Chereads / Another Popularity / Chapter 8 - 08-Terjebak Hujan

Chapter 8 - 08-Terjebak Hujan

Abare dan Leony kini menyudahi kegiatan berkeliling mereka. Perut Leony sudah keroncongan, dan suara itu terdengar cukup nyaring sampai ke telinga Abare. Abare tidak mau jadi seseorang yang jahat karena membawa anak orang tapi tidak memberinya makan sampai kelaparan seperti ini.

"Kalau kau lapar bilang saja dasar mochi bodoh," ujar Abare.

"A-aku tidak lapar," elak Leony dengan suara yang kecil. Ia masih malu karena bunyi perutnya yang terdengar nyaring seperti itu.

"Lalu bunyi perut yang seperti beruang yang mengaum itu suara perut siapa? sudahlah, ayo kita cari makan. Aku juga sudah lapar sekarang," ujar Abare.

"Yeaay makan," ucap Leony dengan girang sekali.

Kini mereka sudah sampai di salah satu resto yang menyediakan berbagai macam jenis hidangan.

Leony ingin sesuatu yang manis. Ia langsung memesan hidangan menu Manisan Ohagi¹ untuk tambahan hidangannya nanti di samping nasi mentai² dan Udon³.

Abare memesan cukup banyak hidangan juga, entah kenapa ia merasa lebih lapar. Atau mungkin rasa lapar yang Leony rasakan juga menular ke Abare. Abare memesan Sashimi⁴, Takoyaki⁵, dan nasi mentai.

Abare tidak bisa memesan Udon, karena Udon terbuat dari daging babi.

Ya, Abare adalah seorang muslim. Sedangkan Leony beragama Budha seperti ayahnya. Mayoritas penduduk Jepang memang beragama Budha, maka dari itu banyak kuil Budha di negara tersebut.

"Ittadakimasu."

"Ittadakimasu, Bismillah."

Leony dan Abare lalu menyantap hidangan yang telah mereka pesan tersebut. Leony nampak makan dengan begitu lahap, bahkan pipinya yang gembil itu sampai menggembung besar karena saking banyaknya makanan yang ia kunyah.

'Itu setara dengan porsi buruh angkat serabutan,' batin Abare meringis melihat porsi makan Leony.

Mungkin hidangannya tak jauh berbeda macamnya dari Abare, tapi Leony memesan dalam porsi double. Abare masih heran kenapa berat badan gadis itu hanya 60 kilogram saja, padahal seharusnya Leony bisa mencapai berat badan 80 kilogram dengan makanan sebanyak itu.

Abare tahu kalau porsi makan Leony kurang lebih seperti itu setiap harinya.

"Kita akan kemana lagi setelah ini?" tanya Leony.

"Hmm, menurutmu? aku tidak tahu tempat wisata yang bagus. Bukannya kau yang tahu?" balas Abare.

"Barangkali ada sebuah tempat yang ingin kau kunjungi," balas Leony.

"Kurasa lebih baik kita pulang saja. Apa kau lihat ramalan cuaca di ponselmu? hari sebentar lagi akan hujan deras disertai petir," ujar Abare. "Aku tidak mau diomeli ayahmu karena membawamu dalam keadaan basah kuyup."

Leony terkekeh pelan. Abare sebenarnya mengkhawatirkan keadaan Leony, tapi masih saja membawa-bawa ayahnya Leony sebagai alibinya.

"Baiklah, lagipula kita sudah banyak berkeliling seharian ini," ujar Leony dengan senyum gembira khasnya.

Hari memang sudah mulai menggelap, matahari sudah berganti posisi dengan bulan yang sekarang menerangi langit malam di seluruh dunia.

Leony dan Abare memutuskan untuk pulang secepatnya. Jam sudah menunjukkan pukul setengah 7 malam, kalau mereka bergegas mungkin mereka akan sampai pukul setengah 8 atau tepat pukul 8 malam. Abare tahu Leony tidak boleh pulang terlalu larut, orang tuanya Leony memang tegas dalam mendidik anaknya.

Namun baru saja mereka keluar dari restoran itu, angin kencang sudah bertiup. Diiringi dengan suara petir yang menggelegar.

"Kyaaaa!" pekik Leony yang masih berdiri di depan pintu.

Abare langsung menarik pelan Leony ke dalam pelukannya. Leony begitu ketakutan, ia menangis di dalam pelukan Abare.

Leony takut petir, Abare tahu itu. Dan itu juga adalah salah satu alasan kenapa Abare ingin secepatnya membawa Leony pulang setelah melihat ramalan cuaca yang mengatakan akan turun hujan disertai petir.

"Sudah, jangan menangis mochi bodoh. Petir itu tidak akan menyakitimu kalau kau berada di dalam ruangan seperti ini," ujar Abare sembari mengelus pelan pucuk kepala Leony. Ia tidak suka melihat gadis yang ia cintai menangis.

"T-tapi aku takut hiks hiks," ujar Leony sambil masih terisak.

Bunyi petir yang sangat nyaring terdengar. Membuat Leony semakin takut. Malam itu badai datang secara tiba-tiba, Abare sedikit menyesal mengajak Leony untuk berwisata hari ini. Bukan, bukannya ia menyesal menghabiskan waktunya bersama Leony. Tapi yang ia sesali adalah cuaca yang tiba-tiba berubah seperti itu, membuat gadis yang ia cintai ini ketakutan. Abare tidak tahu akan pukul berapa mereka pulang kalau hujannya sederas ini.

Tapi di satu sisi Abare bersyukur, karena ia bisa memiliki waktu lebih lama bersama Leony. Ia memutuskan untuk tetap di dalam restoran itu bersama Leony, karena tidak mungkin juga ia mengajak Leony keluar dan menerobos hujan itu. Bisa-bisa Leony jadi sakit keesokan harinya.

"Maaf membuatmu terjebak hujan begini mochi bodoh," ucap Abare pelan.

"A-abare tidak bersalah. Yang salah itu petir nya hiks hiks," ucap Leony sambil mengusap air matanya yang masih merembes melalui matanya.

Di tempat lain, Shouki dan Momo berada dalam mobil yang sama. Wajah mereka sama-sama terlihat masam dan jengkel. Tentu saja mereka jengkel, karena orang yang mereka sukai kini sudah lolos dari pengawasan mereka. Shouki dan Momo yakin kalau Abare dan Leony tengah bermesraan sekarang, dan dugaan mereka sebenarnya tidak keliru.

"Seharusnya kau lebih jeli lagi ketika mencari gadis gendut itu," ucap Momo menyalahkan Shouki.

"Kau menyalahkan aku?!" tanya Shouki tidak terima. "Kau sendiri tidak becus mengawasi Abare. Dan aku peringatkan satu hal. Jangan pernah sebut Leony dengan sebutan seperti itu! atau kau mau menerobos hujan deras ini sendirian?!"

Momo terdiam, ia berdecak sebal. Ia tidak bisa membalas perkataan Abare. Sungguh perbuatan konyol kalau ia mementingkan egonya lalu keluar dari mobil itu. Hujan deras disertai angin kencang dan petir yang begitu besar dan menakutkan siap menghadangnya di luar. Meskipun Momo tidak takut dengan petir, tapi tetap saja keluar sana akan menjadi suatu hal yang berisiko baginya.

"Kita sudah mencari sampai seisi kota Asahikawa, tapi kita tidak menemukan mereka di mana-mana. Bahkan orang suruhanku sudah mencari mereka sampai di bagian Prefektur Hokkaido yang lainnya. Tapi nihil, mereka tidak ada di manapun," ucap Shouki kesal. Ia memukul setir mobilnya karena kesal. "Apa jangan-jangan mereka pergi ke prefektur lain? astaga, mereka terlalu bersemangat."

"Kalau begini mereka juga tidak bisa pulang," ujar Momo. "Mungkin mereka akan pulang besok. Kebetulan besok adalah hari libur. Tch, membuatku semakin kesal saja."

Mata Shouki melotot, ia tidak bisa membayangkan kalau gadis yang ia cintai semakin berlama-lama bersama Abare. Apalagi kalau sampai semalaman, emosi Shouki mulai naik ke ubun-ubun.

Tak lama setelah itu, Shouki merasa ada yang tidak beres dengan mobilnya. Jalan mobilnya terasa melamban, dan arah jalan mobilnya mulai tidak menentu. Ia langsung menghentikan mobilnya saat itu.

"Kenapa kau berhenti?" tanya Momo.

"Aku curiga kalau ban mobil ini kempes," jawab Shouki dengan wajah khawatir bercampur masam.

Momo mengusap wajahnya kesal, sudah tidak berhasil mengawasi Abare. Dan kini dirinya harus terjebak di tengah hujan yang begitu deras dalam sebuah mobil yang bannya kempes. Sungguh sial nasibnya hari ini.

"Lalu kita harus bagaimana? tidak mungkin kita berada di dalam mobil ini semalaman, bensinnya juga bisa habis kalau mobilnya dinyalakan terus menerus. Dan kita juga tidak bisa bernafas dalam mobil tertutup yang kondisinya mati," ucap Momo.

Shouki terdiam sejenak. Matanya yang tajam dan mengintimidasi itu mulai melirik ke arah luar kaca mobilnya. Menemukan bahwa ada bangunan besar yang cukup ia kenal di dekat situ.

"Gunakan matamu, kita sudah dekat dengan sekolah," ucap Shouki.

"Lalu?"

"Kita menginap di sana." Shouki langsung keluar dari mobilnya dan menuju gerbang sekolah.

Momo yang gelagapan langsung mengikuti Shouki. Ia lebih memilih untuk menginap di sekolah daripada di dalam mobil sepanjang malam.

Untungnya baik Momo ataupun Shouki sama-sama memiliki tubuh yang lincah, melompati pagar sekolah adalah hal yang sederhana bagi dua orang yang pernah mengikuti kegiatan bela diri selama bertahun-tahun tersebut.

Mereka berdua lalu menyusuri lorong sekolah. Penjaga sekolah itu nampaknya memilih untuk pulang, karena hujan yabg terlalu deras. Tch, penakut sekali, begitulah yang dipikirkan Momo dan Shouki sekarang.

"Jangan berpikir yang tidak-tidak Shouki, tidak ada hantu di dunia ini," ucap Momo memecah keheningan.

"Siapa itu Shouki?"

Sosok Shouki itu membalas perkataan Momo dengan nada yang cukup membuat merinding. Dan Momo hampir saja berteriak kencang karena Shouki berpaling dengan senter ponsel yang ia arahkan di bawah wajahnya. Persis seperti scene menakutkan di film horor.

"Kau mengatakan itu padaku tapi kau sendiri malah takut hantu," ujar Shouki. "Sudahlah, ayo cari ruangan yang tidak dikunci dan nyaman untuk tempat tidur."

Momo jadi malu sendiri, karena apa yang diucapkan Shouki tadi itu benar. Ia sebenarnya sedikit takut sekarang, apalagi di luar sedang hujan deras dan hari sudah malam. Ia merutuki dirinya sendiri yang suka menonton film horor di malam hari.

Suasana sekolah itu memang sedikit berbeda di malam hari. Tentu saja, semua bangunan akan begitu. Baik itu sekolah, kantor, tempat perbelanjaan, bahkan rumahmu sendiri akan terasa berbeda bila lampunya dimatikan di malam hari.

"Aaahhh kyaa ahhh, kau menusukku terlalu kuat!"

"Shhh ahhh, milikmu dalam dan hangat sekali. Jepit aku lebih kuat sayang shhh."

Author's Note :

1. Manisan Ohagi : Wagashi atau manisan adalah jenis makanan yang sangat populer di Jepang dan ohagi atau botamochi merupakan bagian dari wagashi tersebut. Manisan ini dibuat dari beras ketan yang biasanya dilapisi selai kacang. Beras ketan yang menjadi bahan dasar manisan ini sama dengan bahan dasar untuk membuat mochi. Manisan Ohagi didominasi warna hijau pada umumnya, karena memiliki bahan dasar yang bercampur macha.

2. Nasi mentai : makanan Jepang yang terdiri dari nasi dengan bahan dasar pauknya yang berupa ikan salmon yang diberi bumbu dan beberapa sayuran sedemikian rupa. Nasi ini dikukus menjadi satu dengan ikan salmon tersebut, dan ikan salmon itu akan menutupi bagian atas dari nasi tersebut.

3. Tonkatsu : Tonkatsu merupakan makanan khas Jepang dengan bahan utama daging babi. Daging babi yang dilapisi dengan tepung roti ini akan digoreng

4. Sashimi : Olahan makanan Jepang yang terbuat daging ikan mentah yang dipotong-potong sedemikian rupa. Tidak lupa ditambah beberapa pengharum dari bumbu dan lemon agar tidak amis. Dan bisa langsung dimakan. Berbeda dari Sushi yang digulung menggunakan rumput laut, nasi, dan bahan lainnya. Sashimi hanya berupa ikan mentah yang dipotong-potong saja.

5. Takoyaki : Takoyaki adalah nama makanan asal daerah Kansai di Jepang, berbentuk bola-bola kecil dengan diameter 3-5 cm yang dibuat dari adonan tepung terigu diisi potongan gurita di dalamnya. Ada yang ditusuk menyerupai sate, dan ada juga yang disajikan dalam piring seperti biasa.