Selamat membaca 📖
Mobil hitam mini milik Aksa, berhenti di jalan yang paling dekat dengan lapangan yang menampilkan puluhan, bukan ribuan mahasiswa dan mahasiswi yang sedang menunggu di sekitar mau pun di dalam lapangan, dengan baju putih bawahan hitam dan beberapa aksesoris aneh yang tak jauh berbeda dengan yang di pakai Aletta saat ini.
Aksa menoleh pada Aletta yang tak beranjak sedikit pun, dari posisi menyandar pada kaca jendela mobil, denagan mata terfokus ke lapangan yang di huni lautan manusia.
" Ada apa? " Tanya Aksa menyadarkan Aletta yang masih terpaku menatap lapangan dengan tidak semangat.
"Pi, Aletta rasa salah tempat deh! " Gumam Aletta pelan namun tertangkap oleh indra pendengaran Aksa.
" Kenapa sayang? Kenapa tidak cocok? " dengan gerakan perlahan, tangan Aksa mengusap rambut ikat dua Aletta.
"Sebenarnya Aletta ngga mau ambil bisnis Menejemen pi! Maafin Aletta pi... Aletta takut ngak sanggup dengan jurusan ini, malah mengecewakan papi!" Aletta menatap Aksa sekilas, lalu kembali menoleh pada lapangan, untuk menutupi air mata yang mengalir di wajah nya.
"Maaf kan Letta ka-kalau nanti nilai Letta ngga sesu_" Aletta yang belum selesai bicara, ia malah di potong oleh suara Aksa, yang bersamaan dengan suara mesin mobil yang menyala.
" Yosh!, ayo kita ke bioskop! " Aksa mengabaikan kalimat Aletta.
Tidak sepenuhnya mengabaikan, Aksa sudah tau apa yang akan di sampaikan Aletta, setelah mendengar kalimat Aletta sebelum nya.
Mobil melaju meninggal kan lapangan, kemudian melewati pagar kampus.
"Pi.. Kita_"
"Ah iya, kita harus ke mall buat cari baju ganti Letta! " Lagi lagi ucapan Aletta di potong Aksa dengan cepat.
"Pi.. Letta_"
" Sstttt.... " Aksa menutup mulut nya sendiri dengan jari telunjuk nya, sebagai instruksi agar Aletta diam dan tidak perotes.
Mobil berhenti di perempatan jalan, lampu yang berwarna merah, itu arti nya alam sedang mendukung dirinya agar segera mendapatkan penjelasan dari sang ayah.
Namun belum sempat menyampaikan kegundahan hati nya, ia sudah di potong oleh Aksa dengan cepat.
"Dengar, jangan pikir kan apa pun, cukup ganti baju Letta, kemudian kita jalan jalan. Sejak pindah kemari kita belum kemana mana! " Kata Aksa mendahului Aletta yang ingin bicara.
Aletta mengangguk sebagai jawaban nya,dan kembali diam menatap jalanan yang di lewati hari ini bersama ayah nya, Aksa. Hari dimana ia membolos bersama ayah nya.
"Selamat datang!" Kariyawati toko baju itu menyambut Aletta dan Aksa dengan senyum yang merekah.
Seolah paru paru mereka bisa menghirup udara ciri ciri orang ber-uang yang lebih dari kata cukup.
Aksa dan Aletta memasuki toko, bebepa karyawan dan karyawati mengikuti pelanggan lain nya, dan ada 2 orang yang mengikuti Aletta dan Aksa. Mereka menuju baju yang di gantung, mulai dari yang di dalam etalase, sampai yang di luar etalase, semuanya terlihat begitu mempesona di mata Aletta.
Semua nya berjejer memukau, mengoda iman wanita mana pun untuk mengantongi nya pulang.
"Yang mana?" Tanya Aksa mengusap kepala Aletta lembut. Memperhatikan Aletta yang bengong.
Aletta sedikit terkejut merasakan tepukan di pundak nya, ia menoleh pada ayah nya yang berdiri menatap nya dengan tanda tanya.
"Papi yang pilih deh, Letta binggung, semua nya cantik! " Aletta merengut sebal pada diri nya sendiri yang tak kuasa melihat ratusan baju yang di pajang di toko.
Aletta memeluk tangan Aksa untuk menghindari rasa malu yang cukup tinggi. Malu, karena tak bisa memilih satu diantara ratusan yang berjejer.
"Yasudah, Letta mau yang itu?" Aksa menjuk etalase kaca yang menampilkan manekin yang menggunakan minidress, bahu yang tertutup, dan panjang dress hingga lutut.
Aletta mengangguk sebagai jawaban, sejujurnya ia juga suka dengan pilihan ayah nya. Berwarna pink pastel, yang di padu warna biru cerah. Sederhana namun begitu elegan, namun tetap mempertahankan kesan muda dan manis.
" Mbak, yang itu satu, sendal nya jangan yang pake hels ya sayang, nanti kaki kamu sakit! " Aksa beralih, dari kariyawati ke Aletta untuk mengingat kan Aletta yang melihat rak rak sepatu yang memajang sepatu hels.
Aletta kembali merengut, memamerkan sesuatu di tangan nya dengan angkuh.
" Tapi Letta mau yang ini pi! " Aletta memegang sepatu berwarna hitam dengan bahan kulit yang halus. Model Bud's yang menutupi hingga pangkal betis.
" Tapi ada hels nya sayang, nanti kaki kamu sakit! " Aksa mencoba bernego dengan Aletta yang sudah kecantol pada sepatu hitam itu.
"Tapi... "
"Pak.... Bud's ini hels nya model tupat, atau persegi, dan dari ketinggian hels yang hanya 5 cm tidak akan menyakiti kaki nona! " Jelas kariyawati yang sangat mendukung aksi Aletta yang menginginkan sepatu itu. Selain dapat bonus, dia juga ingin melihat seperti apa sepatu itu, jika di kenakan oleh gadis secantik Aletta.
Biasa nya ia hanya melihat dari balik majalah, atau lihat di TV dan di ponsel.
"Tuh kan, papi jangan terlalu over protect! Atau... " Aletta menggantungkan kalimat nya menatap horor kearah ayah nya Aksa.
"Atau? " Aska membeo dengan kening berkerut.
"Jangan jangan papi ngga mau beli-in letta karena harga nya ya?!" Aletta menuduh yang tidak tidak kepada aska dengan memperlihatkan label harga sepatu pada Aksa.
"Papi pelit?" Tuduh Aletta lagi sambil memicing menatap Aksa.
Aksa memijit kening nya, bagaimana cara berpikir anak nya ini.
"Tidak sayang... Papi ngak pelit!" Ujar Aksa memberi tahu.
Wajah cemberut Aletta seketika berubah cerah, dengan senyum mengembang di bibir Aletta, di padu lesung pipi, dia cantik sekali.
"Kalau begitu Letta mau yang ini! " Kata Aletta menyerahkan sepatu pada karyawati.
Dia selalu punya cara untuk mewujudkan keinginan nya_ Aksa mengeluh tentunya di dalam hati.
"Hah... Kalau tuan putri sudah menginginkan nya, aku bisa apa!" Aska berkata.
Aletta tersenyum senang, dan itu menular pada orang sekitar nya termasuk Aksa yang lega melihat Aletta kembali tersenyum.
Cup...
"Letta sayang papi!" Aletta tersenyum di depan wajah Aksa setelah mengecup pipi Aksa singkat.
Aksa ikut tersenyum kemudian balas mengecupi kening Aletta dengan penuh kelembutan dan kasih sayang yang di sampaikan sepenuh hati.
"Sana ke ruangan make up, bilang riasan nya tipis dan harus natural, jangan kayak ke kondangan!" Aksa bercanda sambil mendorong Aletta ke arah karyawati yang sudah menunggu Aletta untuk di rias.
"Papi, tunggu di sini ya, jangan lirik tante tante ganjen loh, awas ketahuan! " Aletta mengancam sebelum menghilang di balik pintu ruangan makeover.
"Ha! Anak itu... " Aksa terkekeh sendiri dan berlalu menuju kursi tunggu, lalu menelpon sekertaris nya untuk membatalkan pertemuan hari ini.
.
.
.
Apa pun untuk Aletta...
Tbc