Chereads / Mendung / Chapter 6 - Dingin

Chapter 6 - Dingin

Seperti biasanya aku melihat rendi sedang berkumpul bersama kawan-kawannya, aku mencoba mendekat biasanya rendi senang jika aku berada di sampingnya.

" Ren aku gabung yah" ucapku sambil memberikan senyuman ke arahnya

Rendi tampak mengabaikanku tak apa aku tak sakit hati karena sikapnya, tapi yang paling aku benci adalah kehadiran vani dan dia duduk tepat di samping rendi.

" Minggir" ucapku sambil mendorong badannya

Vani sempat akan tersungkur karena mungkin caraku mendorongnya membuat badannya goyah dan hampir membuatnya terjatuh.

Hal itu pemicu rendi naik pitam terhadapku, dia menatapku sangat tajam dan langsung menarik tanganku secara kasar.

Semua orang tampak menertawakan saat aku dan rendi mulai beradu argumen, apalagi dengan vani dia tampak senang melihat kami berdua bertengkar.

" Rai tolong sehari kamu jangan muncul ke kehidupan aku bisa tidak" ucap rendi

" Kenapa? " tanyaku

" Aku bosan rai"

" Terus vani malah disambut baik sama kamu, kenapa? "

" Aku gak mau ribut rai"ucapnya

" Kamu ada rasa sama dia? " tanyaku

" Ahh aku pusing rai" ucapnya sambil meninggalkanku

Perlahan aku mulai menjauhi mereka, aku tahu kehadiranku malah membuat semuanya runyam. Aku berjalan di setiap terowongan sekolahan tampak tak ada orang satupun kecuali aku yang berada di situ.

Aku terduduk sembari melamunkan apa yang harus aku lakukan dalam hubungan ini, tiba-tiba dimas datang dan merebut buku catatanku.

Dia berlari dan sempat memanggil namaku, " Rai kalo buku ini gak mau aku sobek coba kejar aku" ucapnya sambil berteriak.

Itu anak kemasukan setan apa, aku hanya melongo heran karena tingkah lakunya. Eitts benar saja dia akan merobek buku catatanku, aku segera berdiri dan mulai mengejarnya, hanya saja aku tak sanggup mengejarnya.

" Dimas aku cape" ucapku

" Aku gak peduli" jawabnya sambil terus berlari

Kali ini aku segera mengejarnya, tak sengaja aku menabrak tubuh rendi dan dia melihat kedekatan kami berdua. Dia tampak memerhatikan kami berdua, apalagi dimas tertawa sangat pecah sekali.

Dimas menghampiriku dan menyodorkan sebuah buku catatan milikku, dia menyentuh wajahku dan langsung mencubit pipiku, saat itu rendi langsung berjalan menjauhi kami berdua.

Yang ada dipikiranku, rendi cemburu ataukah biasa saja melihat dimas memperlakukanku seperti itu.

" Maaf " ucap dimas

Aku segera mengambil buku catatanku dari tangannya, dimas terus menggodaku tanpa terasa rendi seketika meninggalkan kami berdua dan sudah tidak terlihat batang hidungnya.

" Rendi" teriakanku

Seketika dimas langsung menoleh ke belakang dan langsung menatap wajahku, aku mencoba mengejarnya tapi sungguh dia berjalan sangat cepat sampai aku tak bisa mengejarnya.

" Memangnya tadi ada rendi?" tanya dimas

" Ada tadi dia di belakang" ucapku

" Ya sudah sekarang kita mending pergi ke kantin terus makan" ajak dimas sembari menarik tanganku

Ingin menolak tapi ya sudahlah aku mengikuti kemauannya saja, dia tampak memanjakanku, mentraktir semua makanan yang aku pesan, katanya dia ingin membuat aku bahagia di hari ini.

" Kamu bebas mau makan apa aja, tenang aku yang bayar" ucapnya sambil tersenyum

" Serius? "tanyaku

" Iyah aku serius"

Aku segera memanggil si ibu kantin, entah kerasukan setan apa aku memesan beberapa makanan yang membuat dimas keheranan.

" Kamu serius mau makan ini semua?" tanya dimas

" Iyah aku serius"

" Kamu sendiri kan yang bilang, aku boleh mesan apa saja yang ada di kantin, ya udah aku pesan ini semua" sambungku

Aku memesan banyak sekali makanan seperti, mie ayam, bakso, kwetiau, nasi goreng dan beberapa minuman, tapi anehnya semua makanan habis dilahap dengan mudah olehku.

Dimas hanya menatapku dengan tatapan anehnya, mungkin dia tak menyangka gadis secantik ini jika makan sangat serakah sekali.

Aku berbicara sendiri, bergerutu sendiri dengan tatapan kesal yang aku perlihatkan pada dimas, kedua tanganku sudah terkepal, tiba-tiba rasanya aku ingin menampar wajah vani yang sempat aku lihat dia terus mencoba ingin merebut rendi dariku.

" Vani si gadis jalang awas saja yah aku buat kamu menyesal " ucapku

" Kamu kenapa? " tanya dimas

Seketika aku memukul keras meja kantin sampai akhirnya semua orang menatapku dengan sangat aneh, ahh aku malu jadinya. Aku segera berlari, tapi seketika dimas menarik tanganku.

" Ada masalah? " tanya dimas

Aku hanya diam, tapi air mataku tak bisa dibohongi, aku menangis dalam pelukan dimas. Pelukannya sangat hangat sekali, dia mengusap kedua mataku, katanya aku wanita kuat dan tak boleh menangis begitu saja.

" Maaf" ucap dimas

Aku hanya tertawa mendengar kata maaf darinya, memang dia salah apa sudah mengatakan maaf berulang kali.

" Aku bawa sepeda" ucap dimas

" Terus? "tanyaku

" Kamu naik yah" pinta dimas

Aku hanya diam tak menjawab ucapannya, tapi membuatnya banyak berpikir salah satunya pikiran negatifnya, bahwa aku malu jika harus dibonceng dengan sepeda olehnya.

" Kamu pasti malu ya" ucapnya

" Malu kenapa? " tanyaku

" Ya gara-gara aku ajak kamu naik sepeda"

" Enggak dimas, aku gak malu"

" Ya udah aku tunggu di parkiran sekarang juga yah" ucapku sambil berlari menuju kelas untuk mengambil tas punyaku.

Tak lama kemudian dimas datang membawa sepedanya, dia berhenti di depanku sambil memberikan senyuman padaku.

Semua orang melihat kami, tampaknya aku dan dimas kali ini sedang jadi bahan gosipan banyak orang. Seorang raina bisa menaklukan seorang player seperti dimas hal yang sangat luar biasa bagiku.

" Ayo naik"

" Aku naik di depan atau di belakang" ucapku

" Terserah"

" Di belakang aja kalo begitu " ucapku

" Iyah cepetan" ucap dimas sambil kesal padaku

Aku dibonceng olehnya dan berada di belakangnya, aku pegangan sangat kuat terhadap pundaknya.

Aku sangat bahagia sekali walaupun dengan cara yang sangat sederhana, tapi malah bisa membuat aku melupakan hal yang membuat aku kesal sedari tadi.

Aku berteriak sangat keras mungkin sangat berisik terdengar di telinga dimas, tapi dia juga tertawa dan sangat bahagia melihat aku bisa tertawa lepas bersamanya.

" Dimas sekarang kamu mau ajak aku kemana? " tanyaku

" Aku gak punya tujuan rai" ucap dimas dengan nada polos

" Terus sekarang kita mau kemana? " tanyaku

" Kemana aja yang penting kamu bisa bahagia" ucapnya

Tak terasa air hujan tiba-tiba membasahi kami berdua, aku terus menanggahi mulutku ke atas langit dan bermain dengan air hujan di dalam mulutku.

" Kamu jorok banget sih" ucap dimas

" Terserah aku " jawabku

" Dimas aku mau nanya sesuatu"

" Apa rai"

" Kenapa semua orang bilang bahwa kamu itu player?" tanyaku

" Ya karena aku ganteng" jawabnya

Aku segera menjitak kepalanya, tapi memang sih dia tampan makanya banyak wanita yanh sangat mengidolakannya, tapi aku belum puas dengan jawabannya.

" Dimas aku serius"

" Aku gak tau rai, padahal aku belum pernah pacaran" jawabnya

" Ah kamu bohong"

" Ya terserah"

" Tapi banyak rumor kedekatan kamu sama beberapa perempuan di sekolah contohnya renita"ucapku

" Dia ngejar-ngejar aku terus" jawabnya

" Aku itu aslinya dingin rai"

" Kayak cuaca sekarang" ucapku

" Mungkin" jawabnya