Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Mendung

melaniindriyanti0
--
chs / week
--
NOT RATINGS
12.8k
Views
Synopsis
Aku mengaguminya tapi semua itu menyakitkan, dia adalah sahabatku dan kamu adalah kekasihku tolong lah tak usah cemburu akan hal itu..
VIEW MORE

Chapter 1 - Hampir saja terpesona

" Raina" ucap seorang pria memanggilku

Aku sedikit menoleh ke belakang ternyata dia dimas seorang pria hits, tampan dan banyak yang menyukai. Aku hanya bisa tersenyum ke arahnya dan segera membuang muka darinya, " Jangan sampai aku jatuh hati kepadanya" ucapku dalam hati.

" Dimas memang seperti itu, ketika dia melihat wanita yang terlihat cantik kedua matanya gak akan pernah diam tapi ingat kamu jangan sampai meleleh karenanya" ucap ranti salah satu teman sekelasku

" Aku udah punya pacar ran masa sih aku harus terlena sama cowok yang belum jelas" ucapku sambil tersenyum

" Ya udah ayok kita pulang" ucap ranti seraya menggandeng tanganku

Kami bergegas pulang dan saling tertawa entah menertawakan hal apa tiba-tiba dimas muncul dan menyapa aku lagi, " Pulang tah" ucapnya

" Heem" jawabku

" Mau bareng gak sama aku? " tanya dimas kepadaku

" Gak usah " jawabku

Aku segera berjalan seraya meninggalkannya dan langsung menarik tangan ranti, aku sangat takut dengan pandangan orang lain yang seperti sedang membicarakanku.

" Kenapa kamu tolak? " tanya ranti

" Aku masih menghargai rendi"

" Andai aja itu aku, pasti aku gak akan nolak" jawab ranti

Kamu tahu tidak siapa dimas, yah dia seorang pria ketika tersenyum banyak yang bilang senyumannya sangat manis aku seorang wanita normal aku juga melihatnya seperti itu, tapi aku sadar aku memiliki seorang kekasih tak pantas aku seperti itu.

Lagian aku tak merasa memiliki wajah yng cantik, tapi kenapa dia bisa menyukaiku. Aku adalah orang yang memiliki sifat cuek, jutek, pemalu dan juga pendiam sampai aku merasa tak percaya diri jika ada seorang pria mendekatiku.

" Ya udah aku pulang yah" ucap ranti

" Iyah hati-hati" ucapku sambil tersenyum

Aku sudah ada janji dengan pacarku katanya dia akan menjemputku, tapi batang hidungnya sama sekali tak terlihat.

" Kemana yah rendi" ucapku sambil memperhatikan jarum jam

Aku segera meraih ponsel dan mencoba menghubunginya, setelah aku coba menghubunginya tampak nomornya tidak aktif.

Aku harus berpikir positif mungkin saja ponselnya mati atau bagaimana, gak mungkin lah dia tega seperti itu kepadaku.

" TUTTTT TUTTTTT"

Nomor yang tidak ku kenali, tapi aku mencoba mengangkatnya, benar saja itu dimas. Dia menghubungiku katanya dia sedang ada keperluan dan tak bisa menjemputku, kesal pasti tapi ya sudahlah aku tak mau berdebat kali ini.

" Rai maaf aku gak bisa jemput kamu hari ini" ucapnya

" Kenapa? " tanyaku

" Aku ada keperluan mendadak" jawab rendi

"Lain kali jangan seperti ini aku benci" jawabku langsung mematikan telponnya

Aku dan rendi sebenarnya sudah lama menjalin kasih, sudah 4 tahun kurang lebih kami menjalin kasih ya memang terkadang kata putus sering kami lontarkan, tapi kemauan untuk saling bersama sangatlah kuat.

*****

" Dimas mana? " tanya bundaku

" Entah" jawabku

" Aku pulang sendirian" jawabku

Baru sampai aku sudah memasang wajah kesal terhadap bunda, sepertinya bunda tahu apa yang sedang aku rasa.

" Rai sayang makan dulu yah" ucap bunda

Aku sama sekali mengabaikan ucapan bundaku, tepat di kamar aku segera merebahkan badanku karena perasaan pegal yang sangat merajalela.

Aku sedikit melamun, memikiran hal yang tak penting tiba-tiba air mataku turun terlihat cengeng sekali yah, memang aku sangat cengeng mengenai percintaan.

Bunda tiba-tiba masuk ke dalam kamar dan segera memeluk badanku, dia sama sekali tak memarahiku saat dia tahu aku sedang menangis.

" Cerita sama bunda " ucap bunda

" Enggak bunda, rai gak papa ko" jawabku

" Rendi nyakitin lagi kamu? " tanya bunda

" Enggak bunda, bukan masalah rendi" jawabku

" Terus masalah apa"

Aku segera mencium pipi bunda mengalihkan setiap pertanyaannya agar tak terfokus pada rendi terus-menerus. Bunda tampak sudah mengetahui semuanya, tentang rendi orang yang sama yang terus menyakiti, tapi anehnya aku sangat menyayanginya.

" Hubungan itu gak akan berjalan lancar jika wanita yang mencintai lebih dalam" ucap bunda

" Maksud bunda apa? "

" Kalau rai ngerasa hubungan kalian mulai gak beres lepasin, biarkan dia bersama ego suatu saat pria akan sadar telah menyakiti wanita yang benar-benar tulus"

" Paham maksud bunda" sambung bunda

" Sekarang kamu turun ke bawah terus kita makan yah" pinta bunda

" Siap bunda" ucapku sambil tertawa

Akhirnya bunda berhasil membujuk agar aku turun dan langsung menyantap masakannya, katanya sih masakannya special.

" Ko bunda masak banyak sih? " tanyaku

" Hari ini kan hari special"

" Memangnya ada apa bun? " tanyaku

" Hari special, bunda ingin manjain rai" jawabnya

" Perasaan setiap hari bunda selalu majain aku deh" ucapku

" Ya udah sekarang tugas rai makan yang banyak biar bunda seneng ngeliatnya"

" Pasti bun, masakan bunda kan yang paling enak" ucapku sambil tersenyum

Sore ini aku sengaja ingin berkunjung ke rumah ranti, aku sudah merias diri secantik mungkin karena memang itu kesenanganku, merias agar terlihat cantik bukan untuk orang lain, tapi untuk diriku sendiri.

Jarak rumah kami berdua memang tak berjauhan hanya 15 menit sudah sampai, di jalan aku bertemu dengan rendi segera aku berlari untuk mengejarnya.

" Rendi"

Rendi tampak menoleh ke arahku sebelum dia membuang muka dariku, aku segera menepuk tangannya tampak dia malu terhadap teman-temannya.

" Apa sih" ucapnya

" Kamu bilang apa"

" Iyh ada apa rai? " tanya rendi

" Aku mau ngomong sama kamu" ucapku

" Jangan di sini" jawabnya

" Kenapa? kamu malu"

" Aduh ada yang lagi ribut" canda salah satu temannya

" Pacar lo bukan? " tanya salah satu temannya

" Gak tau" ucap rendi sambil tertawa

Ingin sekali aku menampar wajahnya atas kelakuannya, dia sama sekali tak menganggapku seorang kekasih, malah teganya dia menertawakan aku di depan semua teman-temannya.

Kedua mataku terlihat berkaca-kaca, tangan kananku hampir saja melesat di pipi merahnya, tapi seketika ada seorang pria menarik tanganku dan menyuruhku untul naik ke dalam mobilnya.

Tampak mereka semua menatap kami berdua dengan aneh begitu juga dengan rendi, tak hentinya dia menatap pria itu dengan sangat tajam.

Aku segera melirik siapa pria itu ternyata dia dimas, dimas tampak tersenyum sinis ke arah rendi dan kawan-kawannya.

" Raina " panggil rendi

Rendi tampak mengetuk-ngetuk kaca mobil dimas, sepertinya dia tak ikhlas melihat aku bersama pria lain. Dimas segera melaju membawa aku pergi dari tempat itu, dia melirikku karena kedua mataku sangat merah.

" Maaf rai" ucap dimas

" Maaf kenapa? " tanyaku

" Aku tiba-tiba muncul "

" Malah aku yang harus bilang makasih" jawabku

" Dasar bajingan" ucap dimas

" Kamu masih sedih?" tanya dimas

Dimas segera memberhentikan mobilnya dan mengusap kedua pipiku, " Jangan nagis lagi yah" pintanya.

Aku hanya mengangguk dan tersenyum ke arahnya, dia menatapku dengan tajam sambil tersenyum manis ke arahku.

Setelah itu dia meneruskan perjalanannya, entah akan membawa aku ke suatu tempat yang pasti aku sangat senang karena sudah datang seorang penolong.