Ekhem" luther memulai pembicaraan saat Vanya hanya diam berjalan di belakangnya
"Vanya kau tau tidak, di hutan ini ada beberapa monster" ujarnya tanpa memandang Vanya
"Apa maksudmu ? Jangan menakut nakutiku luther segini saja aku sudah mati ketakutan" kesal Vanya
Luther melanjutkan perkataan nya tadi " tapi kau harus tau , ada 3 moster di dalam hutan ini tapi mereka juga tidak jahat pada orang yang tidak mengusik mereka"
Luther berhenti mengambil 3 buah batu yang ukurannya berbeda batu satu sangat besar, batu dua ukurannya sedang, sedangkan batu tiga kecil, sangat kecil sepertinya luther mengambil kerikil untuk memperagakan monster yang ke tiga
Luther menjongkok untuk menyusun batu itu reflek Vanya juga ikut karena penasaran
"Jadi si monster satu tidak suka jika kau mengeluarkan suara berisik kalau tidak kau akan menjadi celaka karena badannya sangat besar, si monster dua suka menyiksa karena dia memiliki gangguan jiwa sebab itu jangan pernah bertemu dengannya dia sangat suka orang baru dan si monster ke tiga badannya sangat kecil daripada ke dua monster itu dan dia berusaha membunuh monster satu dan dua agar dia bebas dari mereka tapi dia masih tidak tau caranya karena itu dia sering menyeret orang dalam rencana nya dan kebanyakan dari mereka mati" jelas luther membuang kerikil kecil sebagai monster ke tiga tadi
Omong kosong apa ini,Sudah aku perkirakan akan jadi seperti ini... memang dari awal dia kelihatan aneh tapi penampilannya seperti orang waras bahkan wajah luther bisa dibilang tampan dia juga memakai baju normal apa yang salah dengan anak ini, pikir Vanya dengan mempertahankan wajah datar menatap luther
"Jadi apa maksud nya aku tidak paham apa apa dari perkataan mu" jengkel vanya
Luther beranjak berdiri dan mulai berjalan kembali di ikuti oleh vanya dibelakang
"Tidak ada maksud apa apa, aku hanya ingin memperingatkan mu supaya tidak mempercayai orang lain dengan mudah"
Luther berhenti di depan rumah Vanya yang bahkan tidak di sadari pemiliknya karna berpikir
"Hei Vanya sudah sampai" ujar luther membuyarkan lamunan Vanya
Vanya kembali memandang wajah luther heran "mempercayai siapa?"
"jangan dipikirkan aku pergi yaa" lambai tangan luther mulai menjauh dari pandangan Vanya
Dasar anak aneh dia yang mulai menceritakan omong kosong itu dia juga yang menyudahi nya agar tidak di pikirkan, gerutu vanya mengeluarkan kunci dari dalam tas sekolah
Memang saat ini tidak ada siapapun di rumah karena ibu Vanya bekerja menjadi pramusaji di restoran sampai larut malam
Sekarang semuanya terasa berubah tidak ada lagi ibu yang menghuni rumah untuk menyambut kepulangan Vanya , juga tidak ada lagi semua kenyamanan yang dia dapatkan seperti dulu lagi
Santai santai tanpa memikirkan pekerjaan rumah mencuci dan menyapu itu dulu bukan urusannya karena selalu ada bibi yang membersihkan semua
Setelah sampai di rumah Vanya hanya akan bermain handpone ria sambil menelpon teman temannya sekarang satupun teman tidak bisa di dapatkannya di sekolah baru yang memuakkan ini
Entah kenapa jauh di dalam lubuk hati Vanya ada suatu rasa yang sangat di kenali sekarang
Bahwa dia membenci keluarga nya
Vanya berbaring di kasur miliknya berada di lantai dua rumah kakek dan nenek yang di tempati oleh nya sekarang
Vanya memandangi langit langit kamar sambil memikirkan perkataan luther yang sedari tadi menganggu pikirannya
Apa maksud luther menceritakan cerita tiga monster omong kosong itu dia kira aku akan takut memangnya monster apa yang dia maksud dengan memegang batu batu yang berbeda bentuk itu, dasar aneh
Semoga aku tidak bertemu dengan nya lagi, ujar vanya menutup mata untuk tidur