Chereads / Mendung / Chapter 2 - perkelahian

Chapter 2 - perkelahian

" Rai" teriak seseorang segera menarik tanganku

Ternyata ranti, kedatangannya membuat aku sempat terkejut, dia membawa aku ke sebuah kerumunan banyak orang, katanya ada sesuatu hal yang membuatnya sempat murka ketika melihatnya.

" Ada apa ran? " tanyaku

Dia segera menunjukkan akan sesuatu hal, terdapat sudah banyak orang dan salah satunya aku melihat kehadiran vani di tempat itu.

Tampaknya dia sedang mempermalukanku di hadapan banyak orang, dia menunjukkan sebuah vidio singkat yang memperlihatkan kejadian sewaktu kemarin.

Di dalam vidio tampak jelas rendi tak menganggapku sebagai pasangannya, semua orang tampak menertawanku.

" Kalian lihat kan bagaimana seorang rendi memperlakukan si cewek jalan itu kan" ucap vani sambil tertawa

Ranti tampak tak terima mendengar dan melihat sahabatnya diperlakukan seperti itu, niatnya ranti ingin menampar mulut vani, tapi segera aku halang.

" Kenapa sih rai, aku mau nampar mulut vani kamu gak usah halangin aku"

" Gak usah mengotori tangan kamu sendiri ran" Ucapku sembari berjalan mendekat ke arah vani

Aku segera mendekat ke arah vani, mataku menatap sangat tajam ke arahnya dan segera menjambaknya, " Kita gak usah berurusan sama orang pengecut seperti dia, tak ada guna" ucapku sambil melepaskan tanganku dari rambutnya.

" Kita lihat saja nanti, siapa yang akn dipilih oleh rendi" ucap vani sambil tersenyum jahat

" Jelas aku" ucapku sambil meninggalkan kerumunan banyak orang

Ranti masih sedikit bertanya kepadaku, apakah aku yakin dengan jawaban tadi yang pernah aku lontarkan bahwa rendi akan memilihku dibanding vani, " Kamu yakin dengan jawaban kamu? " tanya ranti

" Jelas yakin" ucapku

" Kamu tahu kan sekarang banyak yang berubah dengan rendi"

" Rendi bukan yang dulu rai"

" Aku tahu ran, tapi aku yakin cintanya masih besar "

" Jangan menerka-nerka takutnya kamu jatuh terlalu dalam" ucap ranti di akhir pembicaraan kami

Pak joko nama salah satu guru terseram di sekolah kami, wajahnya terlihat sangar dan gaya bicaranya juga membuat semua orang takut kepadanya, tapi tak begitu juga dengan dimas murid hits sekaligus murid yang memiliki banyak kasus di sekolah.

Dimas termasuk murid yang sering terkena kasus apalagi berhubungan dengan pak joko, entah apa yang membuatnya seperti orang gila jika dihadapan pak joko.

Dimas tampak memberikan senyuman ke arahku, dan mengangkat alis matanya pertanda dia sedang menggodaku.

" Rai" ucapnya

" Apa sih" ucapku dalam hati

" Rai itu dimas manggil kamu" ucap ranti

" Aku takut ada pak joko di situ" ucapku

" Rai" ucapnya lagi sambil tersenyum

GUBRAKKKK

Tampak pak joko marah besar terhadap dimas, dia memukul keras meja yang berisikan semua buku-buku yang akan di ajarkannya.

" Masih mau berbicara? " tanya pak joko

" Tentu saja" jawab dimas

" Aduh" gerutuku, aku segera menunduk lesu ketika dimas menjawab pertanyaan pak joko seperti itu, pasti bakal ada perang dunia terbesar lagi.

" Dimas gimana sih, dia mau dapat hukuman tah" ucap ranti

" Terserah dia aja ran"

" Bukannya begitu, aku kasian ngeliat dia sering banget dihukum oleh pak joko"

" Itu akibat anak bandel " jawabku

" Kamu mau saya hukum " teriak pak joko

" Silahkan " jawab dimas sambil sedang mengunyah permen karet

" Kamu keluar dari ruangan ini, lari di lapangan bola basket sebanyak 20kali, kamu paham"

" Hanya itu pak?"tanya dimas

" Aduh dimas " ucapku sambil menunduk

" Kasian dimas" ucap ranti

" Cepat sekarang kamu keluar dari ruangan saya" ucap pak joko

" Siap laksanakan"

" Rai aku keluar yah" ucap dimas sambil melambaikan tangannya ke arahku

" Dimas cepat atau saya tambah hukuman kamu"teriak pak joko

" Iyah ini saya mau keluar"

Aku menatap dimas, tampak dia sedang berlari mengitari lapangan basket entah kenapa aku tersenyum kecil melihatnya. Dimas melambaikan tangannya ke arahku dan lagi-lagi memberikan senyuman yang membuat semua orang jatuh hati padanya.

TETTT TETTTT TETTTT

Bel bunyi sekolah sudah terdengar, aku segera berlari ke lapangan dengan membawakan sebotol minuman dan sekotak makanan ringan untuknya.

" Rai tunggu " teriak ranti

Aku pura-pura tak mendengar ucapan ranti, tampak dia sedikit kesal kepadaku karena telah mengabaikannya.

Aku berjalan ke arah lapangan tampak dimas aneh melihatku, ada hal apa yang membuat aku turun ke lapangan.

" Kamu mau apa ke sini? " tanya dimas

" Kamu minum dulu yah, terus aku punya sedikit makanan" ucapku

Dimas tersenyum ke arahku dan bersama-sama kami membuka sebuah tempak makanan, dia melahap semua roti dengan sangat nikmat membuat aku tambah senang melihanya.

" Ini minumnya" ucapku

" Makasih yah" jawabnya

" Kalo pak joko tau kamu bakal abis" ucap dimas

" Pak joko udah masuk ke ruangannya, gak akan ada yang tahu ko" ucapku

Dimas meneguk semua air minum punyaku, tampak haus dan semua keringat terlihat membasahi semua badannya.

" Aku punya ini" ucapku sambil memberikan sebuah sapu tangan

" Iyah makasih" ucap dimas

Aku segera membersihkan semua keringat di wajahnya dan membiarkan dia fokus terhadap makanannya, tampak dia heran melihat tingkah laku seorang raina seperti ini.

" Kamu gak sakit kan? " tanya dimas

Aku hanya membalas dengan senyuman, entah aku merasa iba saja melihat dia jika seperti ini keadaannya.

Tiba-tiba datang rendi, dia menemuiku dan langsung menarik tanganku dengan kasar, " Aww apaan sih ren" ucapku.

" Aku yang harus nanya, lagi apa kamu sama dia? " tanya rendi

" Aku lagi ngasih ini" ucapku

" Jangan banyak alasan" jawabnya

" Heyy heyy, jangan kasarlah ke cewek" ucap dimas menghampiri rendi

" Udah dong malu banyak orang yang ngeliatin" ucapku

" Lo ngajak ribut" ucap rendi

Pikiranku sudah kacau ketika rendi datang dengan penuh emosi yang dibawanya, sekarang mereka benar-benar sedang tersulut emosi.

Dimas dan rendi benar-benar saling berhadapan, tangan mereka saling mengepal, wajahnya tampak merah terbakar emosi, tak terasa tangan mereka berdua sudah saling memukul satu sama lain otomatis aku histeris dibuatnya.

Semua orang sudah mengelilingi lapangan untuk melihat sebuah pertunjukan gratis, aku ingin mengehentikannya tapi dengan cara apa.

Aku maju lebih dekat ke arahnya, dan berteriak sudah hentikan tapi hasilku sangat nihil, mereka sama sekali tak mendengar teriakanku.

" Dimas, rendi udah aku mohon"

" Orang yang seperti ini harus diberi pelajaran"ucap rendi

" Ini semua salah aku udah berhenti" ucapku

Sama sekali mereka mengabaikan ucapanku dan kembali berkelahi, aku mendekat kembali kali ini aku ingin memberhentikan ulah mereka berdua, tapi apa yang terjadi satu pukulan melesat di wajahku dan membuat aku jatuh pingsan karenanya.

" Raina" Ucap ranti segera menghampiriku

" Kalian sih kerjaannya bikin masalah, raina kan yang akhirnya kena"ucap ranti

" Biar aku yang angkat dia ke uks" ucap dimas

" Biar gue yang angkat rai ke uks, gue pacarnya"ucap rendi sambil mendorong badan dimas.

# Ceritanya bersambung yah jadi di tunggu cerita selnjutnya..