Seolah sedang melihat bidadari, mata Dimas fokus menatap Indah yang terlihat begitu cantik dihadapanya.
"Aneh ya, berlebihan gak sih?" Tanya Indah kikuk karena dipandang intens oleh sang sahabat.
Serempak Dimas dan melati meggeleng "cantik!" Seru mereka berbarengan.
Dimas pamit ke Melati untuk membawa anak semata wayangnya, kemudian Melati ikut mengiringi mereka keluar rumah.
Dimas dan Indah masuk kedalam mobil dan melaju pergi meninggalkan rumah sederhana itu.
"Mau kekondangan siapa sih Dim? Sampe pake mobil mewah gini? Padahal biasanya kamu bawa motor berisik itu" Indah masih penasaran dengan kehadiran Dimas yang mendadak, serta dengan hal yang tidak biasa dibawa Dimas.
"Nanti juga lu bakal tau sendiri Ndah, enggak usah banyak tanya deh, bagus kan lu gue ajak makan enak, haha" jawab Dimas dengan diselingi candaan.
Indah menggeleng pasrah, ia tahu Dimas orang yang memang sedikit cuek dan urakan, jauh berbeda dengan kakaknya sang kekasih hati yang lebih kalem.
"Lagian Ndah, gue ini udah enggak punya pacar, semua udah putus, dan cuma ada satu cewek yang udah gue niatin banget bakal jadi pendamping hidup gue" terang Dimas.
"Iya iya deh terserah kamu, semoga tu cewek bener-bener satu-satunya dihati kamu Dim" ucap Indah menanggapi omongan yang entah serius atau hanya candaan dari sang sahabat.
'Ya emang dari dulu cuma kamu seorang Ndah dihati gue, cuma gue nunggu bener-bener bisa hidup mandiri buat bisa minang kamu nanti' batin Dimas sambil melirik sebentar kearah Indah kemudian fokus mengemudi kembali.
***
Pesta pernikahan terlihat begitu meriah di Aula gedung ternama diJakarta, tentunya semua para tamu undangan bukan tamu sembarangan, mereka para pebisnis yang sukses.
Farhan sibuk menyapa para tamunya dan tamu besannya, sendangkan kedua pengantin tengah sibuk bersalaman dipelaminan dengan para tamu undangan yang baru datang.
Senyum simpul Angga terlukis begitu terpaksa hari ini, hatinya getir karena selama satu bulan menghindar dari Indah setelah malam panas terakhir mereka. Sekarang yang duduk bersamanya dipelaminan sosok wanita lain, yang bahkan tak dicintainya sama sekali.
Mata Angga sibuk mengamati para tamu undangan, bahkan ucapan dari sang istri disampingnya hanya disambut dengan anggukan atau gelengan saja saking malasnya dia menanggapi.
Selagi menatap satu-persatu tamu yang penuh dihadapannya kini mata Angga fokus menatap dua sejoli yang baru saja berjalan masuk keAula, dengan langkah pelan berjalan melewati para tamu undangan lain, tentu saja langkah dua sejoli itu pastinya akan sampai juga ditempatnya saat ini bukan?.
Degh! Degh! Degh!
Denyut jantungnya berpacu cepat, bahkan keringat dingin kini muncul disela pori-pori kulitnya, tangannya dingin dan gemetar, kekasih hati yang dihindari selama satu bulan malah datang keacara pernikahannya sekarang.
Angga tak berfikir jika wanita yang dikatakan Dimas semalam saat bilang akan membawa calon istrinya ternyata adalah Indah.
Indah yang sedari tadi belum fokus dengan pasangan pengantin di pelaminan belum menyadari jika yang ada disana adalah Angga. Saat ini Indah masih terpesona memandangi dekorasi Aula yang terlihat begitu mewah dan elegan dengan warna putih berhias bunga mawar pink disetiap sudutnya, Indah sibuk memuji tempat pesta ini kepada Dimas.
"Dekornya Bagus banget Dim, keren banget" puji Indah sambil ikut berjalan menuju arah yang ditapaki Dimas.
Angga berpaling sengaja tak melihat kearah Dimas dan Angga ketika mereka mulai menaiki tangga pelaminan, mata Indah sibuk menatap anak tangga yang ia naiki, berhati-hati agar langkahnya tidak gontai apalagi terjatuh ditempat seramai ini.
"Bro! Selamat menempuh hidup baru!" Ucap Dimas langsung memeluk sang kakak yang kini terlihat gugup.
Setelah acara pemberkatan Dimas langsung bergegas menjemput Indah, maka dari itu baru sekarang ia bisa memberi ucapan selamat kepada kakaknya.
Mata Indah membola ketika Dimas melepas pelukannya dari sang mempelai pria, tubuhnya mematung manatap orang dihadapannya, ia bingung harus bersikap seperti apa, bagaimana bisa kekasihnya adalah pengantin ditempat mewah yang baru saja ia kagumi.
Segala pertanyaan rasanya ingin Indah teriaki dihadapan pengantin pria yang adalah sang kekasih hati, namun apa daya lidahnya terlalu kelu untuk berucap, bahkan tangannya gemetar menahan amarah yang mulai menyelimutinya.
"Ndah.. masih inget kating kampus dulu gak? ini dia abang gue yang nikah hari ini" ucap Dimas enteng tanpa tahu apa yang dirasakan dua insan yang saling berhadapan itu.
"i-iya inget, selamat kak" balas Indah terbata dan langsung melepas jabatan tangannya.
Angga tak merespon apa yang diucapkan Indah, matanya sendu menatap Indah yang bahkan tak ingin menatapnya sekarang.
Dimas yang tengah asik menggoda sang pengantin wanita tak tahu menahu aura gelap yang kini ada dibelakangnya.
"selamat berdiri berjam-jam bro.. sist.. haha" canda Dimas sebelum meninggalkan pelaminan dan kemudian mengait tangan Indah membawanya jalan berdampingan dengannya menuju meja-meja makanan prasmanan.
Semua orang nampak senang dan bahagia, susana pesta penuh suka cita, semua orang didalam gedung itu menikmati hiburan yang disuguhkan, lantunan lagu berkumandang tiada henti dinyanyikan bergantian oleh para biduan.
***
"makasih ya Ndah, lu udah mau nemenin gue hari ini" ucap Dimas sambil menyetir mobilnya berjalan menuju arah pulang untuk mengantar Indah.
Indah yang diajak bicara tak menggubris ucapan Dimas, saat ini didalam fikiran Indah hanya dipenuhi oleh Angga, bahkan celotehan Dimas sedari tadi pun seolah tak terdengar ditelinganya.
"Ndah sebenernya gue mau ngomong sesuatu sama lu, tapi gue harap ini enggak buat lu marah sama gue, sebenernya selama ini gue suka sama lu, sekarang gue udah kerja dan gue udah bisa hasilin duit sendiri, makanya gue baru berani nyatain isi hati gue ke lu sekarang, gue juga gak mau bikin lu cuma jadi pacar gue, gue niat serius sama lu, dan cewek yang gue maksud bakal jadi pendamping hidup gue itu elu" panjang lebar Dimas bicara, sama sekali Indah tak mendengarkan.
Dimas merasa ada yang aneh dengan Indah karena selama ia mengoceh tak ada respon sedikitpun dari wanita yang tengah duduk disebelahnya itu.
Dimas melirik kearah Indah "Ndah lu dengerin gue ngomong enggak sih?" tanya Dimas ketika melihat Indah tengah bengong.
Perlahan Dimas menepikan mobilnya "Ndah lu kenapa?" ucap Dimas seraya mengguncang tubuh Indah pelan.
"heh? apa? kenapa? udah sampe?" ucap Indah gelagapan sadar dari lamunannya.
Alis Dimas bertaut "lah, jadi dari tadi lu enggak denger apa yang gue ucapin"
Indah menggeleng polos, bagaimana bisa ia mendengar ucapan Dimas, sedangkan fikirannya melayang entah kemana, bahkan kalau bisa saat ini ia ingin kembali lagi ke gedung mewah itu, minta penjelasan pada Angga lelaki yang telah meremukkan hatinya sekarang.
Dimas meraih tangan Indah, menarik nafas dalam "aku mau kamu jadi pacarku sekarang, karena selama ini kamu wanita yang selalu ada didalam hati aku, aku niat buat serius dengan hubungan ini bukan hanya sekedar pacaran tapi aku ada niat lain untuk meminangmu suatu saat nanti" sepenuh hati Dimas mengucapkan hal yang selama ini ia persiapkan untuk dikatakan kepada Indah.
Siapa wanita yang tak bahagia mendengar ucapan lelaki seperti barusan, namun lain halnya dengan Indah, saat ini ucapan Dimas bagaikan boomerang lain yang mencabik hatinya secara tiba-tiba.