Beberapa pohon di samping kanan dan kiriku menggoyangkan daunnya dengan kencang pada satu arah rasanya aku akan terbawa oleh angin ini jika tidak berpegangan pada sesuatu
Akhirnya aku berhenti di bawah satu pohon besar dan bersembunyi di balik batang besar pohon ini agar tidak terhempas angin kencang ,aku tidak tau ini angin atau badai
Namaku Vanya aku sekarang tinggal di antah berantah ini karena ayah ku meninggal musim semi kemaren . yaa, memang aku sedih tapi itu bertahan sebentar karena ayah meninggalkan hutang pada kami yang sangat banyak
Ibu tidak bisa apa apa lagi aku rasa tabungan kami sudah habis yang tersisa satu satunya hanyalah rumah milik kami bersama,dulunya...
Alhasil ibu menjual rumah itu untuk melunasi semua hutang dan dipegang sedikit beberapa sisa nya, sesudah semua itu berlalu aku dan ibu tidak lagi memiliki tempat tinggal
Tidak mungkin kami menjadi benalu selamanya di rumah paman dan bibi akhirnya ibu memutuskan tinggal di sini. Yaa rumah kakek dan nenek sebelumnya tapi mereka tidak ada lagi
Kadang aku berpikir kenapa kakek dan nenek ingin tinggal di tengah hutan seperti ini. Yah mungkin rumahnya bisa dibilang sederhana tapi apa salahnya di bangun di tepi kota.
Setiap hari aku harus berjalan seperti ini sepulang sekolah dengan segala macam ganguan yang berbeda tiap harinya. kadang di hari biasa ada bunyi bunyi aneh jauh di dalam hutan itu tapi aku berlagak tidak mendengar apapun dan melangkah kan kaki dengan cepat
Setelah aku berhenti di bawah pohon besar ini semua angin tiba tiba saja berhenti dan kebisuan menyelimutiku tidak ada suara apa pun sekarang . aku menutup mataku sejenak dan merapalkan mantra mantra yang bisa memberi ku kekuatan
Aku mengeratkan pegangan tas di pundak dan meninggalkan pohon besar itu menuju jalan setapak kecil satu satunya jalur menuju rumah kakek dan nenek. Aku tidak ingin menoleh ke kanan ataupun kiri yang di jejeri oleh pohon pohon besar ini aku terus melihat kaki ku yang lama kelamaan bergerak lebih cepat
"HEIIII !"
Aku tersungkur ke belakang karena jantungku rasanya mau copot, terkejut karena ada laki laki yang sepertinya sebaya tiba tiba berada di depan ku. Aku bahkan tidak dapat melihat wajahnya sedikitpun
"awhh" rintih karena siku ku lecet,tapi dia tidak berniat menolong sama sekali dan hanya tetap berdiri diam di posisinya tadi
" apa apaan dia tidak menolongku sama sekali ,sedari tadi juga tidak berbicara apapun selain meneriaki ku di awal" pikir ku sambil mengusap usap siku yang pedih karena lecet
Aku mengalihkan pandangan mata yang awalnya hanya mengecek keadaan siku ku terus menerus, menuju kearah laki laki yang membuat ku tersungkur seperti orang mati ketakutan, belum sampai melirik ke atas mata ku sudah berhenti di bawah
"dia tidak memakai sepatu ??? " batin Vanya, jantung ku mulai berdetak dengan kencang siapa yang berada di tengah hutan seperti ini tidak memakai sepatu dan lihatlah hasilnya kaki laki laki itu di penuhi oleh luka luka goresan yang tampaknya sudah mengering tapi tetap saja bentuknya mengerikan
"apa jangan jangan aku bertemu dengan hantu !!! ya mungkin saja kan... dia tiba tiba saja muncul di hadapanku tidak berbicara sediktpun dan lihatlah bentuk kakinya apa nanti jika aku melihat wajahnya akan lebih mengerikan?" jantung ku berdetak lebih cepat sampai sampai rasanya terdengar oleh laki laki di depannya ini
Sunyi,Karena tidak ada satupun dari kami yang memulai pembicaraan, aku juga menyurutkan niatku untuk mengeluarkan keluh kesal ku pada laki laki ini
Aku mulai melirik kearah yang bisa dijadikan peluang untuk melarikan diri. ini tidak benar sudah jelas ada yang salah "oke Vanya kau bisa melewati ini anggap saja seperti yang menggangu mu setiap hari Vanya " Vanya meyakinkan dirinya
Ia mulai mengeratkan tali sepatunya tanpa melirik ke atas sedangkan laki laki di hadapannya tadi mulai memiringkan kepalanya heran
"Sekarang LARI..."perintah batin vanya pada dirinya sendiri
Vanya melaju cepat menghindari laki laki yang berada di hadapannya tadi walaupun sikunya terasa sangat sakit tapi rasa takutnya lebih besar jika menghadapi hantu dengan wajah hancur
Saat rasanya sudah aman Vanya berhenti dari lari nya yang kalang labut seperti dikejar hantu , tapi mungkin itu benar
"haah... haah.. sial hampir... saja aku mati" ujar Vanya dengan nafas tersengal sengal rasanya nafas nya habis karena langsung lari dengan kencang tanpa berhenti tapi ini baru setengah jalan menuju rumah
Vanya bertopang pada sebuah pohon saat mengatur nafasnya memang dia tidak berbakat pada bidang olahraga, lari kencang saja membuatnya seperti terkena asma
"HEII ! kenapa kau lari?" laki laki tadi tiba tiba saja berada di samping Vanya yang sedang kehabisan nafas
"AAAAAAA....." teriak vanya mendengar suara yang sudah di tinggalkan nya tadi dengan susah payah berlari secepat yang dia bisa sampai membuat nya seperti orang gila
"kenapa kau berteriak?" Tanya laki laki itu dengan santainya setelah membuat Vanya terkena serangan jantung
Perhatianku teralih saat mendengar suaranya "hah dia bisa berbicara jadi kenapa dia sedari tadi tidak bicara apapun di depanku? dan bagaimana dia bisa datang secepat ini aku sudah memastikan tidak ada satu orang pun di belakang ku " pikir vanya yang mengeluarkan keringat dingin dipelipisnya
Vanya tidak berani sedikitpun melihat wajah laki laki itu dan memilih untuk menghiraukannya agar ia tidak berinteraksi dengan hantu di hadapannya ini. Vanya terus menunduk kan kepalanya ia benar benar takut sekarang
Badan Vanya bergetar ia tidak bisa lagi berlari nafas nya sudah sangat sesak sebenarnya juga sakit untuk berlari tadi saja itu dipaksakan dengan seluruh tenaga yang tersisa
Kondisi fisik Vanya memang lemah karena ia tidak terbiasa seperti ini sedari kecil.
Laki laki tadi mulai mengeluarkan suaranya kembali melihat Vanya diam menunduk tanpa melirik ke arahnya sedikitpun
"Aku bukan hantu..." ujarnya membuat Vanya tersentak
"Kenapa kau ketakutan? Ya aku bisa memaklumi jika jadi dirimu. Mana mungkin ada orang yang berkeliaran di tengah hutan seperti ini tidak memakai sepatu. Benar kan?" Terang laki laki itu pada Vanya
Tapi tidak ada respon apapun memang benar Vanya sudah menerima alasan yang pertama
Tapi...
Laki laki itu melanjutkan perkataanya " ah pasti kau berpikir kenapa aku datang di sampingmu tiba tiba kan dan secepat ini ?" Tanya laki laki itu pada Vanya dan di balas anggukan kecil oleh empunya
"Haah... aku lewat jalan pintas di dalam hutan itu dan sedari tadi aku juga sudah berjalan dengan mengeluarkan bunyi kau saja yang tidak mendengarnya karena mati ketakutan" kata laki laki itu melanjutkan
Sepertinya aku yang keterlaluan ya? hah dasar Vanya bodoh, cepat jawab dia naikan wajah mu
Aku mengangkat wajahku dengan segala rencana jika nanti yang ku lihat adalah hantu dengan wajah mengerikan maka aku akan lari
Lagi...
Mata ku di pertemukan dengan manik yang sangat indah bahkan aku sendiri lupa bahwa sudah menatapnya dengan wajah kagum ku seperti orang bodoh
Warna matanya sangat aneh menurutku dasar nya seperti warna abu abu dan sedikit bercampur dengan warna jinga. Beruntung pupilnya masih berwarna hitam
Jika tidak aku akan lari dari sini lebih cepat dari yang tadi
Aku dan dia hanya saling bertatapan tanpa memulai pembicaraan, tapi itu tidak bertahan lama laki laki ini langsung menyodorkan tangan nya padaku
"Luther" ujarnya dengan mengukir senyum yang manis, pemikiran ku tentang hantu tadi hilang buyar dan lenyap seketika
Aku mengangkat tangan ku untuk menjawab jabatan tangan laki laki ini yang sekarang ku ketahui namanya luther
"Vanya" balas ku singkat melepaskan jabatan tangan kami
Luther memulai percakapan setelah beberapa menit aku tidak mengatakan apa pun setelah nama itu
"Vanya kamu tinggal di rumah nenek imogen kan?, aku tahu jalan ke sana kau ingin ku temani" tanya luther padaku
Sebenarnya aku tidak ingin bersama dia orang aneh yang tidak memakai sepatu ini menemaniku sepanjang jalan. Tapi bagaimana lagi aku sudah terlanjur terlalu takut untuk berjalan sendirian
"Baiklah jika kau mau, ngomong ngomong luther bagaimana kau tahu nama dan rumah nenek ku ?" Tanya ku diseling perjalanan
"Ah memangnya siapa di pemukiman ini yang tidak mengetahui nenek mu dan aku tau karena satu satunya rumah yang diarahkan oleh jalan ini hanya rumah mu, kau tau kan?" Jawab luther dengan menendang batu batu di depan kakinya
Aku hanya mengangguk setuju karena letak rumah nenek yang sangat aneh di tengah hutan dan agak jauh dari pemukiman
Yah mungkin hanya sebagian kehidupan orang yang sudah tua untuk menikmati masa masa mereka dengan ketenangan
Tudak ada percakapan apapun yamg terjadi selama perjalanan, luther yang berjalan seperti tidak terjadi apa apa pada kakinya di jalan tanah seperti ini
Aku terus memandangi kaki Luther karena banyak nya luka luka yang berada di kaki itu dan seperti nya hanya di biarkan sembuh sendiri tanpa diobati.
Dan lihatlah dia berjalan dengan santai membawa semua luka luka itu
"Dasar aneh" batin Vanya