Chereads / Misteri Pulau Ular / Chapter 2 - Tim Kami

Chapter 2 - Tim Kami

Pasti dugaan ku benar. mereka setelah mengirimkan uang ini kepada ku, lalu menghapus rekening itu. Berarti mereka sudah tahu sifat ku, selama ini mengikuti aku.Maka aku coba cari bahan-bahan tentang pulau ular ini, di pesan itu yang dapat aku tahu pulau ini masih ada hubungan dengan kerajaan blambangan. Aku pun mencari pulau ini di internet, ternyata aku mudah menemukan pulau ini. tapi aku kekurangan petunjuk tentang pusakanya, aku tidak tahu benda seperti apa yang di cari oleh pengirim pesan. Pengirim pesan tidak meninggalkan petunjuk tentang barang pusakanya. Hanya harus mencari benda pusaka di sana. Karena aku sudah lelah aku memilih untuk tidur. Di dalam mimpi ku, aku sedang membaca buku catatan kakek. Ternyata di buku harian kakek ada catatan tentang pulau ini, aku langsung mencari buku catatan kakek. Aku mengumpulkan informasi, dan sesuai keinginan ku ini informasi yang cukup untuk ku dapat pergi. Aku pun membalas jika akan menyanggupi permintaan itu, dengan syarat menunggu liburan kuliah ku. tidak lama si pengirim membalas dengan alamat yang harus aku datangi karena dia juga mengirimkan bantuan untuk ku.

Hari yang sudah di janjikan pun datang, aku juga sudah mempersiapkan mental ku yang utama. Ditambah aku juga sudah mendapatkan teman untuk kesana. Karena aku tidak ingin sendiri berangkat dari kost ku. aku mencari forum tentang orang-orang yang suka dengan sejarah dan suka juga berpetualang. Lalu aku post tentang keinginan ku untuk ke pulau itu sambil mencari sejarah di pulau itu yang tidak di temukan di internet. Ada 5 orang yang tertarik untuk ikut kesana, tetapi aku hanya bisa membawa 2 diantara mereka. Itu sudah kesepakatan ku dengan si pengirim pesan itu. Ternyata yang bisa saat hari yang dijanjikan tepat hanya 2 orang. Mereka bernama Jordan dan Bagus. aku menunggu mereka datang di depan gang kost ku. tidak beberapa lama aku melihat seorang laki-laki memakai jaket abu-abu dan tas gunung yang ukurannya tidak terlalu besar. Aku melihat dia juga membawa tas belati di kakinya, seperti seorang yang sudah ahli di alam liar.

"kayak di film-film ini" aku mengatakannya di dalam batin.

Saat dia sudah mendekat, aku pun menyapanya.

"hai, aku yang bernama Wira"

"aku , Pranadita" aku melihatnya duduk di sampingku

"hmmm bukan bagus atau Jordan? Berarti aku salah orang maaf"

"kamu memiliki tujuan ke pulau ular?"

"iya"

"berarti aku benar, kamu yang aku cari"

"hmmm? Kamu dikirim dari si pengirim pesan ke aku?"

"bukan" jawabnya singkat. Sejenak aku terkejut.

"terus ini siapa heee? Aku gak kenal" kata ku dalam hati.

"kamu tidak usah takut, aku akan menemanimu ke pulau itu"

"hmmm?" aku hanya menjawabnyan dengan spontan. Karena dia pendiam dan menjawab hanya seperlunya aku pun mengakhiri percakapan ku dengan itu.

Sudah sekitar 20 menit semenjak perjanjian, dia hanya diam. Aku yang memulai pembicaraan dan dia hanya diam mendengarkan ku. tiba-tiba datang seorang laki-laki menepuk pundak ku, dan ternyata dia adalah Bagus. karena sesuai dengan perjanjian, aku hanya bisa membawa 2 orang. Tidak ada kabar dari Jordan. Oleh karena itu aku mengajak mereka berangkat menggunakan transportasi umum, untuk sampai ke tempat perjanjian. Sesampainya di tempat perjanjian aku di hampiri oleh seorang wanita yang menyuruhku menaiki bis yang sudah di pesan oleh mereka. Di dalam bis sudah ada sekitar 6 orang laki-laki dan tas-tas besar. Kami bertiga di arahkan untuk duduk di tempat duduk yang kosong. Sedangkan yang kosong ada 1 di sebelah perempuan itu dan kursi paling belakang. Aku memilih duduk di barisan paling belakang di bis ini, karena isinya saja mengerikan begini. Aku merasa aman dengan posisi barisan di tempat duduk ini. Pranadita, aku lalu Bagus. Ini adalah posisi paling aman menurutku saat ini.

Yang ku tahu perjalanan di bis ini akan memakan waktu sampai 2 hari sampai ke tempat penyebrangan ke pulau itu. Di perjalanan kami istirahat setiap waktunya makan di rumah makan. Di salah satu kesempatan saat di rumah makan, perempuan itu memperkenalkan dirinya kepada ku bernama Rita. Dia mengaku sebagai salah satu asisten si pengirim.

"Rit, ini kita akan memakan waktu berapa lama sampai di pulau?"

"sekitar 2 jam, kita nanti akan memakai jalur khusus yang sudah kami persiapkan"

"oh ok"

"terus itu teman-teman kamu, bisa di percaya? Apalagi yang ada di samping mu" bukannya kalau berbicara dengan nada segitu orang di sebelah ku masih bisa mendengar.

"ah dia ini, namanya Pranadita. Dia memang pendiam orangnya, tapi dia sudah kelihatan kalau suka dengan petualangan bukan?"

"iya juga sih, dia memang sepertinya sudah ahli, oke kalau begitu. Makanlah!"

"hmmm" sambil aku melahap makanan ku.

Aku yang tidak enak dengan Pranadita, sehabis Rita meninggalkan tempat duduknya. Aku berbicara dengan Pranadita yang dari tadi makan dengan santai.

"Pranadita, maaf tadi aku dan Rita membicarakan mu. Tapi tadi kamu mendengarnyakan? Maaf kalau membuatmu merasa tersinggung"

"kenapa kamu meminta maaf dengan ku, padahal kamu pasti tahu siapa yang seharusnya meminta maaf" aku kaget dengan jawaban dari dia, apalagi dengan suaranya yang datar tetapi aku tidak merasakan emosi apapun.

"hrmmm...ahahah tidak apa-apa. Aku merasa tidak enak jika belum meminta maaf kepada mu"

"aku beri saran kamu jangan suka meminta maaf jika kamu tidak melakukan kesalahan"

"aaah iya, aku ingat pesan mu"

"sama kamu jangan melakukan hal bodoh saat disana, berfikir dulu sebelum bertindak."

"iya, iya"

"jangan menjadi orang baik selama disana, pikirkan dulu keselamatan mu"

"iya aku akan ingat pesan mu, ternyata kamu bisa cerewet juga. Hahhahahaha"

"aku berbicara seperti ini, karena aku merasa kamu akan melakukan hal bodoh selama disana"

"benar, benar. Aku meminta bantuan mu juga jika aku akan melakukan hal bodoh. Tolong jaga aku master. Hahahaha" dengan suara tertawa terpaksa ku.

"aku akan menjaga mu, tapi akan lebih menjamin kalau kamu ingat saran ku"

"baik-baik master, master memang orang baik" sambil aku memberikan jempol, tiba-tiba bagus ikut menyahut dari belakang.

"jadi kalian main hubungan saling menjaga? Aku tidak kamu jaga master?"

Tiba-tiba Pranadita hanya berdiri menatap Bagus sekilas lalu meninggalkan aku dan Bagus.

"hmm…Wir aku salah memilih kata?"

"tidak, dia memang seperti itu"

"kenapa kamu yakin sekali?"

"aku hanya merasakanya saja"

"hahahahaha, kupikir bukan dia saja yang aneh. Kamu juga aneh, bisa tahu emosi dia"

"sudah, sudah. Ayo kita kembali bis" sambil aku menepuk pundak Bagus.

"iya, ayooo…" sambil Bagus mengalungkan tangannya ke pundak ku.

Setelah dari kejadian itu Bagus semakin akrab dengan ku, dia membagikan pengalaman hidupnya. Sedangkan Pranadita, dia hanya banyak berbicara banyak saat kejadian itu saja. Tapi aku merasa di orang baik, saat aku dan juga Bagus memberikan minuman dan makanan dia selalu menerima. Dia pasti memakan dan minum meskipun sedikit, menurutku dia masih tahu cara menghargai seseorang. Meskipun aku dan Bagus tertawa sendiri dengan candaan ala kami, dia di sampingku hanya diam dan tidur. Dia tidak menyuruh kami untuk diam, sampai lah ke titik penyebrangan. Kami datang pagi sekali, di titik ini sangat sepi. Bahkan penerangan dari rumah-rumah warga itu sudah jauh. Ada 2 kapal yang menuntun kami untuk sampai ke pulau itu, tiba-tiba Pranadita berbisik ke arah ku.

"dari sini kamu harus ingat pesan ku"

Aku membalasnya dengan mengangguk, aku kaget saat dia menatapku lalu aku merasa dia tersenyum tipis kepada ku. aku merasakan tubuh ku merinding karenanya. Tidak tahu dari arah mana, aku merasa ada suara perempuan meminta pertolongan kepadaku.

"eiiii…kenapa kamu bingung?"

"kamu tidak mendengarkan ada suara?"

"suara jangkrik maksud mu? Apa babi hutan?"

"hehehehehe"

"heheheheheheh" tertawa aku dan Bagus bersahutan.

"enggak lucu gus"

"mangkanya dari tadi aku tidak mendengar apapun, kecuali suara nafas laki-laki yang ada disini"

"ya sudah lah" sambil aku membawa tas ku menuju kapal.