Selamat membaca
"Maaf pi aletta telat!" Aletta duduk di kursi penumpang di sebelah aksa.
"no problem baby!" ujar aksa mengusap keringat yang berceceran di wajah Aletta, sambil tersenyum lembut menyambut kedatangan Aletta.
Tidak ada riasan khusus diwajah Aletta, hanya tulisan dari spidol di wajah yang sudah luntur karena keringat dan lipstik tipis yang masih melekat indah di bibir mungil nan-penuh milik Aletta. Dia selalu terlihat cantik.
"apakah ospek nya menyenangkan?!" Aksa bertanya sambil menghidupkan mesin mobil.
"lumayan, tadi Letta jadi ketua kelompok!" adu Aletta menyandar pada kaca mobil.
Aksa memerhatikan Aletta yang menatap kosong kearah jalanan dengan tatapan lelah dan malas.
Aletta pasti sangat lelah hingga saat Aksa menoleh sekali lagi, Aletta telah jatuh tertertidur dengan kepala tersandar pada kaca jendela.
"tidur?" Gumam Aksa pada diri nya sendiri, Ia tersenyum mengusap puncak kepala Aletta yang berantakan.
Mobil berhenti di lampu merah, dengan hati hati Aksa menurun kan jok mobil, lalu membaringkan tubuh Aletta penuh perasaan kasih sayang.
"tidur yang nyenyak!" ucap aksa mengecup kening aletta.Bersamaan dengan suara klakson dari mobil yang ada di belakang yang mengingatkan bahwa lampu telah berubah menjadi hijau.
Aksa segara mengendarai mobil meninggalkan persimpangan, menuju rumah mereka. Rumah milik Aksa dan aletta.
Kali ini, tak perlu ada yang turun untuk membuka pagar, seperti keinginan Aletta untuk di cari kan scurity yang siap siaga membuka kan pintu pagar. Tugas utama sang scurity adalah membuka pintu pagar, masalah keamanan, daerah tempat tinggal mereka ada di kawasan elit, di mana di lindungi tembok dan penjaga ketat serta anjing penjaga. Jadi bisa di kata kan tugas scurity di rumah hanya membuka kan pintu dan menghabiskan kopi.
"Letta... Sayang... Bagun...!" Aksa menepuk pelan pipi Aletta membangunkan sang gadis yang tertidur dengan posisi bar-bar, mulut terbuka sedikit, dengan sedikit iler du sudut bibir nya.
"males pi!" jawab Aletta mengusap bibir nya kemudian memunggungi Aksa.
Aksa menghela nafas, ia memilih membuka pintu kemudi, lalu berjalan memutar kearah pintu penumpang, kemudian membuka pintu penumpang.
Dalam sekali raupan, sepenuhnya tubuh Aletta telah berpindah, dari jok mobil, ke gendongan Aksa dengan gaya ala bridal.
"mang, masuk kan ke garasi ya!" pesan Aksa sebelum membawa Aletta ke dalam rumah.
Si security yang di panggil mang damang, lelaki yang berusia hapir setengah abad. Alasan Aksa menerima nya karena kontrakan istri dari pak Damang tepat di belakang komplek, sehingga pukul 11 malam mang Damang bisa pulang ke tempat istri nya. kopi untuk mang danamang, Aksa hanya memberikan bahan mentah seprti kopi, gula, cerek listrik dan beberapa barang lain nya di dalam pos yang berukuran 2×3 itu.
Aletta di bawa masuk rumah, Aletta yang berusia hampir 18 tahun terasa cukup berat untuk anak seusia nya, meski tidak terlalu tingggi tapi ia punya tubuh proposonal. Yang artinya tidak terlalu kecil tapi tidak terlalu besar, Aletta berada di porsi pas.
Aksa sedikit kesulitan saat menaiki tangga, dengan hati hati langkah kaki Aksa menapak anak tangga satu persatu, agar tidak salah pijak, ia tidak bisa membayangkan jika kaki nya salah menginjak anak tangga, lalu terjatuh dan Aletta terluka, tidak ia tidak bisa membayangkan nya.
Setelah bergelut dengan kecemasan dan menahan bobot tubuh Aletta yang sebenarnya tidak seberapa, namun cemas yang membuat Aletta terasa semakin berat dan akhirnya mereka tiba di kamar Aletta. Perlahan tubuh Aletta di baring kan agar tidak mengganggu istirahat aletta menjelang makan malam.
Aksa mengusap kepala aletta, mengecup sayang kening Aletta kemudian mengakkan tubuh nya.
Mata aksa tertuju pada rok Aletta yang tersingkap memamerkan celana dalam merah muda milik gadis itu.
" hais... Anak ini... " Aksa membenar kan rok Aletta, namun di luar presiksi nya, tangan nakal nya mengusap paha lembut dan halus milik Aletta.
Putih bersih, lembut, dan tentu nya sangat halus saat bertemu tangan kasar aksa. Seketika Aksa tersadar, ia menjauh kan segera tangan nya sebelum merambat ke tempat yang lebih membahayakan.
"Aksa sadar... Dia putri mu!" maki Aksa pada diri nya yang sempat lupa diri.
Segera Aksa menutupi tubuh Aletta dengan selimut, lalu bergegas meninggalkan kamar Aletta, untuk menghangatkan makan malam yang sudah di siap kan oleh asisten rumah tangganya di dalam lemari.
Setelah memanas kan menu makan malam, Aksa memasak telur ceplok untuk Aletta, lalu memanaskan susu untuk aletta. Kedua nya adalah menu wajib Aletta, sangat jarang Aletta tidak menginginkan telur saat makan di rumah Dan susu yang Aletta inginkan hanya susu tawar tanpa rasa, itu adalah menu wajib di meja makan.
Semuanya untuk aletta.
Begitulah kehidupan Aksa, Aletta adalah segala nya bagi Aksa, tidak ada tawar menawar dalam hal Aletta, apa pun untuk Aletta. Selama yang di ingin kan aletta itu baik.
Meski pun Aska sering di sebut orang orang terlalu memanjakan Aletta yang nota bene nya bukan anak anak lagi, Aksa tak peduli. Toh, Aksa yang menjalani hidup nya sendiri, orang lain tidak punya hak mengatur ngatur hidup nya, terlebih mentai yang tidak baik tentang Aletta.
Jika bukan untuk memanjakan Aletta, untuk apa ia bekerja siang malam bergelut dengan kertas?.
Aksa tidak akan perduli tentang pendapat orang lain, bagi Aksa yang terpenting adalah Aletta nya.
Setengah jam bergelut dengan dapur dan pikiran nya sendiri, Aksa mendengar langkah kaki dari arah tangga. Langkah gontai yang malas dan lelah.
"sudah bangun?" sapa Aksa menaruh piring di atas meja.
"hem!" Aletta mengguk, mengucek mata nya sambil berjalan kearah wetafel dapur untuk mencuci muka.
"ayo makan!" ajak Aksa melepaskan celemek yang melekat indah di tubuh kekar sang ayah.
Aksa sering memakai celemek saat memasak, dan itu memberikan efek seksi, dan tak tak jarang pula mereka masak bersama saat weekend.
Aletta duduk, menyantap makan malam nya setelah mengucapkan kata selamat makan, itu adalah tradisi dari kecil Aletta saat bersama sang ibu, yang melekat hingga hari ini.
"papi pasti tadi kesusahan ngendong Letta!" ujar Aletta mengunyah makanan nya.
"tidak juga!"
menahan hasrat ku jauh lebih berat!_ batin Aksa sambil menyeruput minuman nya.
Aletta mengakhiri makan malam nya saat makan di pirin ludes, dan gelas susu kosong.
"trimakasih untuk hari ini!" Aletta bangkit membawa piring kotor ke dapur.
"Aletta sayang papi!" lanjut Aletta saat kedua nya berdiri di dekat westafel cuci piring.
Cup...
"Good night pi!" ucap Aletta setelah mengecup pipi kiri Aksa.
"good night baby!" balas Aksa mengecup kening Aletta.
"mimpi indah!"lanjut Aksa di jawab dengan anggukan Aletta, kemudian gadis itu berlalu kekamar nya untuk melanjutkan istirahat malam.
Sedangkan di sisi lain, Aksa masih berdiri kaku merasakan milik nya yang mulai berdenyut.
"huf... Sepertinya mandi air hangat malam ini harus di ganti dengan air dingin!"
Tbc