Setelah perdebatan panjang di dalam mobil, Aletta dan Aksa kini telah duduk di MC donald. Seperti biasa menu faforit Aletta adalah fried chiken Hot.
Dengan wajah panas dan bibir yang terasa jontor, Aletta melahap habis 2 porsi chiken wings hot, tanpa malu di hadapan orang banyak.
" udah sayang,nanti sakit perut!" Aksa mengingat kan Aletta yang terus saja menambah chilli sauce pada ayam yang sudah berwarna merah sejak di antar pelayanan. Nama nya chiken Hot.
"masih kurang pi... Papi harus tau senyebelin apa senior tadi itu!"kesal Aletta mengoyak sayap ayam dengan sadis.
Beberapa orang yang lewat terutama laki laki pasti menoleh agak lama, jika di arti kan tatapan mereka akan seperti ini 'Untung cantik.'
"memang nya kenapa?" tanya Aksa mengusap pipi Aletta yang terkena saus.
"masa ya pi, dia bilang papi sopir Letta trus suruh pulang aja biar dia yang antar. Lagian walaupun memang supir Letta ngak akan suruh supir Letta pulang, kasia bolak balik!" jelas Aletta ber-api-api.
"good girl!" puji Aksa menyeruput ice koffe milik nya.
Kedua nya saling diam, Aletta yang sibuk dengan ayam dan Aksa sibuk dengan kopi milik nya.
"selesai!" seru Aletta saat ayam di piring nya habis. Ia berdiri hendak meninggalkan meja.
"kemari dulu!" Aksa memberi perintah yang langsung di anggukan Aletta. Gadis cantik itu berdiri di depan ayah nya yang melepaskan jas.
"nanti, kita beli rok baru dulu untuk kamu!" ujar Aksa melilit kan jas nya ke penggang Aletta menutupi paha yang terpampang indah.
Lalu Aksa melotot memperingati lewat tatapan pada remaja laki laki yang tadi menyaksikan paha mulus Aletta.
"ayo!" Aksa merengkuh Aletta dalam pelukan nya, mereka berjalan sambil rangkulan. Aletta sama sekali tak menolak meski beberapa orang berbisik bisik tentang nya.
" itu cewek pasti pelakor!"
"ih..ngak malu masih muda mau aja jadi selingkuhhan!"
"itu anak sekolah atau kuliahan sih?"
"cowok nya ganteng tapi sayang suka selingkuh!"
Aletta tak peduli, meski terdengar denga jelas hinaan itu, ia tak peduli malah semakin erat memeluk pinggang Aksa dengan posesif.
"ih lihat!"
"iiiiww... Ganjen banget!"
"om kok mau aja sih... Kan rada jijik liat nya!"
Aletta tidak tahan lagi.
Brak...
Wanita yang duduk di dekat pintu itu terkejut saat Aletta menggebrak meja mereka hingga air yang ada di gelas tumpah.
"apaan sih!" sewot salah satu mereka.
"Letta!" panggil Aksa dari tempat nya. Ia tak mau ke tempat Aletta karena Aletta telah mengancam lewat tatapan mata yang tajam. Tentu saja alasan sebenarnya adalah Aletta tak mau ayah nya tergoda oleh cabe cabean.
"lo, boleh bilang gue pelakor tapi lo gak bisa bilang bokap gue menjijikan!" ujar Aletta dengan bahasa kasar yang ketal.padahal ia sangat jarang menggunakan aksen 'lo' 'gue'.
"bokap?!" bisik para wanita itu terkejut tak menyangka bahwa mereka ayah dan anak.
"ngapa kaget? Maka nya sebelum ngomong mikir! Nih! Buat bayar air yang tumpah!" sarkas Aletta melempar uang merah 3 lembar dan berlalu meninggalkan tkp.
Aletta menghampiri ayah nya dengan senyum manis mengukir wajah nya, tak sedikit pun terlihat sedih atas kata kata wanita tadi.
"ayo ke mall beli rok baru..." Aletta membuka kursi penumpang mendahului ayah nya yang masih bengong melihat kelakuan anak gadis nya yang terkenal lemah lembut itu. dalam sekajap, Aletta berubah menjadi harimau dalam sekejab pula ia menjadi kucing.
"pi, jadi nggak beli rok? Besok Aletta mos nggak apa-apa pake rok ini lagi!" goda Aletta menyadar kan sang ayah dari lamunan nya.
"gak!nanti sampai rumah papi mau bakar semua rok kependekan Letta!"gerutu sang ayah memasuki mobil Menuju sebuah mall.
Mereka memasuki area toko pakaian, memilih beberapa rok. Dan yang Paling pendek adalah 10 cm di atas lutut.
"ini masih sama dengan yang kamu pake!" tolak Aksa awal nya.
"enggak pi lihat lebih panjang 4 inci!" bantah Aletta meraih rok yang di ambil Aksa memasukan ke dalam keranjang belanja.
"papi ngapain ikut?" tanya Aletta saat ingin memasuki lorong pakaian dalam.
"nemenin Letta!" jawab Aksa tak sadar maksud dari pertanyaan Aletta.
"mau ikut letta pilih pakaian dalam?" tanya Aletta menatap ayah nya curiga.
"atau melihat tante tante lagi nyoba pakaian dalam?!" tebak Aletta yang jelas ngaur di telinga Aksa.
"ya tuhan anak gadis papi mulut nya..!" Aksa menggeleng gelang kan kepala nya bingung dengan kalimat langsung Aletta. Bagaimana bisa anak gadis nya bicara seperti itu.
"papi tunggu di kasir!" kemudian Aksa meninggalkan Aletta di lorong pakaian dalam.
Aletta hanya mengangguk.
Tak lama Aksa menunggu, Aletta muncul. Entah kenapa perasaan Aksa tak enak.
"ini mbak!" Aletta menaruh keranjang ke atas meja siap untuk di hitung.
"kok penuh?" tanya Aksa pada Aletta
"liat tu, juga ada celana dalam buat papi, celana pantai dan celana boxser juga Aletta pilihin buat papi!" jawab Aletta gamblang.
"lohh!" Aksa terkejut melihat tingkah anak nya.
Sang kasir hanya terkekeh geli sambil terus menghitung harga dari pakaian yang di serahkan Aletta.
"memang Letta tau ukuran pinggang papi?" tanya Aksa sedikit berbisik.
"tau, ukuran papi kan L lagian letta bisa kira kira muat ngak sama papi!" jawab Aletta enteng.
"Anak ini!" Aksa mengeluar kan kartu kredit saat sang kasir membacakan nominal uang yang harus di bayar.
"terimakasih... Silahkan datang kembali!" ucap kasir sopan.
Di dalam mobil kedua nya berdebat hanya karena warna pakain dalam Aksa salah warna. Dan itu hanya 1, tapi mereka meribut kan nya hingga tanpa mereka sadari kini sudah sampai di halaman rumah.
Aletta turun dari mobil, membuka pagar agar mobil bisa masuk. Kemudian menutup nya kembali setelah mobil mereka di area pekarangan.
"papi harus cari scurity deh, masa Letta harus buka pagar tiap hari!" sungut Aletta.
"Nanti dia kerja nya sampai jam 9 malam gimana?"lanjut Aletta bertanya sambil duduk di sebelah ayah nya di ruangan depan tv.
" boleh!"
.
.
.
"ini punya papi, punya Letta, punya Letta, punya papi, ini juga punya papi, Papi lagi..." Letta terus berbicara mengucapkan milik siapa yang ia pegang. Hingga berhenti di celana boxser warna Pink.
"ini punya papi!" letta tertawa menaruh celana yang terlihat mencolok dari yang lain.
"ngak untuk Letta aja!" ujar Aksa menaruh nya di tumpukan pakaian Aletta.
"aletta juga punya... Jeg jeng jeng... "Pamer Aletta memisahkan 2 celana boxser beda ukuran namun model dan merek yang sama.
"ker... Awhh..." Aletta tiba tiba mengeluh sakit pada bagian perut nya.
"hey... Kenapa?" tanya Aksa cemas melihat wajah pucat Aletta.
"sa-sakit pi... Perut letta sakit sekali!" adu Aletta menggenggam perut nya yang terasa melilit.
"yaampun kan papi udah bilang tadi_"
"aaahh.... papi... Sakit...." rengek letta memeluk ayah nya berharap ia mengurangi rasa sakit perut nya.
" maaf maaf papi.... "
Lagi lagi kalimat Aksa tak selesai. Aletta sudah berlari kedalam kamar nya. Aska yang kaget segera menyusul, ia takut Aletta nya marah.
Pintu kamar tidak di kunci, itu yang pertama kali melintas di kepala Aksa saat membuka pintu kamar Aletta, dan Itu tanda nya Aletta tidak marah. Lalu kenapa buru buru pergi?.
Aksa tak menemukan tanda tanda keberadaan Aletta, hingga ia mendengar Suara toilet.
"Aletta?" panggil Aksa cemas. Apa benar Aletta di kamar mandi.
"papi!" ucap Aletta membuka pintu kamar mandi dengan lemas.
"perut... Letta sakit... Mules..." adu nya dengan wajah lemah nya.
"yaudah papi ambil obat mulas... Kamu baring dulu" Aksa langsung berlari ke lantai 1 mengambil kotak p3k mencari obat diare.
Begitu menemukan nya ia segera ke kamar Aletta, sebelumnya menyempatkan diri mengambil air mineral dari dapur.
"sayang!" panggil Aksa mengetok pintu kamar mandi.
"be- tar..." teriak Aletta lemas.
Setelah memastikan Aletta aman, ia duduk di ranjang Aletta menunggu gadis itu keluar.
Suara pintu terbuka mengalihkan perhatian Aksa dari bingkai foto lama yang ada di atas nakas. Ia menoleh pada asal suara, dan mendapati Aletta berdiri dengan tangan menopang tubuh di dinding.
" Letta sayang!" seru Aksa berlari meraih tubuh lemah Aletta, mengendong nya menuju tempat tidur.
"ini minum obat nya dulu!" printah Aksa yang langsung di setujui Aletta tanpa bantahan sedikit pun.
Wajah Aletta yang tanpa riasan apa pun itu terlihat semakin pucat, bibir nya tak lagi merona.
"pi... Perut Letta sakit!" adu nya mengusap perut nya saat Aksa menyimuti tubuh lemah Aletta.
"sini papi usap!" Aksa berbaring di sebelah Aletta, mengusap perut Aletta dengan lembut.
Aletta memegang tangan ayah nya, memindahkan nya ke balik baju.
"usap nya langsung ke perut pi, biar cepet ilang nya!" ujar Letta menyingkap baju nya hingga batas ulu-hati. hingga perut Aletta terbuka.
"iya sayang... Sekarang bobok ya!" jawab Aksa lembut penuh kehangatan dan kasih sayang.
Telapak tangan besar Aksa mengusap perut Aletta secara perlahan dan memutar searah jarum jam, ia pernah baca demikian bisa mengurangi rasa sakit pada perut. Dan mengusap perut Aletta ini, bukan yang pertama kali, namun untuk langsung menyentuh kulit perut Aletta ini yang pertama.
"jangan pergi ya sampai letta bangun!" pinta Letta pada Aksa dengan suara lemah antara kantuk dan kehabisan tenaga.
"iya sayang... Papi akan disini aja, nanti Letta bangun papi jadi yang pertama Aletta liat!" janji Aksa.
Aletta mengguk, menikmati elusan lembut pada perut nya dari ayah yang di cintai nya.
"love you dad!" lirih Aletta nyaris tak terdengar.
"love you more!" balas Aksa mengecup puncak kepala Aletta.
Beberapa jam lama nya, Aksa masih mengusap perut Aletta. Jujur, ia masih lelaki normal, meski Aletta adalah anak nya, ia tak bisa mengendalikan milik nya yang perlahan kian mengang. Terutama saat punggung Aletta menempel di dada Aksa karena posisi menyamping, membuat milik Aksa bisa merasakan pantat kenyal Aletta.
"Akhhh!" geram Aksa menahan hasrat nya yang kian naik. Namun masih dalam batas pengendalian yang baik.
Perlahan usapan Aksa bergerak naik, tanpa ia sadari. Saat ia sadar, ia sudah menagkup salah satu bukit kembar milik Aletta.
Ia terkejut, namun tangan nya tak mau beralih, seolah itu memang tempat nya.
Aksa menggeleng kan kepala nya kuat, sebelum nafsu menguasai nya, ia segera bangkit, keluar dari kamar Aletta.
Ia mengambil es batu dari kulkas lalu membawa nya ke dalam kamar mandi yang ada di kamar nya. sepertinya mulai sekarang ia harus stok es batu di kulkas.
"ahhh..." Aksa bernafas lega saat ia berendam di bathtub yang diisi pecahan es batu.
"maaf kan papi... Papi ngak sadar sayang! hampir saja papi ngerusak kamu!" lirih Aksa menghapus air mata nya yang mengalir tanda penyesalan.
Setelah cukup lama berendam dan merasa aman, ia keluar dari kamar mandi mengganti dengan pakaian tidur. Meski menggigil ia tak masalah, selama Aletta nya baik baik saja.
Sebelum kembali ke kamar Aletta, Aksa menenggak obat tidur. Agar saat di kamar Aletta ia bisa langsung tertidur tanpa berfikir yang tidak tidak.
Aksa selalu meminum obat tidur saat akan tidur bersama Aletta tujuan nya agar tidak berfikir kemana mana dan akhir nya merusak Aletta. Namun adi itu ketidak sengajaan yang pertama kali terjadi.
"semoga tidak ada lain kali lagi!"
Tbc