Chereads / BOUND BY PROMISE / Chapter 31 - RAIN MENGHUBUNGI RAI

Chapter 31 - RAIN MENGHUBUNGI RAI

Dua orang pria berjalan menuju sebuah bangunan kosong yang sudah tidak terpakai. Mereka tidak tahu bahwa ada seseorang yang memasuki tempatnya tersebut sehingga kini keduanya pun dikejutkan dengan kehadiran seorang gadis cantik.

Kini keduanya pun sedang berdiam diri sembari memerhatikan gadis cantik tersebut dengan pikiran yang terus tertuju kepada rencana jahat mereka yang akan meminta uang kepada keluarganya.

"Coba periksa," ujar salah satu pria itu dengan kedua tangan yang melipat di dada. "Siapa tahu ada sesuatu yang bisa kita jual."

"Baik Bos," sahut pria yang lainnya. Kemudian ia pun langsung meraba tubuh gadis yang masih belum sadarkan diri itu untuk mencari sesuatu hingga dimana dirinya merasakan sebuah benda yang ternyata adalah sebuah ponsel. "Handphone Bos."

"Nggak ada lagi?" tanyanya dengan kening yang berkerut. "Dompet?"

Dilihatnya saat ini anak buahnya tersebut yang langsung menggelengkan kepalanya. "Nggak ada, Bos, cuma handphone aja."

"Sini," ujarnya yang meminta seseorang yang berada di depan sana untuk mendekat. "Kita telepon seseorang yang mungkin bersangkutan sama dia."

"Baik Bos."

Setelahnya mereka pun langsung mencoba menggunakan ponsel milik gadis itu yang ternyata mati.

"Handphone-nya mati, Bos."

"Coba nyalain."

Tidak lama kemudian ponsel milik gadis itu pun menyala dan tentunya terdapat banyak sekali notifikasi pesan dan panggilan masuk. Terutama dari Rain dan Mitha yang begitu sangat khawatir terhadapnya.

"Kayanya ini pacarnya, Bos, dan yang ini Mamanya gadis itu."

Mengetahui hal tersebut membuat pria itu langsung menghela nafas dengan satu alis yang terangkat sebelum akhirnya menatap Rain yang masih belum sadarkan diri. Kemudian kembali memandang ponsel gadis itu sembari memikirkan rencananya.

"Hubungi dia saja," putus pria itu yang kini kembali memandang seorang gadis yang berada di depan sana dengan senyum smirknya itu. "Kita harus ambil kesempatan ini."

"Iya Bos," sahutnya yang kini mulai menghubungi seseorang untuk memberitahukan keberadaan dari Rain.

Menunggu beberapa saat hingga akhirnya panggilan pun tersambung dan terdengar suara seseorang yang terus memanggil nama Rain dengan begitu khawatir.

"Rain, kamu dari mana aja? Aku jemput kamu, ya, sekarang. Rain, halo, kamu masih di sana 'kan?"

Kedua pria tersebut yang mendengarnya pun langsung saling menatap satu sama lain sebelum akhirnya salah satu di antara mereka pun berbicara.

"Kalau pacarmu ingin selamat, kirimkan uang sebesar 1 Milyar. Saya beri waktu kamu 24 jam dimulai dari sekarang!"

Panggilan pun dimatikan dengan tawa yang begitu keras dari kedua pria tersebut karena ini adalah benar-benar kesempatan emas untuk mereka memeras orang yang bersangkutan dengan gadis itu.

"Setelah ini kita bakalan kaya raya," ujar pria itu dengan senyum smirknya. "Jadi kita harus berhati-hati mulai sekarang."

"Haha, iya Bos."

Sementara itu di sisi lain saat ini Rai sedang berada di perjalanan menuju pulang ke Rumahnya, akan tetapi sebuah panggilan masuk yang membuat laki-laki itu dengan sangat terpaksa harus menghentikan mobilnya di tepi jalanan raya dengan perasaan khawatir yang begitu luar biasa.

Keningnya langsung berkerut ketika melihat ponselnya yang terus menyala sehingga laki-laki tersebut langsung menerima panggilan itu yang ternyata dari seseorang yang begitu dirinya khawatirkan.

Kedua matanya langsung membelalak dan tanpa pikir panjang mengangkat panggilan tersebut tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi dan siapa yang sebenarnya yang saat ini sedang menghubunginya itu.

"Rain, kamu dari mana aja? Aku jemput kamu, ya, sekarang." Senyum tipis pun terbit begitu saja ketika ternyata gadis itu sudah menghubunginya kembali, akan tetapi itu tidak berangsur lama saat tersadar bahwa Rain tidak berbicara sama sekali dan hanya diam saja. "Rain, halo, kamu masih di sana 'kan?"

Sempat hening beberapa saat dengan Rai yang mencoba bersabar menunggu gadis itu kembali berbicara. Bahkan laki-laki itu sampai berulang kali melihat layar ponselnya demi hanya untuk memastikan seseorang yang baru saja menghubunginya memang adalah Rain, sahabatnya sendiri.

"Kalau pacarmu ingin selamat, kirimkan uang sebesar 1 Milyar. Saya beri waktu kamu 24 jam dimulai dari sekarang!"

Kemudian laki-laki itu langsung membelalakkan kedua matanya dengan perasaan yang tidak bisa dijelaskan lagi oleh kata-kata. Pikirannya mendadak kacau lantaran mendengar suara seorang pria yang memintanya untuk mengirimkan uang dengan jumlah yang tidak sedikit.

"Ha-halo?!"

Sayangnya orang yang baru saja menghubungi dirinya menggunakan nomor Rain membuat ia merasa kesal dan tanpa sadar Rai langsung melempar ponselnya ke sembarang arah dengan kedua mata yang begitu memerah.

"Arrggghhhh anjing!"

Kemudian Rai pun dengan cepat langsung melajukan kembali mobilnya dan berputar arah kembali menuju ke kediaman Denis untuk memberitahukan yang baru saja terjadi. Ia sudah tidak bisa menahan dirinya lagi lebih lama untuk menunda sampai hari esok, karena yang diinginkannya hanyalah Rain yang malam ini bisa ditemukan.

"Jangan khawatir, aku pasti akan temuin kamu malam ini, Rain. Kamu tenang aja, aku bakalan ke sana untuk jemput kamu."

Rai yang sudah tidak peduli lagi dengan dirinya sendiri, kini laki-laki itu menambah kecepatan laju mobil di atas rata-rata. Ia benar-benar takut terjadi sesuatu kepada sahabatnya tersebut sehingga kini yang dirinya pikirkan hanyalah keselamatan gadis itu daripadanya sendiri.

Di sisi lain saat ini Vano masih mencari keberadaan kekasihnya itu, laki-laki tersebut sudah mencarinya ke semua tempat termasuk dimana tadi siang ia mengajak gadis itu ke sini. Tetapi dirinya tidak menemukan Rain di sana yang membuatnya benar-benar merasa khawatir sekaligus takut bahwa akan terjadi sesuatu kepada gadisnya itu.

"Kamu dimana, Rain? Maafin aku, ini semua salah aku, aku bener-bener minta maaf sama kamu."

Sembari mencari, Vano tidak berhenti memanggil nama Rain dengan kedua mata yang berkaca-kaca. Laki-laki itu tidak peduli lagi dengan seluruh tubuhnya yang sudah basah kuyup lantaran terus saja memikirkan kekasihnya yang entah berada di mana saat ini.

Merasa tidak akan ada Rain di sini membuat Vano pada akhirnya memutuskan untuk memasuki mobil dan melajukan mobilnya secara perlahan sembari mencari gadis itu. Tentunya dengan perasaan cemas karena ini sudah hampir larut malam dan kedua orang tuanya pasti akan menghubunginya untuk menanyakan keberadaan dari kekasihnya itu.

Hanya saja perasaannya mengatakan bahwa ada seseorang yang mengetahui perihal ini selain dirinya sendiri yang membuat ia menjadi merasa takut bahwa semua orang, termasuk kedua orang tua Rain yang akan kecewa terhadapnya dikarenakan ini semua terjadi karena kelalaiannya sendiri.

"Ck, kamu dimana, sih, Rain?" gumamnya sembari mengemudikan mobil dan memandang bagian kanan dan kirinya untuk mencari kekasihnya itu. Hingga akhirnya Vano pun menghentikan mobilnya dan melihat dua orang pria yang sedang duduk di depan sebuah bangunan kosong yang sepertinya sudah tidak terpakai itu membuat jantung laki-laki tersebut menjadi semakin tegang lantaran takut jika preman-preman itu akan menahannya pergi. "Ah, sial!"