"Apa? Apa katamu?"
"Ini adalah hadiah Yang mulia Duke untuk anda."
"..."
"Tidak aman bagi anda untuk berjalan-jalan dengan bebas di jalanan. Tetapi Yang mulia juga tidak ingin membuat anda terkurung di Mansion sepanjang hari jadi tempat ini disiapkan agar anda tetap nyaman."
"Wow... keseluruhan bangunan ini diberikan untukku?"
Sebagai jawaban pertanyaanku, Khun hanya mengangguk dan tersenyum samar. Dia tersenyum? Itu sangat samar tapi aku yakin dia tersenyum tadi. Irie yang selalu menjawab terus terang dengan wajah datar hingga terkadang terdengar kejam itu tersenyum?
Tidak, tunggu. Itu bukan poin utamanya.
Wow, Derrick memang luar biasa. Aku mendengar harga bangunan di pusat perbelanjaan paling mewah seperti ini sangat mahal, karena itu aku sempat mengalami kesulitan untuk menemukan bangunanku sendiri yang sesuai dengan anggaran pengeluaranku. Seberapa besar kemampuan Derrick untuk menemukan dan memiliki tempat ini hanya dalam waktu singkat kunjungannya ke Ibukota. Aku yakin keberadaan bangunan ini bahkan tidak diketahui sir Medell atau Hanson. Ini semakin menunjukkan kemampuan finansial Derrick yang besar bahkan tanpa ditopang anggaran yang diatur oleh bendahara keluarga.
Ah, aku iri pada Derrick. Aku iri pada besarnya uang yang bisa dia hambur-hamburkan tanpa peduli batasan anggarannya.
Saat itulah suara ketukan terdengar.
Begitu Khun mengijinkannya, sepasang pria dan wanita yang mendorong rak makanan melangkah masuk. Dengan cekatan mereka mengatur aneka kue dan teko teh dihadapanku. Setelah selesai mereka berbaris rapi menghadapku.
"Putri, mereka adalah Paul dan Mina. Mereka mengelola toko roti disebelah dan menjaga rumah ini untuk anda. Sebelumnya mereka adalah anak-anak yang dibiayai mantan Duke."
"Saya memberi salam pada Putri!"
"Saya memberi salam pada Putri!"
Keduanya menyapaku bersamaan. Mengangkat kepala dan menatapku dengan mata berbinar.
"Aku tahu Ayahku mendukung banyak orang untuk bisa mandiri. Bertemu dengan anda berdua suatu kehormatan bagiku."
Begitu aku berdiri dan mendekati mereka, mereka segera jatuh berlutut dihadapanku.
"Terima kasih sudah datang, Yang mulia. Kami adalah pelayan anda. Kami sudah lama menunggu kedatangan anda."
"Hah, apa? Apa yang kalian lakukan? Ayo berdiri."
"Anda ada disini adalah kehormatan bagi kami Yang mulia. Dimasa lalu mantan Duke sudah menyelamatkan hidup kami. Duke muda juga selalu menjaga kami. Tidak ada yang bisa kami tawarkan bagi anda selain nyawa kami."
"Dibanding orang mati, aku lebih suka berurusan dengan orang hidup. Ayo berdiri."
Meskipun sempat ragu, akhirnya mereka berdiri juga. Mereka menolak untuk duduk bersamaku, tapi mereka menceritakan dengan antusias mengenai bagaimana mantan Duke menyelamatkan mereka sebagai anak kecil yatim piatu yang berkeliaran dijalanan untuk bertahan hidup. Memberi mereka makanan dan tempat perlindungan hingga mereka cukup mandiri. Dan baru-baru ini Duke Calverion yang baru menemukan mereka dan memberi mereka pekerjaan.
Dengan penuh keberanian, baik Paul dan Mina menawarkan hidup mereka sebagai ganti kehidupan yang sudah mereka terima selama bertahun-tahun.
Perasaan bersyukur dan berhutang budi, aku akrab dengan perasaan seperti itu. Sewaktu kecil aku dan semua anak penghuni panti, hidup dengan mengandalkan dana bantuan para sponsor. Kami juga akan berlomba melakukan yang terbaik bagi para sponsor setiap kali mereka berkunjung. Dengan naif aku bahkan berpikir untuk memberikan segalanya yang aku miliki jika mereka menginginkannya.
Tapi semakin dewasa aku semakin menyadari, apa yang mereka lakukan tidak setulus itu. Setiap keping yang dikeluarkan untuk mendukung kehidupan anak-anak panti asuhan dilakukan dengan penuh perhitungan untung dan rugi. Jika mantan Duke dan Derrick melakukan hal yang sama dengan tujuan seperti itu, aku hanya bisa berharap Paul dan Mina tidak pernah mengetahui kenyataan ini.
"Putri, anda dari mana saja? Apakah anda baik-baik saja? Saat aku kembali setelah membeli kue-kue untuk anda, kereta anda masih ada disini, tapi aku tidak bisa menemukan anda."
"..."
"Tuan Khun, kemana anda membawa Putri? Tidakkah anda mendengar saya meminta anda untuk membawa putri kembali?"
"Yang mulia aman bersamaku, jadi tenanglah."
"Hanya ada anda yang menjaga Putri. Bagaimana aku bisa tenang?"
"Kapten Ksatria juga menempatkan penjaga lain di dekat Putri, itu tidak akan apa-apa."
"Benarkah? Aku tidak melihat mereka."
"Jika penyamaran mereka terlalu mudah diidentifikasi, tidakkah itu mencoreng nama mereka sebagai ksatria?"
Agatha membuka mulutnya untuk membantah tapi kemudian menutupnya lagi seolah tidak berhasil menemukan kata-kata yang tepat. Dia mengedarkan pandangan ke orang-orang yang lalu lalang disekitar kami dan mengamati setiap wajah mencoba menemukan wajah yang familiar.
Aku mengabaikan perdebatan mereka dan menaiki kereta dengan dibantu Khun. Cerita Paul dan Mina sedikit menggangguku.
Aku benar-benar berharap dugaanku salah. Aku ingin benar-benar mempercayai jika para pewaris Calverion memiliki niat yang tulus terhadap anak-anak terlantar yang mereka pelihara.
Jika ternyata itu juga kebohongan, aku berharap Paul dan Mina tidak mengetahuinya?
Diam-diam aku menatap Khun yang duduk dihadapanku. Apakah dia juga memiliki keyakinan yang sama kuat seperti Paul dan Mina bahwa kehidupannya telah diselamatkan oleh keluarga Calverion dan dia akan mengabdikan seluruh jiwa dan raganya untuk keselamatan para pewaris Calverion?
Aku baru mengenal Khun selama beberapa hari, apakah tidak sopan jika aku bertanya langsung padanya? Lagipula saat ini Agatha ada bersama-sama dengan kami. Meskipun Agatha sudah bergabung dalam rumah tangga Calverion selama beberapa tahun, tidak berarti dia tahu apa yang dilakukan Duke Calverion dan para pendahulu terhadap anak-anak miskin dan terlantar.
"Ada apa Yang mulia?"
Khun pasti menyadari tatapanku.
"..."
"Apapun yang anda pikirkan Yang mulia, jangan pernah mengkhawatirkan hal itu."
Khun sama sekali tidak tersenyum tetapi sorot matanya melembut saat membalas tatapanku.
"Apa anda mengkhawatirkan sesuatu Putri? Apakah anda merasa mual lagi?"
Agatha bertanya sambil memeriksa wajahku dengan cermat.
"Tidak... tidak. Ini bukan... belum."
Aku menutup mulut dengan cepat saat gelombang mual mulai perlahan naik. Sial, tadi tidak terasa sama sekali loh.
Apa aku harus memarahi Agatha yang mengingatkan perutku?
"Makan ini."
"Apa ini?"
Aku mengamati benda bulat, tipis dan keriput yang baru dikeluarkan Khun dari kantong bajunya. Baunya sedikit familiar tapi aku tidak ingat apa itu. Sekali lagi aku mengamati penampilannya yang buruk.
"Itu akar rumput. Sedikit pedas tapi bisa menenangkan perut anda. Cobalah menguyahnya Yang mulia"
"Anda meminta Putri memakan akar rumput? Biar aku mencobanya lebih dahulu."
Agatha mengambil sekeping benda itu dan mulai mengunyahnya. Dengan segera dia mengerutkan keningnya dan menatap Khun curiga.
"Apa ini?"
Sebelum Agatha sempat mencegahnya, aku juga sudah meletakkan salah satunya diujung lidah dan mulai mengunyahnya. Segera sesuatu yang menyengat mulai merayapi ujung lidahku. Ini rasa yang familiar.
"Ini Jahe."
"Itu Jahe."
Agatha menatap kami bergantian saat aku dan Khun mengatakannya bersama.
"Jahe? Apa itu?"
"Ditempat asalnya tanaman ini dianggap hama. Akarnya akan tetap tinggal didalam tanah dan seringkali muncul kembali. Penduduk setempat mengatakan itu tidak beracun tetapi itu sama sekali tidak bisa dijadikan makanan karena rasanya yang menyengat jadi mereka biasanya akan membuangnya."
"Tapi anda mengumpulkannya?"
"Karena ini berguna bagiku."
"Ini bukan rumput. Ini rempah sekaligus obat yang bagus"