Chereads / Mendung / Chapter 4 - Tega

Chapter 4 - Tega

" Aku hitung yah sampai 3"

" 1,,,,2,,,,, ti,,,, 3" sambungnya sambil membuka sapu tangan yang menutupi kedua mataku

Rendi mencium lembut pipi kananku, dia benar-benar sangat romantis malam ini, andai saja setiap hari dia seperti ini pasti aku sudah bahagia dibuatnya.

Bunga mawar tampak bertaburan merangkai sebuah kata " I LOVE YOU", ahhh wanita mana yang tidak meleleh dibuatnya.

Aku membalas ciuman hangatnya tepat di pipi kanan yang terlihat merah merona sambik membisikkan kata " I LOVE YOU TOO" .

" Ren malam ini aku bahagia banget " ucapku

" Aku senang kalo malam ini kamu bahagia"

" Apa alasannya kamu bisa ikut senang? " tanyaku

" Aku sadar, aku belum bisa menjadi pasangan yang baik buat kamu" ucapnya

Rendi segera menggeser kursi yang berbalutkan nuansa merah, dia memperlakukanku sangat baik dan lembut layaknya seperti seorang putri.

" Silahkan duduk sang putri" ucapnya

Aku tersenyum kecil ke arahnya dan segera mengikuti perintahnya lantas dia duduk di depan dan menghadap ke arahku, semuanya tampak gelap hanya ada beberapa lilin penerang suasana kami berdua.

" Aku punya sesuatu buat kamu" ucapnya

" Apa? " tanyaku

Rendi segera meraih kotak kecil berwarna merah, tapi ada suatu hal yang mengganggu kami berdua yaitu ada sebuah panggilan rahasia dari seseorang utuk rendi.

TUTTTTTT TUTTTTTT

Rendi langsung menatap ke arahku dan menunjukkan sebuah panggilan, sebenarnya sih aku menaruh rasa curiga terhadapnya tapi apa boleh buat.

" Angkat saja" ucapku

" Serius"

" Iyah " jawabku dengan singkat

Tampak rendi sedang berbincang dengan seseorang, tapi anehnya dia menjauhkan saat dia sedang mengangkat panggilan dari seseorang itu mungkin niatnya agar aku tidak bisa mendengar pembicaraan mereka.

Aku menunggunya lumayan lama sepertinya seseorang itu sangat penting baginya, setelah pembicaraan itu berakhir lantas dia mengambil ponselnya dan langsung bergegas meninggalkanku.

" Rendi" ucapku sambil berteriak

Tampak rendi mengabaikan panggilanku, dia bergegas meninggalkan cafe tempat romantis yang sempat aku pikirkan akan menjadikan aku seorang putri.

Aku mengejarnya sambil berlari, tapi dia sama sekali tak menoleh ke arahku malah benar-benar meninggalkan aku seorang diri.

Apakah ini kejutan darinya dan apa maksud dari semua ini, tanpa terasa air mataku mulai membasahi pipi. Aku segera meraih tas dan pulang hanya seorang diri, aku berjalan seperti orang yang sedang mabuk, tak tentu arah.

Di jalanan benar-benar sangat sepi, ada sekelompok pria bertubuh besar tersenyum ke arahku. Aku sedikit menghindar tapi tetap saja mereka menyentuhku dengan mencoba menyentuh bagian pipi, spontan aku melawan dari serangan mereka tapi malah menjadikan mereka semua seperti setan yang sedang kerasukan.

Mereka semua menahan tanganku dan juga ada yang mencoba membekap mulutku, sumpah rendi sangat tega saat malam itu meninggalkan wanita seorang diri.

Tenaga mereka sangat kuat, aku benar-benar sudah pasrah jika memang harus seperti ini keadaanya aku terima karena apa aku sama sekali tak bisa melawan mereka.

Tapi tiba-tiba datang seorang pria, entah dia muncul dari mana yang pasti aku senang karena datangnya seorang penyelamat.

Aku sudah berpikir negatif, mereka bergerombolan sedangkan pria itu hanya seorang diri, jika pria itu mati bagaimana.

Aku yang berada di belakang hanya bisa menggigit jari saja sambil berharap pria itu bisa memenangkan pertarungan ini.

Untungnya pria itu bisa memenangkan pertarungan ini walaupun ada sebagian tubuh yang sempat lebam karena mereka memukulnya sekuat tenaga.

Aku hanya menunduk lesu, pria itu langsung menghampiriku dan bertanya bagaimana keadaanku, " Kamu gak papa kan? " tanya pria itu.

Aku merasa mengenali suaranya langsung kulihat siapakah dia dan ternyata itu dimas, aku segera memeluknya karena merasa khawatir dengan keadaannya.

Langit tampak sudah mengeluarkan pertanda akan segera turun hujan, tanpa aba-aba sama sekali air hujan seketika deras membasahi kami berdua.

Dimas membalas pelukanku dengan hangat dan segera mengangkat wajahku, dia memastikan sama sekali tak ada yang terluka di badanku sedikitpun.

Dimas menyentuh pipiku dengan sangat lembut, menguraikan semua rambut di bagian telinga sambil memberikan senyuman ke arahku.

" Makasih " Ucapku

" Makasih buat apa"

" Kamu udah nolongin aku" ucapku

Dimas segera naik ke sepeda motornya dan segera menarik tanganku, " Kita pulang yah" ucapnya.

Aku hanya mengangguk menyetujui usulannya, di perjalanan aku hanya bisa melamun memikirkan kejadian yang sempat membuat aku akan kehilangan semuanya.

Rendi, kenapa dia setega itu? padahal katanya dia ingin memperlakukan aku sebagai seorang ratu, tapi malah seperti ini kenyataannya.

Dimas seketika berhenti di sebuah pedagang kaki lima di pinggir jalan, " Kok berhenti? " tanyaku.

" Kita makan dulu yah" ucapnya

Dimas mengatakan masakan si abah pedagang nasi goreng adalah masakan yang paling enak yang pernah dia rasakan, tentu saja aku merasa penasaran dengan rasanya apakah benar rasanya anjim banget.

" Kamu tahu enggak, dari kecil aku suka banget makan di tempat si abah" ucapnya

" Berarti si abah jualan di sini udah lama dong"

" Iyah dari aku kecil, kamu harus cobain yah rasanya pasti kamu bakal ketagihan " ucapnya dengan senang hati

Aku memperhatikan wajah tampannya, kenapa dia sangat lembut dalam memperlakukan aku padahal dia adalah tipikal anak nakal tapi sedikit cuek dengan wanita, walaupun kenyataannya banyak wanita yang mengagumi dirinya.

Tanpa terasa aku memberikan senyuman ke arahnya ketika dia sedikit bercerita hal yang tidak berfaedah, tampak dia membalas senyumanku dengan penuh arti.

Ahhh raina dia adalah dimas bukan rendi, jangan sampai aku jatuh hati dengan orang lain selain rendi. Tampaknya si abah sudah selesai memasak pesanan yang kami pesan sedari tadi, dimas menyantapnya dengan sangat senang.

" Mau aku suapin? " tanya dimas

" Gak usah" jawabku

Dimas memaksaku untuk membuka mulut, dia mencoba menyuapiku dengan nasi yang dia pegang, padahal aku sudah bilang aku gak mau di suapin seperti anak kecil saja.

" Tah gitu dong nurut" ucapnya sambil tertawa

Entah kenapa aku sangat senang melihanya tertawa terlihat sangat manis sekali, tanpa terasa aku menatap wajahnya sangat lama sampai akhirnya dimas melihatku sambil tersenyum.

" Jangan terlalu lama memandang takutnya kamu jatuh hati" ucapnya sambil tersenyum

" Ih apaan geer banget" jawabku sambil meneruskan makananku

Dimas membersihkan beberapa makanan yang berada tepat di bibirku, katanya aku seperti anak kecil ketika sedang makan.

Tangannya benar-benar sangat lembut, aku langsung menyentuh tangannya dan mengatakan tak usah memperlakukan aku seperti ini.

" Dimas udah stop" ucapku

" Kenapa rai"

" Kamu jangan memperlakukan aku seperti ini"

" Seperti gimana rai?" tanya dimas

Aku tak meneruskan pembicaraanku dan benar saja perasaan apa ini, kenapa aku merasakan perasaan yang tak seharusnya, jangan sampai aku jatuh hati padanya.