Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Your Presence

๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉAQUELLA_0803
278
Completed
--
NOT RATINGS
109.4k
Views
Synopsis
Ketika fisik sudah tidak mampu untuk bertahan lagi, harapan terakhir agar diri tak menggila hanyalah pada batin dan akal sehat. Namun, bagaimana jika akal sehat sudah mulai tak bisa diajak untuk berkompromi lagi? Adit, sebagai contoh dari sekian anak yang merasa kurang beruntung akibat menjadi korban dalam kekerasan rumah tangga orang tuanya. Menjadi sasaran empuk kala sang Ayah dan Ibu tengah lelah karena perkerjaan mereka, bahkan membuat Adit sudah sangat lelah untuk terus bertahan di dunia yang begitu kejam untuknya. Nurani sudah menghilang, batin pun mulai berbisik agar enyah dari dunia yang kejam ini. Mengakhiri hidup mungkin, menjadi akhir kisah Adit yang begitu kelam. Agar ia bisa lepas dari kedua orang tua nya yang tak menginginkannya untuk terlahir ke dunia ini. Namun .... "Kalo mau bunuh diri jangan di sini, Aa ganteng!" Suara khas sang gadis yang terus menggema, mengganggu pikiran Adit hingga akal sehatnya perlahan kembali membaik. "Siapa dia? Mengapa aku selalu memikirkannya?" Akankah, Tuhan mempertemukan Adit dengan gadis yang berhasil mencegah dirinya untuk mengakhiri hidupnya itu? Atau, kah sebaliknya? Apakah Adit akan mendapatkan kebahagiaan yang tak pernah ia rasakan sejak berusia 5 tahun hingga sekarang?
VIEW MORE

Chapter 1 - Kehidupan yang menyakitkan.

"Pergi dari rumah ku sekarang!" bentak wanita paruh baya menatap anak laki-lakinya dengan tatapan tajam.

"Ma, aku minta maaf. Jujur aku tidak sengaja memecahkan vas bunga Mama.." balas anak laki-laki tersebut.

"Aku bilang pergi dari rumah ku!" bentak wanita paruh baya.

Laki-laki itu pun pergi dari rumah orang tuanya tanpa membawa apa pun. Hanya baju, ponsel dan sedikit uang di dompet-nya. Ia berjalan melewati taman yang begitu indah di Kota Bandung. Laki-laki itu tersungkur dan akhirnya menangis dengan kondisi tubuh yang banyak dipenuhi luka memar.

Ada seorang gadis yang berlari dan menghampiri laki-laki tersebut. Ia memberikan minuman dingin dan langsung berjongkok di hadapan laki-laki itu.

"Minum lah, tenangkan dirimu.." ucap gadis cantik yang tersenyum ke arahnya.

"Sakit," ucap nya sambil memeluk tubuh gadis yang ada di hadapannya sekarang.

***

1 bulan yang lalu,

Laki-laki berwajah tampan layaknya seorang pangeran sedang duduk di sebuah restoran bersama kekasih pujaan hatinya. Mereka berbincang dan saling melontarkan cerita lucu, sehingga terlihat sepasang kekasih ini begitu menikmati hari kebersamaan mereka.

"Sayang.. Kamu masih ingat 'kan janji untuk membelikan tas baru?" tanya kekasihnya.

"Jelas ingat lah sayang. Setelah selesai makan kita langsung pergi ke toko tas dan membelikan mu tas baru.." balas laki-laki tampan tersebut.

"Aku makin sayang sama kamu," sambung kekasihnya sambil memeluk laki-laki yang berstatus sebagai kekasihnya.

"Oh iya Sinta, uang jajan mu sudah habis?" tanya laki-laki tersebut.

"Itu yang mau aku bilang ke kamu sayang. Uang jajan ku yang 3 hari lalu yang kamu berikan sudah habis, kamu tau 'kan aku sekali belanja berapa juta," balas Sinta.

"Ya sudah aku transfer uang lagi ke kamu," balas nya.

Sinta begitu bahagia dan tidak pernah melepaskan pelukkannya dari tubuh kekasihnya. Seorang pelayan datang dan meletakkan makanan yang mereka pesan di meja makan, tanpa sengaja pelayan itu menumpahkan minuman ke baju Sinta. Tentunya gadis itu kesal dan menampar wajah Pelayan tersebut.

Plak!

Satu tamparan keras mendarat di wajah sang pelayan. Tatapan semua pelanggan restoran, tertuju pada Sinta yang menampar wajah pelayan tersebut.

"Ini baju mahal! Berani sekali kau menumpahkan minuman ke baju mahal milikku!" bentak Sinta.

"Maaf, Nyonya.." ucap pelayan itu meminta maaf atas kesalahan yang ia buat.

"Maaf katamu! Kau tau baju ini belinya di Luar Negeri! Akan sulit mendapatkannya lagi!" bentak Sinta lagi.

Pelayan itu hanya bisa menunduk dan menahan rasa sakit di wajahnya. Jujur wajah pelayan tersebut sudah memerah dan air mata mulai membasahi wajahnya.

"Sudahlah nanti aku belikan lagi sayang, kasihan dia.." ucap kekasihnya yang mencoba menenangkan Sinta, karena merasa kasihan pada pelayan yang di bentak kekasihnya.

"Kau tau kan Adit, aku bersusah payah mendapat'kan baju ini. Sekarang dia dengan seenaknya menumpahkan minuman ke baju, ku..." balas Sinta yang emosi.

"Tapi dia tidak sengaja dan sudah minta maafkan. Kasihan dia, kau pukul seperti tadi..." balas Adit.

"Kau membela pelayan rendahan ini?! Good Adit, kau memang terbaik! Jangan temui aku!" bentak Sinta mengambil tas-nya dan pergi meninggalkan kekasihnya di restoran.

Adit hanya menghela napas dengan pelan dan menatap ke arah pelayan yang masih menunduk. Laki-laki itu mengambil tisu untuk menghapus air mata pelayan tersebut.

"Jangan menangis lagi, kau tidak salah..." ucap Adit menatap pelayan itu.

"Maaf, Tuan. Aku benar-benar tidak sengaja, dan aku minta maaf sudah membuat kalian bertengkar..." balas pelayan.

"Santai saja, kembali bekerja. Aku akan menghabiskan makanan ini dulu, mubazir kalau dibuang..." sambung Adit yang duduk kembali di kursi-nya.

Pelayan itu mengangguk dan membersihkan meja terlebih dahulu, lalu melanjutkan kembali pekerjaan-nya mengantar makanan ke setiap meja pelanggan.

***

5 menit kemudian Adit pun selesai makan dan memanggil pelayan untuk membayar uang makanan-nya. Pelayan yang tadi sempat melakukan kesalahan datang dan menghampiri Adit.

"Berapa total nya?" tanya Adit sambil tersenyum sopan.

"3 juta, Tuan.." balas pelayan tersebut.

Adit mengeluarkan uang cash dan memberikan tip pada pelayan tersebut. "Semangat bekerja, Putri.." ucap Adit menatap nama pelayan di seragam kerja yang ia pakai.

"T-terima kasih, Tuan.." balas Putri menatap wajah Adit sambil tersenyum manis.

Adit membenarkan jas-nya dan berjalan keluar restoran sambil tersenyum ramah pada orang-orang yang ia lewati. Laki-laki itu pun memasuki mobil dan supir pun menghidupkan mobil menuju rumah majikannya.

Setelah sampai di rumah kedua orang tuanya. Adit langsung masuk dan terkejut saat melihat sang Ayah sudah membawa kayu yang cukup panjang kearahnya.

Laki-laki itu mulai ketakutan dan berjalan mundur saat ayahnya mendekatinya. Namun, ternyata ibunya sudah lebih dulu mengunci pintu rumah, sehingga laki-laki itu tidak bisa kabur dari mereka.

"Pa, Aku tidak melakukan kesalahan sedikit pun, kenapa kau membawa kayu itu?" tanya Adit yang mulai gemetar.

Ibunya yang sedari tadi ada di belakang Adit, langsung menarik rambut laki-laki tampan itu.

"Akh.. Sakit Ma.." rintih Adit.

"Kau tau sakit, tapi kenapa kau membuat kesalahan yang sangat fatal, ha?!" bentak Ibu.

"Adit tidak ada membuat kesalahan Ma.." balas Adit menahan sakit yang ia rasakan.

"Tidak membuat kesalahan katamu!" bentak ayahnya dan memukul kaki anak laki-lakinya dengan kayu yang ia bawa.

Bruk!

Adit langsung tersungkur dan kakinya pun memerah karena pukulan dari sang Ayah. Ia meneteskan air mata dan memeluk kaki kedua orang tuanya.

"Maafkan aku Pa. Tapi aku tidak melakukan kesalahan sedikit pun.." ujar Adit memohon pada ayahnya.

"Kenapa foto mu ada di internet ha?! Kekasihmu membuat keributan lagi dan nama keluarga kita akan buruk di mata orang!" bentak ayahnya sambil menarik rambut Adit.

"Adit tidak tau Pa, kenapa foto itu ada di internet," balas Adit.

Ayahnya menarik paksa tangan Adit dan masuk ke dalam gudang, setelah itu sang Ibu mengunci gudang tersebut dan hanya Adit serta sang Ayah yang ada di dalam gudang.

Bruk!

Plak!

Bruk!

Plak!

Suara pukulan dan tamparan mendarat di wajah serta tubuh laki-laki tampan itu. Darah segar mengalir dari sudut bibirnya dan bibir Adit pecah karena tamparan keras dari ayahnya. Tubuhnya sudah membiru dan kondisi Adit sekarang telah melemah.

"Sekali lagi foto mu tersebar di internet gara-gara kasus kekerasan, kau akan mati di tanganku!" bentak ayahnya menendang anak laki-lakinya.

Adit hanya diam karena jujur tubuhnya sangat lemah, ia hanya bisa melihat kepergian sang Ayah. Tiba-tiba kakak perempuan Adit masuk dan menghampiri adiknya yang sudah babak belur oleh Ayah kandungnya sendiri.

"Adit, ya Tuhan. Maafkan kakak, sudah terlambat menolongmu.." ucap kakaknya menangis sambil memeluk adik kesayangannya.

"Tidak apa-apa kak, jika kakak menolong Adit. Nanti kakak di marahi oleh Ayah," balas Adit membalas pelukkan kakaknya dan menahan sakit di tubuhnya serta wajahnya.

Kakak perempuannya pun membantu adiknya untuk berdiri dan membawanya masuk ke dalam kamar untuk mengobati memar yang ada di tubuh Adit. Kakaknya begitu sedih melihat kondisi adiknya yang dipenuhi luka setiap hari jika pulang kerumah. Tapi apalah daya, ia tidak bisa menentang kedua orang tuanya.

.

To be continued