" Awas ah lu" ucap rendi
" Aww " ucapku
Seketika kedua mataku terbuka dan saat ini keadaanku sudah terbaring lemas di dalam Uks, aku melihat sudah banyak orang termasuk rendi, dimas dan juga ranti.
" Kamu gak papa kan? " tanya rendi
Aku segera tersenyum ke arahnya, aku melihat rendi tampak cemas karena keadaanku saat ini.
Rendi menegakkan sebuah air untukku dan menyuapkan pengganjal perut berupa makanan bubur. Dimas yang melihatnya segera berjalan mundur meninggalkan kami, aku sangat memerhatikannya entah perasaan apa ini, aku sedikit sedih melihatnya.
" Tadi kamu jatuh pingsan rai gara-gara ulah mereka berdua tuh" ucap ranti sambil menunjuk rendi dan dimas
" Dimas kemana? " tanya ranti
Aku hanya menggelengkan kepala padanya, rendi segera membangunkanku dengan secara perlahan dan berniat untuk mengantarkan aku pulang ke rumah.
" Kamu pulang aja yah" ucap rendi
" Aku yang antar" ucapnya
" Terserah kamu ren" ucapku
" Sakit aja langsung khawatir kemarin-kemarin kemana woy" sindir ranti
Aku segera menjitak kepalanya dan langsung tersenyum kecil sambil menutupi mulut sahabatku itu, " Ranti jangan begitu" ucapku.
" Kamu masih lemes kan? " tanya rendi
" Iyah ren" ucapku
" Ya udah aku angkat aja yah" ucap rendi
" Jangan ren "
" Kenapa? "
" Aku malu" ucapku
Tiba-tiba saja rendi mengangkat tubuhku dan membuat semua orang yang berada di ruangan itu menjerit entah karena tampak romantis atau malah sebaliknya.
" Rendi malu" ucapku sambil memukul badannya
Rendi segera membawaku keluar, setiap sudut sekolahan tampak semua mata menatap ke arah kami berdua tak luput dari orang yang membenciku yaitu vina.
Dia tampak geram melihat keromantisan kami berdua, aku segera tersenyum sinis ke arahnya memberitahu bahwa hari ini aku menang untuk menaklukan hati rendi.
Vina yang kesal lantas memanggil rendi dengan sekeras mungkin, tapi langsung di abaikan olehnya, " Rendi".
" Orang yang tak tahu malu ya seperti itu" ucap ranti
Dimas sempat melihat kami sebelum dia berpura-pura membuang muka dariku, aku yang melihatnya tampak sedih kenapa dimas seperti itu.
Di dalam perjalanan rendi mengajakku berbicara mengenai hubungan kami berdua dan juga mengatakan minta maaf karena ulahnya kemarin.
" Rai " ucapnya dengan lembut
" Iyah ren" Jawabku sambil tersenyum
" Aku minta maaf"
" Aku udah maafin kamu ren sebelum kamu bilang maaf hari ini"
" Aku janji aku bakal berubah" ucapnya sambil menggenggam tanganku
Rendi tersenyum ke arahku setelah dia mengucapkan kata janji, tulus atau tidaknya hanya dia yang tahu semua perasaannya.
" Kamu cepat sembuh ya" ucap rendi
Aku hanya mengangguk pelan kepadanya dan lagi-lagi aku tersenyum bahagia karena hari ini aku merasa sangat dicintai olehnya.
" Aku sehat kok ren"ucapku
" Ya udah gimana kalau malem kita jalan-jalan sebentar" ajak rendi
" Boleh dengan senang hati" ucapku
Ternyata kami sudah sampai di tempat tujuan, rendi segera mengangkat tubuhku keluar dari mobilnya. Tampak bunda cemas dan khawatir melihatku, " Ren, rai kenapa? " tanya bunda.
" Biasa bun sakit" jawabnya
" Sekarang gimana rai udah baikan"ucap bunda
" Udah bunda bawel" ucapku
" Untung aja ada rendi, makasih yah udah bantuin rai" ucap bunda
" Iyah bun dengan senang hati rendi selalu ada buat rai" ucap rendi
******
Aku membuka semua lemari yang berisikan semua pakaian yang terlihat feminim, tapi tampaknya tak ada yang cocok untuk aku kenakan malam ini.
Aku memperhatikan diriku di depan kaca, dibanding dengan vina jelaslah dia seorang gadis yang sangat cantik berbeda dengan aku.
" Vina jelas lebih cantik dari aku" gerutuku
" Ahhh apaan sih "
Aku segera merias diri agar tampak cantik di depan pasanganku, aku harus berfikir positif bahwa memang rendi lebih mencintaiku dibanding si wanita jalang itu.
TUTTTT TUTTTTT
Terdengar bunyi dari ponselku tampak rendi sudah berada di halaman rumahku, aku segera berjalan ke bawah untuk menghampirinya.
" Rai mau kemana? " tanya bunda
" Aku mau jalan sama rendi bun"
" Kamu masih sakit rai" ucap bunda
" Rai udah sehat bun"
" Ya udah rai mau jalan dulu yah bun" ucapku
Tampak bunda sangat berat untuk mengizinkan aku keluar bersama rendi entah hal apa yang sedang dipikirkannya. Bunda mengamatiku sambil tersenyum kecil ke arah kami berdua, aku segera melambaikan tangan terhadap bunda lalu bunda membalasnya dengan melambaikan tangannya juga.
" Silahkan masuk sang putri" ucap rendi sambil membukakan pintu mobilnya
Aku seperti seorang putri semalam sangat bahagia sekali diperlakukan sangat istimewa oleh sang pangeran, tapi tak begitu dengan bunda dia menatapku dengan tatapan sangat aneh.
" Kamu kenapa rai? " tanya rendi
" Enggak papa kok" ucapku sambik mengalihkan pandanganku
" Ya udah kita berangkat yah" ucap rendi
Di dalam perjalanan pikiranku selalu terpusat pada bunda, kenapa bunda memandangiku seperti itu dan tampak tak senang melihat kehadiran rendi padahal dulu bunda yang paling bersemangat ketika rendi datang.
" Sekarang aku mau bawa kamu ke suatu tempat" ucap rendi
" Kemana?" tanyaku
" Entar kamu tahu sendiri" jawab rendi
TUTTT TUTTTTT aku melihat ponsel rendi berbunyi tapi sama sekali dia tak mengangkatnya, " Itu ada panggilan" ucapku.
" Gak penting rai" jawabnya
" Kenapa gak coba angkat? " tanyaku
" Bukan urusan yang penting rai"
" Serius" ucapku
Rendi hanya mengangguk dan langsung terfokus kembali dalam mengemudikan mobilnya, tapi ada salah satu hal yng mengganjal yang membuat aku risi melihatnya yaitu seseorang yang mencoba menghubungi rendi tapi tak pernah diangkat olehnya.
Aku segera meraih ponselnya, aku berniat untuk mengangkatnya dan mencari tahu siapa yang mencoba menghubungi rendi.
" Gak usah rai" ucap rendi
" Itu siapa ren?" tanyaku
" Bukan siapa-siapa rai"
Aku sedikit kesal olehnya, aku takut itu adalah vina gadis jalang yang ingin merusak hubunganku dengan rendi, " Itu bukan vina kan? " tanyaku.
Rendi tiba-tiba saja memberhentikan mobilnya dan langsung menghadap ke arah wajahku, " Rai kamu tolong percaya sama aku, dia bukan siapa-siapa" ucap rendi sembari meyakinkanku.
" Tolong jaga kepercayaan aku" ucapku
" Tentu saja" jawab rendi
Lantas rendi meneruskan perjalanannya, dia membawaku ke sebuah cafe yang terlihat dari luar sangat romantis sekali, di sana ada beberapa orang yang bernyanyi riang dengan gitarnya dan dihiasi oleh suara mereka.
" Ini tempatnya ren" ucapku
Rendi segera mengeluarkan sebuah sapu tangan dan langsung diikat ke kedua mataku, dia menggiringku masuk ke suatu ruangan yang sangat sejuk rasanya.
" Ren kamu mau ajak aku ke mana? " tanyaku
" Kamu juga bakal tahu sendiri" jawabnya
" Aku hitung sampai 3 baru kamu buka ya" ucap rendi
Rendi memberikan sebuah aba-aba kepadaku, jantungku mulai berdetak tak karuan hal apa yang dia akan berikan kepadaku, apakah benar kali ini dia akan menjadikan aku sebagai seorang putri satu-satunya untuknya.
Jika benar sungguh hari ini adalah yang paling special dan juga harus mengumumkan terutama terhadap vina karena aku adalah pemenang hatinya rendi.