Chereads / Be a Princess / Chapter 49 - Undangan Ratu

Chapter 49 - Undangan Ratu

"Selamat pagi!"

Begitu aku bangun, senyum Belle Belvitti sudah menyambutku. Apa yang dia lakukan dikamarku? Dimana Agatha?

"Ah, maafkan aku Niesha. Aku boleh memanggilmu Niesha bukan?"

Sial, kenapa aku bisa langsung kesal begitu membuka mata. Untuk apa dia meminta ijin jika dia sudah melakukannya duluan.

Tiba-tiba aku menyesal dengan keputusanku semalam. Aku menerima mereka memasuki wilayah nyamanku hanya karena Derrick. Aku mengerti bagaimana kerinduan terhadap orang-orang yang terikat darah. Mendengar bagaimana Derrick tetap melindungi mereka meskipun ia membenci ibunya, membuatku ingin melindungi apa yang juga dia lindungi.

"Apa yang anda lakukan disini Lady Belvitti? Dimana Agatha?"

"Panggil saja aku Belle. Itu terdengar lebih nyaman. Aku tidak tahu kemana Agatha pergi pagi tadi. Katanya kau biasanya tidak memilih pelayan lain selain Agatha, jadi hari ini Aku yang akan membantumu bersiap Niesha."

Meskipun dia mengatakan seperti itu. Kenyataannya Belle hanya menyuruh pelayan pribadinya yang membantuku.

"Oh, apa ini?"

Belle mengambil sabun yang kugunakan dan mulai mengendusnya.

"Itu sabun wangi. Sangat praktis menggunakannya dan sangat membantu jika anda memiliki waktu terbatas untuk merawat kulit saat mandi."

"Sabun? Ini benar-benar hebat."

"Aku akan memberikan beberapa padamu jika kau menyukainya."

"Tidak... tidak. Aku akan membelinya sendiri jika kau memberitahu aku dimana mendapatkannya"

"Umm, itu sepertinya belum diperjualbelikan dengan bebas."

"Benarkah? Kalau begitu aku berharap tawaranmu tadi masih berlaku."

Aku tersenyum menatap rona merah di pipi Belle.

"Tidak, jangan gunakan itu."

Belle berkata tegas saat melihat gaun yang dibawakan Lily setelah aku selesai mandi.

"Tapi..."

"Tunggu sebentar Niesha. Aku akan segera kembali."

Tanpa mendengar penjelasan Lily, Belle sudah mendorong Lily kembali ke ruang pakaianku. Tidak lama karena dia sudah kembali dengan gaun berwarna biru lembut. Potongan lehernya rendah tetapi tidak mengekspos dadaku terlalu banyak. Lengan bajunya tetap panjang hingga pergelangan tanganku, tetapi ada belahan panjang disisinya sehingga tidak akan terasa sesak.

Meskipun pinggang gaun itu cukup ramping tetapi ternyata cukup nyaman dikenakan bahkan dengan korset yang mencekik pinggangku.

"Meski kau masih muda, aku rasa warna merah muda tidak cocok untukmu. Lily sudah menceritakan pilihan pakaianmu, tapi sebentar lagi kau akan menjadi wanita dewasa, jadi aku merekomendasikan gaun ini."

"Tidak apa-apa. Bantu aku mengenakannya."

Aku pernah menerima pilihan pakaian Khun dan Agatha untuk membuat martabat ku selayak gelarku. Tidak ada salahnya bersikap sedikit angkuh dirumahku sendiri bukan. Lagipula gaun ini terlihat baik-baik saja.

"Milady, maafkan saya... oh."

Agatha yang tiba-tiba menerobos masuk dalam kamarku membekap mulutnya sendiri begitu melihatku.

"Agatha, ayo kemari. Aku dengar andalah yang menata rambut Niesha selama ini. Ayo bantu aku."

Belle melambai pada Agatha.

Aku bisa melihat keterkejutan di wajah Agatha. Sedikit ragu dia melangkah mendekat dan mulai menata rambutku sesuai instruksi Belle. Dari cermin aku memperhatikan Belle yang terus mengoceh dan Agatha yang hanya diam seperti pelayan biasa disamping Belle.

Aku tidak begitu memahami bagaimana penampilan cantik seorang bangsawan seharusnya terlihat, tapi Aku merasa Lady Niesha akan selalu menarik terlepas dari selera berpakaianku yang buruk. Tetapi untuk kali ini aku merasa menjadi seperti seorang putri dari negeri dongeng.

Pakaian yang dipilih Belle meningkatkan citra Niesha sebagai gadis muda. Meskipun kali ini aku mengenakan perhiasan, semuanya berpotongan sederhana yang lebih menonjolkan fitur cantiknya. Singkatnya aku puas dengan kemampuan Belle.

"Lily, tolong minta koki menyiapkan sarapanku. Aku ingin makan disini."

"Oh, tidak. Aku sudah meminta menyiapkan sarapan kita di ruang makan. Haruskah aku meminta koki meminta koki menyiapkannya disini?"

"Tidak perlu Lady Belle. Anda bisa meminta Nyonya Belvitti menemani anda. Aku perlu berbicara dengan Agatha."

Belle masih hendak mengucapkan sesuatu tapi kemudian dia hanya diam saja.

Begitu hanya ada kami berdua dalam ruangan, Agatha mendekatiku dengan hati-hati.

"Milady, saya membawakan pesanan anda. Maaf saya tidak kembali lebih cepat."

"Pesanan? Pesanan apa? Selain itu tolong jelaskan bagaimana kau meninggalkan aku sendirian tanpa perintahku?"

"Itu... Bukankah anda meminta saya pergi ke toko roti itu, the Heirs tadi pagi?"

Aku mengerutkan kening atas jawaban Agatha.

"Bagaimana aku menyuruhmu?"

"Saya melihat anda mengendap-endap ke dapur hanya dengan gaun tidur anda. Anda bilang ingin makan cemilan."

"Aku? Apa kau berpikir itu masuk akal, Agatha?"

"Eh?"

"Berkeliaran dengan gaun tidur, diam-diam ke dapur bahkan meninggalkan kamar tanpa ketahuan para penjaga. Apa kau pikir itu masuk akal?"

Agatha tersuruk mundur dengan kejutan yang memenuhi matanya.

"Apa aku bermimpi, Putri?"

"Mungkin saja. Tapi mimpi yang kau lihat terasa nyata, berarti kau memang melihat, bertemu dan berbicara dengan seseorang."

"..."

"... Hanya saja itu bukan aku."

Kami saling berpandangan sama-sama tidak mengerti. Agatha adalah orang yang sangat masuk akal. Dia tidak akan melakukan hal lain di luar kebiasaannya jika dia tidak yakin dengan apa yang dilihatnya.

"Apa mungkin ini sihir?"

Praktek sihir sudah menjadi hal terlarang untuk dipraktekkan secara bebas. Sekolah sihir tidak ada lagi. Para penyihir yang tersisa atau setiap orang yang memiliki bakat sihir biasanya akan diawasi oleh dewan sihir kerajaan atau bekerja untuk kerajaan dalam menara dengan penangkal sihir. Ironis. Orang-orang dengan kemampuan magis seperti itu malah dibatasi oleh sihir mereka sendiri.

"Itu tidak mungkin Putri. Sihir terlarang digunakan selain untuk kepentingan kerajaan. Lagipula..."

Lagipula apa untungnya menggunakan sihir untuk meniru aku.

Aku melanjutkan alasan Agatha dalam hati.

Ya, apa untungnya mereka meniru aku? Meskipun aku seorang putri kerajaan dan seorang Duchess, aku masih tidak melihat hal yang akan berubah dengan meniru aku selain membuat Agatha meninggalkan aku sendirian.

"Mungkin saya memang sedikit berkhayal Putri. Saya bangun lebih cepat tadi pagi, jadi mungkin aku membayangkannya."

Aku mengangguk ragu.

Baik. Tidak ada gunanya memikirkannya sekarang jika memang hanya sedikit yang aku ketahui. Aku hanya bisa berharap tidak ada kerugian lain dari peristiwa itu.

"Ah benar, saya akan segera menyiapkan sarapan anda, Putri?"

"Ya. Aku terlalu malas untuk bergerak."

"Baik, saya akan segera kembali."

Sekali lagi aku ditinggalkan sendiri dan menikmati waktu tenangku.

"Sihir mungkin terlarang dilakukan dengan bebas. Tetapi itu tidak berarti tidak ada yang mempraktekkannya secara ilegal."

Sebuah suara rendah terdengar begitu aku ingin menutup mataku.

"Khun? Sejak kapan kau ada disitu?"

"Saya adalah bayangan anda Yang mulia."

Apa maksudnya dia selalu berada bersamaku? Bahkan sebelum aku bangun pagi ini? Aku bisa merasakan pipiku memanas begitu mengingat apa yang kulakukan sepanjang pagi ini.

"... Saya tahu batasan saya Yang mulia."

Sekali lagi Khun menyahuti aku tanpa diminta.

Aku kehilangan kata-kata. Aku juga tidak berani berpaling untuk melihat dimana Khun berdiri.

Suara ketukan.

Agatha masuk dan mendorong kereta makanan dengan wajah aneh.

"Putri, Lady Belle ada disini untuk sarapan bersama anda."

Hah?

"Aku sudah ada disini sejak pagi-pagi tadi jadi Ibuku sudah menyelesaikan sarapannya lebih dulu. Aku tidak terbiasa makan sendirian, jadi aku akan menemani anda Niesha."

Hah?

Tunggu, itu bukan masalah sekarang ini. Mereka masuk dan berbicara dengan santai. Apakah mereka tidak melihat Khun dalam kamar ini? Bisakah dia bersembunyi dari penglihatan orang lain saat terang benderang seperti ini?

"Niesha... apa kau melamun?"

Belle menatapku dengan senyum menggoda.

"Apa ini alasanmu makan sendirian disini? Apa anda sedang merindukan seseorang?"

"Tidak. Aku hanya sedikit terkejut. Tidak biasanya ada orang yang menemaniku saat makan."

"Aku paham perasaanmu. Aku akan lebih sering menemanimu makan bersama seperti ini agar kau tidak kesepian."

Hah? Lalu bagaimana dengan waktu pribadiku yang ingin aku habiskan di tempat pribadi?

Lagi-lagi suara ketukan menginterupsi kami. Tapi sebelum Agatha sempat meraihnya, pintu sudah terbuka dan Nyonya Belvitti sudah menerobos masuk sambil melambaikan selembar amplop dengan gembira.

"Cepat selesaikan sarapan kalian. Tapi makanlah lebih sedikit. Kalian harus bersiap ke istana."

"Ibu, tenanglah! Katakan apa yang terjadi."

"Ini... Ini adalah surat dari istana. Aku yakin ini adalah undangan untuk memasuki istana."

Aku merobek amplop dengan segel emas itu. Itu memang benar undangan untuk memasuki istana. Undangan dari sang Ratu.