Chereads / Another Popularity / Chapter 6 - 06-Bepergian Dengan Bahagia

Chapter 6 - 06-Bepergian Dengan Bahagia

Mari mempercepat waktu, kini Abare dan Leony sudah berada dalam kereta api bawah laut menuju ke Pulau Honshu. Bukan main, mereka begitu niat untuk menjauh dari sana. Sampai-sampai harus pergi ke prefektur lain untuk jalan-jalan tanpa merasa terganggu.

Astaga, ada-ada saja pemuda jaman sekarang. Demi tidak terganggu acara kencannya sampai harus pergi ke kabupaten lain.

Ada yang pernah mengalaminya mungkin?

Di sana mereka pergi menuju ke kawasan taman, Pulau Honshu adalah salah satu Prefektur yang indah itu juga banyak memiliki pilihan destinasi wisata. Leony dan Abare akan berekreasi seharian, mereka tidak mau tahu lagi, karena mereka sudah sangat rindu untuk menghabiskan waktu bersama.

Tokyo, Kyoto, dan Gunung Fuji adalah salah satu tujuan mereka hari ini.

Abare dan Leony benar-benar senang bisa berlibur bersama. Walau cuma satu hari tanpa gangguan orang lain, tapi dalam satu hari itu mereka bisa menghabiskan waktu dengan penuh kebahagiaan.

Dibanding Tokyo, Leony lebih memilih pergi ke Kyoto. Entah kenapa, bukan karena ia tidak suka hanya saja hatinya lebih memilih untuk pergi ke Kyoto. Abare yang sudah tunduk pada cintanya langsung iya-iya saja ketika sang pujaan hati ingin ke Kyoto. Abare tidak masalah mau pergi ke mana saja asalkan bersama Leony.

"Kau mau kuliner dulu atau rekreasi dulu?" tanya Abare.

"Rekreasi dulu saja," ucap Leony dengan semangat. Senyuman manisnya yang diapit dua pipi gembil merona itu membuat Abare semakin gemas.

"Baiklah, kalau begitu kau tinggal pilih mau pergi ke mana. Aku akan ikut saja," ujar Abare.

"Kenapa begitu?" tanya Leony bingung, ia menggembungkan pipinya heran. "Apa Abare tidak bersemangat pergi bersama ku?"

Abare berdecak sebal. "Bukan begitu mochi bodoh, aku hanya ingin kau memilih destinasi wisata yang kau inginkan. Aku tidak masalah mau pergi ke mana, karena aku tidak tahu tempat wisata yang bagus. Jadi aku itu sebenarnya minta dipilihkan tempat wisata oleh kau, dasar mochi bodoh." Abare mencubit pipi Leony gemas. Rasanya ia ingin memakan pipi itu saking gemasnya ia dengan Leony.

"Hoo jadi Abare mau aku pilihkan tempat wisatanya ya? astaga kenapa tidak bilang begitu," balas Leony sembari menganggukkan kepalanya.

"Kau saja yang tidak mengerti dasar mochi bodoh," balas Abare. "Ya sudah, ayo kita pergi sekarang."

Mereka berdua lalu pergi ke tempat destinasi pertama.

Leony suka sekali tempat yang tenang dan mengandung sejarah. Maka dari itu ia memilih untuk pergi ke tempat wisata Kuil Kinkakuji.

Alasan ia memilih tempat ini sebagai destinasi pertama mereka, karena tempat ini adalah tempat yang paling ingin Leony kunjungi. Dengan danau kecil yang tenang, bersih, dan bening membuat Leony merasa kembali ke era Muromachi tahun 1300 an.

Walau Leony memang tidak pernah pergi ke era itu, namun dari bangunan dan alam sekitar yang tidak pernah dirombak sedemikian rupa, membuat Leony bisa merasakan keindahan alam di sana yang persis seperti pertama kalinya bangunan indah dan megah itu dibuat.

Kuil yang berarsitektur Zen itu dibuat dengan detail yang mewah pada zamannya. Dengan warna kuning keemasan yang mencolok dan mengagumkan, setiap wisatawan termasuk Leony terkagum melihatnya.

Leony dan Abare berkeliling di sekitaran sana, mengambil potret alam bersama. Karena ada danau tepat di samping kuil itu, Abare bersantai sembari menikmati sejuknya udara di sana. Masih banyak pepohonan yang hijau dan nyaman untuk dipandang, Abare akan menandai tempat ini sebagai destinasi wisata setelah ia menikahi Leony nanti. Ekhem, bulan madu yang romantis pastinya.

Ketika sedang asyik menikmati pemandangan, tiba-tiba ada yang menarik ujung baju Abare. Abare langsung menoleh dan mendapati Leony dengan ekspresi bingungnya yang menggemaskan.

"Abare setelah ini mau kemana?" tanya Leony.

"Terserah kau saja, yang penting tempat itu nyaman. Kalau bisa...cari destinasi seperti kuil saja," ujar Abare.

Leony tersenyum cerah. "Oke, kalau begitu kita pergi ke kuil Inari Taisha setelah ini."

Seperti yang Leony bilang, setelah mengunjungi kuil Kinkakuji, mereka lalu pergi ke kuil Fushimi Inari Taisha. Salah satu kuil ikonik Tokyo yang dikenal dengan gerbangnya yang melegenda di mana-mana. Gerbang merah yang tersusun rapi dan banyak itu adalah salah satu spot foto yang disukai para remaja, karena dari gerbangnya itu pasti semua orang akan tahu kalau itu kuil Fushimi Inari Taisha.

"Seperti di anime Noragami saja," gumam Abare. Ia teringat dengan salah satu adegan di anime yang menampakkan bangunan mirip dengan gerbang di kuil tersebut.

"Kau tadi bilang apa Abare?" tanya Leony penasaran. Ia sempat mendengar Abare bergumam, namun karena tertutup kupluk maka ia tidak mendengar dengan jelas.

"Bukan apa-apa mochi bodoh," jawab Abare. Ia tak sadar kalau dirinya sedang tersenyum tipis sembari melihat pemandangan di sana.

'Abare tersenyum. Ini adalah kejadian langka, aku harus terus memandangnya,' batin Leony dengan mata berbinar.

Bukan hanya dari gerbangnya. Tapi arsitektur dari kuil ini juga indah dan bagus sekali. Abare dan Leony sampai tidak sadar berkeliling di sana selama dua jam.

Meski tidak semegah dan keemasan seperti bangunan Kuil Kinkakuji, bangunan di kuil ini juga sangat terjaga. Abare dan Leony bisa merasakan ketenangan seperti pada masa zaman dahulu di sana.

"Wah, sedang berbulan madu ya?" tanya seorang wisatawan. Dia adalah seorang wanita berumur dua puluh tahunan.

Abare dan Leony terkejut, mereka berdua mengerjapkan mata dan terdiam sejenak. Tentu saja pertanyaan seperti itu membuat mereka berdua memerah. Wajah mereka menjadi seperti tomat yang siap dipanen.

"B-bukan kita hanya---"

"Ya, kami sedang berbulan madu." Abare memotong ucapan Leony dengan cepat. Merasa senang sekali karena ada orang yang mengatakan dirinya dan Leony sedang bulan madu.

Tidak salah kalau wanita itu bertanya demikian. Karena sebenarnya kuil Fushimi itu juga merupakan salah satu destinasi wisata untuk para pasangan pengantin yang sedang berbulan madu. Nuansa romantis yang tenang dan membuai hati begitu kental di sana.

Leony semakin memerah, wajahnya yang semula putih merona berubah menjadi merah seperti tomat rebus. Bagaimana bisa Abare dengan mudahnya berkata kalau mereka berdua sudah menikah dan sedang berbulan madu.

"Wah! pasangan muda. Bersemangat sekali," ujar wanita tersebut. "Jarang ada pasangan muda seumur kalian, semoga kalian cepat mendapatkan momongan ya. Jepang butuh meningkatkan angka kelahiran, fufufu." Wanita itu terkekeh pelan.

"Terima kasih atas doanya. Kami juga berharap segera mendapat momongan," ujar Abare sembari mengelus pelan perut Leony. Leony hampir pingsan saking malunya.

"Err...a-apa anda juga sedang berbulan madu?" tanya Leony untuk mengalihkan pembicaraan. Kalau Abare terus menerus membuat kesalahpahaman ini semakin panjang, bisa-bisa Leony mati kena serangan jantung.

"Iya, saya dan suami saya sedang berlibur di sini. Kami dari Okinawa, dan kami memilih untuk berlibur ke sini," jawab wanita tersebut.

Lama berbincang-bincang, mereka lalu permisi untuk pergi ke tujuan masing-masing. Setelah memberi salam dan membungkukkan badan sebagai kebiasaan orang Jepang setelah berpisah. Abare dan Leony lanjut menjelajahi destinasi wisata mereka.

"K-kenapa kau berkata seperti itu tadi?" tanya Leony tergagap. Leony masih tidak bisa menyembunyikan rasa malu dan gugupnya akibat Abare tadi.

"Itu bisa jadi doa," ujar Abare.