Nafas Vanya mulai teratur setelah beberapa menit berlalu menyenderkan badan di bawah pohon tua yang memiliki daun sangat lebat
Jujur saat ini Vanya menyesal pergi ke sekolah lebih awal hanya untuk menghindari kecangungan hubungan antara ibu dan anak mereka
Tapi ini juga bukan salah nya ,Vanya tidak tau jika dirinya akan tersesat sebab seekor anak kucing dan beberapa saat setelah kehilangan nya dia sudah menemukan kucing itu bersibakan darah di badan mungil berbulu nya
Tapi kenapa ? Apakah Luther harus melakukan hal bejat itu kepada seekor anak kucing apa dia tidak memiliki perasaan sedikitpun ? Sebenarnya apa yang berusaha dia lampiaskan ?
Penampilan Vanya sudah terlihat sangat kacau seragam yang ia pakai sudah kotor dengan bercak noda noda pohon yang dia lewati dan paling parah adalah fakta bahwa dia masih tersesat di hutan ini
Dari arah manapun Vanya melihat hutan ini tidak ada tampak baginya secercah petunjuk yang mengarahkan ke arah yang benar
"Srakk..." tiba tiba bunyi itu terdengar lagi oleh Vanya di saat kacau memikirkan hidup dan mati nya
"Kumohon tuhan... jangan lagi" batin Vanya mencoba memyembunyikan Wajah nya dengan tas yang ia bawa
Badan Vanya bergetar hebat saat mendengar suara gemerisik tadi berbah menjadi derap langkah kaki manusia yang berjalan ke arah nya
"Tidak tidak mungkin luther sampai di depannya begitu saja setelah segala perjuangan melarikan diri yang telah di lakukan nya dengan susah payah tadi" vanya menggelengkan kepala nya di balik tas
Suara langkah kaki itu menghilang tepat beberapa langkah jarak di depan Vanya
Vanya tidak bisa lari lagi ataupun rencana nya untuk lolos dari Luther sudah lenyap, karena sungguh Vanya tidak bisa berlari terlalu banyak karena badan nya cepat lelah.
Suara isakan keluar dari mulut Vanya yang tertutupi oleh tas itu dan yang benar saja orang yang di hadapan nua memegang tangan Vanya dengan lembut
Vanya tersentak karena merasakan cairan kental dari tangan itu kini menempel padanya, ia tidak sanggup melihat wajah Luther jika ini memang akhir hidup yang ia jalani habisi saja dengan cepat
Vanya tidak tahu ini Luther atau orang lain tapi yang pasti hanya ada dua manusia yang kemungkinan berada di hutan gelap dan lebat ini dirinya dengan Luther
"Vanya..." panggil nya dengan suara halus
Vanya yang mendegar itu tertegun "benar ini suara luther"
Tangan vanya yang awal nya tenang sangat gemetar setelah mendengar suara Luther
Luther menghela nafas ia memindahkan tas yang menutupi pandangan mata nya pada mata Vanya
Vanya hanya bisa mengeluarkan air mata nya deras saat bertatapan dengan mata luther yang sekarang tampak sangat mengerikan di pikiran nya serta wajah kulit pucat Luther penuh dengan percikan darah
Vanya berusaha menahan suara tangis yang ia keluarkan sambil menatap mata luther yang tidak lepas dari mata nya.
Suara pilu dari tangis Vanya terdengar sangat menyakitkan bagi Luther, ia mengangkat tangan untuk menghapus air mata Vanya tapi Vanya mengagap Luther bagaikan akan memukul nya
Luther menghela nafas berat "kumohon Vanya jangan memperlakukan ku seperti orang jahat"
Vanya syok akibat perubahan perilaku yang baru saja ia alami dengan makhluk yang bernama Luther di hadapan nya sekarang
Ia menolehkan kepala cepat berusaha melihat eksperi yang di berikan luther, Vanya merasa seperti orang yang baru saja di tipu sungguh ini orang yang berbeda dengan orang yang ia lihat mengkoyak badan hewan mungil itu
Luther melepaskan genggaman tangan nya dari Vanya ia mengeluarkan sebuah benda tajam di balik baju nya
Jujur tepat saat ini detik ini juga Vanya telah merelakan nyawa nya di hadapan orang gila yang baru ia temui kemarin
Vanya menutup mata mengeluarkan air yang sudah mengalir sedari tadi dengan pasrah
"AKHH..." rintihan keras membuat Vanya tersentak ia tidak merasakan benda tajam menusuk badan lebih tepatnya ia baik baik saja
Vanya membuka matanya perlahan terlihat wajah Luther yang kesakitan tepat berhadapan di depan wajahnya hanya beberapa centi terpaut
"Luther...?" Panggil Vanya sangat lambat
Vanya tidak mendapat jawaban apa apa, rasa penasarannya membuat Vanya mengikuti arah pandangan Luther
Mata Vanya membelalak tak percaya dia harus menghadapi hal yang bahkan tidak bisa di cerna oleh otaknya lagi
Luther menancapkan pisau itu di telapak tangannya tidak berniat hanya membuat goresan tapi menusuknya sangat dalam sehingga darah segar mengalir dengan deras
Vanya reflek memegangi tangan luther yang menurutnya bodoh karena luther hanya melihat luka itu mengalirkan darah tanpa hambatan apapun