cowok yang mati-matian menumbangkan Kim dan Trias, tapi tetap nihil.
"Hmm."
"Kok loe bisa jawab?"
"Cuma pake logika doang, kalo pake cara yang ibu Dian jelasin, gue jamin kalian nggak akan ngerti sampe luluspun." Jelas Kim.
"Kim ada yang nyari loe tuh didepan?" Ucap Joe yang sering disebut malaikat penunggu pintu kelas.
"Siapa?"
"Biasa. Loe tau sendirilah." Balas Joe mengisyaratkan.
"Mau ngapain lagi sih tuh antek-antek. Ngefans sama gue jangan-jangan." Tebak Kim sambil berjalan keluar kelas.
Benar, ternyata pasukan yang sok alim tapi kenyataannya pembual belaka. Yang bisa nya cuma ngatur-ngatur doang. Dasar tikus penjilat.
"Ada apa lagi kalian semua kesini tikus-tikus penjilat?" Kim lansung memancing emosi mereka.
"Sembarangan ya kalo ngomong! Punya mulut tuh dijaga! Dasar sampah!" Teriak Dev tidak terima.
"Oh sampah? Sampah kok teriak sampah! Bacot loe!" Kim mulai kesal dengan mereka semua ini. Mau cari ribut lagi pastinya.
"Brengsek!" Dev mulai memberontak, mencoba ingin memukul Kim yang dengan tenang nya menghadapi mereka sendiri.
"Kim gue perlu ngomong sama loe." Kini giliran ketos yang berbicara, Algi.
"Mau ngomongin apa lagi? Nggak pernah puas ngomong sama gue?"
"Ikut gue sekarang." Kini Kim ditarik paksa untuk keluar dari kandangnya menuju ruangan yang paling Kim jauhi, ruang OSIS.
Kim menepis tangan Algi dengan kasar "Eh, loe gak usah ya narik-narik tangan gue! Loe pikir gue mau ngomong sama loe? Enggak!"
"Kim, gue lagi gak mau ribut sama loe!" Gertak Algi membuat semua anggotanya terdiam. "Jadi gue mau ngomong baik-baik sama loe." Tambah Algi.
"Gue gak perlu semua bualan loe tentang gue! Loe gak perlu ngatur-ngatur gue! Siapa loe yang suka nya ngatur-ngatur hidup orang? Loe pikir dengan ngatur hidup orang, hidup loe juga bener? Hah? Enggak!" Kini Kim yang mulai memaki ketos yang angkuh nya minta ampun.
"Eh, sampah! Loe nggak usah ngebantah ya!"
"Oh gitu. Terserah loe mau manggil gue apa, yang jelas gue lebih terhormat dan lebih pintar dari kalian semua! Dasar tikus penjilat!" Todong Kim dan berlalu begitu saja. Kemarahannya sedang memuncak. Jadi, jangan sekali-kali ganggu dia.
"Cih! Sampah teriak sampah. Lucu." Gerutu Kim sambil berjalan menuju kelasnya kembali dengan senyuman miring yang mengerikan.
*****
Hati-hati sama Kim, takut sakit hati. Soalnya omongannya pedes banget kayak cabe...wkwk...
Makasih yang udah baca...
Dan ingat, VOTE & COMMENT yang baik dan sopan ya..,
Salam
enihnindi