Chereads / Misteri Pulau Ular / Chapter 4 - Mimpi

Chapter 4 - Mimpi

Sesampai di mulut Goa, aku semakin yakin ini goa benar-benar tersembunyi. Kupikir goa yang akan aku datangi, nantinya berujung di laut. Ternyata salah, lokasi goa ini seharusnya ada di tengah-tengah pulau dan untuk masuk harus memakai tali dari atas. Dengan aku yang tidak memiliki pengetahuan pendaki ini cukup sulit. Padahal seingatku di catatan kakek, goa ini berujung di laut. Kakek juga jika ingin masuk ke goa ini harus menggunakan rakit. Padahal seharusnya jika di lihat dari ukuran pulau ini cuman ada 1 goa. Sesaat aku melamun saat sudah turun dari mulut goa, aku disadarkan dengan master yang menepuk pundak ku lalu jalan melewati ku begitu saja.

Di bawah ini sesudah turun, kami memilih untuk beristirahat sejenak. Sebelum masuk ke goa lebih dalam. Menurut Rita, timnya tidak menyusuri goa sampai ujung. Karena saat menyusuri goa ini, tiba-tiba tim penyusuran mereka hilang kontak dan tidak ada yang kembali. Dari situ aku kaget, berarti kita masuk tanpa pengetahuan apa-apa tentang goa ini. di situ aku melihat hewan seperti ayam hutan tetapi dia hanya diam ke arah ku. aku yang penasaran dengan ayam itu berdiri dari duduk ku lalu berjalan ke ayam itu. Saat aku berdiri dia masih berada di tempat itu, saat aku berjalan ayam itu juga berjalan ke arah ku. setelah beberapa langkah, aku dikejutkan oleh master karena dia tiba-tiba memegang pundak ku.

"kau mau kemana?"

"aku mau ke situ" sambil aku menunjuk ke ayam, tapi ayam itu hilang begitu saja.

"kamu jangan pernah jauh dari ku"

"tapi master disana aku tadi melihat ada…."

"sudah kamu jangan katakan, aku tahu. Aku melihat apa yang kamu lihat….jika ada lagi katakan pada ku"

"iya, master"

Lalu master kembali ke tempat duduknya, aku pun juga kembali ke tempat duduk ku. Rita menjelaskan peta yang telah dibuat berdasarkan rekaman dari tim penyurusuran dulu. Disana ada 3 terowongan tapi tim penyusurannya memilih jalan ke kanan dan mereka bertemu dengan 4 terowongan lagi. Makan kami berjalan ke arah terowongan yang kanan. Berjalan di terowongan itu tadinya biasanya saja, tapi lama-lama ternyata terowongan itu menyempit sampai pas untuk 1 orang saja. Aku pun heran dengan itu, padahal di catatan Rita tidak begitu.

"master?" aku mencoba memanggil Pranadita yang ada di belakang ku dengan berbisik.

"hmmm?"

"kita apa sudah memilih jalan yang benar?"

"hmmmm" kata dia dengan menggangguk.

"hei cepat lah sedikit….!!" Kata Bagus tiba-tiba dengan suara agak keras.

Aku melihat master langsung mengisyaratkan untuk diam, dengan menaruh jarinya di mulutnya.Bagus pun hanya menganggukkan kepalanya. Saat sudah sampai di ujung jalan ini, ada tempat luas sekali. Jika di bandingkan dengan yang di awal, kali ini lebih luas. Tapi ada 2 terowongan lagi bukan 4 terowongan. Aku pun meminta salinan petanya ke Rita, dia memberikan salianan petanya kepada ku. aku menunjukkannya ke master.

"master ini peta yang dibuat oleh Rita, bagaimana menurut mu?"

"hmmm….peta ini kurang lengkap, lebih baik jangan di ikuti"

"terus kita harus memilih jalan apa ini?"

"kita pilih kiri" katanya tegas tanpa keraguan.

Aku membalas hanya dengan mengangguk, sedangkan Bagus hanya dengan melihat petanya dia juga sudah merasakan yang sama dengan master.

"benar kata master, kalau di goa ini ada ruangan sebesar ini. memang tidak mungkin luas goa ini sekecil ini. masih lebih panjang lagi."

Aku yang masih belajar hanya menyetujui saja. Aku melihat ayam itu lagi saat di awal, di depan terowongan yang kiri. Lalu masuk ke dalam terowongan itu, tapi setelah ayam itu masuk. Aku mendengar suara wanita dari arah terowongan kanan. Aku yang lebih penasaran dengan suara itu, karena takutnya ada orang lain selain mereka disana. Aku melihat terowongan yang kanan dengan senter ku, mencoba melihat-melihat. Rita menghampiriku lalu bertanya dengan solusi dari permasalahan ini.

"kamu ngapain?"

"hanya mencoba melihat terowongan ini, memang kenapa?"

"menurut mu kita mencoba jalan yang kanan atau kiri?"

"aku yang kiri"

"kenapa tidak yang kanan?"

"aku mengikuti master"

"siapa itu master?"

"itu Pranadita"

"teman mu yang mana?"

"itu yang tubuhnya putih, pendiam, sama ada belati di kakinya"

"oooo yang itu, kalau begitu aku ikut dengan keputusanmu saja. Tim ku akan aku bagi, ada yang kembali ke tempat tadi 2 dengan membentangkan tali lalu tempat ini 2 juga. Kita nanti masuk juga dengan membentangkan tali. Jika sudah lebih dari 5 jam tapi kita belum kembali. Tim ku akan kembali ke perahu"

"oke kalau begitu"

Lalu aku melihat dia yang dari tadi sibuk dengan rencananya itu, aku memberikan minum kepada Rita.

"ini…."

"hmm?"

"aku melihat kamu pucat, ini minum"

"aku membawa sendiri, lebih baik kita segera berjalan. Sebentar lagi sudah menunjukkan jam 8"

Dia menolak air ku, lalu berjalan kembali ke tempat duduknya. Aku melihat ayam itu lagi sedang mematuk dan mengais di tanah. Tapi dia ada di terowongan kanan ini, kali ini ada suara ayam juga. Aku langsung berjalan ke arah master untuk memberitahukannya. Tapi saat aku mendekat mereka semua hilang dari penglihatan ku dalam sekejap. Aku yang mukai bingung, hanya duduk untuk menunggu mereka. Aku bingung harus pergi kemana, aku melihat peta. Disana hanya ada jalan yang awal dan ruangan ini. yang lainnnya tiba-tiba saja terhapus begitu saja. Aku mendengar suara ayam lagi datang dari terowongan kanan ke arah ku. aku mundur beberapa langkah dari terowongan itu, aku melihat ada 2 mata merah seperti mata ular. Saat mata itu bergerak mendekati ku dnegan cepat, dari arah samping ada bayangan hitam lewat aku langsung saja tutup mata. Saat aku membuka mata master sudah memotongnya kepalanya. Aku tidak bisa bergerak saat melihat ukuran ular itu besar, kemungkinan seukuran badan Bagus. Aku melihat tangan master yang banyak bersimbah darah dan belatinya. Aku melihat tangan master bergetar.

Saat aku masih tertegun dengan ukuran ular itu dan pembunuhan yang dilakukan master. Master memberikan mendekati ku lalu memegang tangan ku. aku tersentak kaget, saat itu juga ternyata aku bangun. Aku melihat sekeliling sebentar, ada master di samping ku yang memejamkan matanya. Bagus di depan ku memberikan air kepada ku.

"mimpi buruk Wir?" sambil dia memberikan ku air minum.

"heheheh…iya, kok tahu" sambil aku minum air.

"keringet tuh bersihkan" sambil di duduk di samping ku.

"aku sudah tidur berapa menit?"

"sekitar 5 menit"

"kita istirahat sudah berapa lama?"

"10 menit, sambil mereka masih sibuk buat rencana tuh"

Aku kaget, karena baru istirahat 10 menit. Lalu mereka masih menyusun rencana, aku yang teringat master lalu melihat master lagi. Aku melihat dia memegang belatinya padahal dia memejamkan matanya.

"eh master sudah tidur berapa lama?"

"dia, barusan saja tidak lama. Kamu yang aneh padahal kita baru bisa keluar dari jalan tadi sudah bisa tidur saja. Kita masih di dalam gua ini…."

"aku…hehehehe tidak ingat"

Aku melihat master menggengam belati itu, sama persis saat dia ada dalam mimpi ku barusan. Padahal selama ini aku belum pernah melihat master memenggam belatinya seperti itu. Sangat kebetulan sekali aku bisa melihatnya di mimpi ku dan tangannya bergetar baru aku sadari. Sama seperti tangan bersimbah darah yang ada dalam mimpi ku. aku mulai mencurigai master, dia pasti tahu sesuatu akan hal ini. Rita mendatangi ku, lalu dia membicarakan rencananya kepada ku. saat dia berbicara tentang rencananya, aku mengingat kembali dari keseluruhan mimpi ku tadi. Tidak mungkin ini suatu kebetulan. Saat dia menceritakan bagian 2 orang di tempatkan di titik awal tadi dan disini. aku tidak sadar terbatuk.

"ugh…ugh…ugh…"

"kamu enggak apa-apa Wir?" kata Rita

"herm..herm.. ti..dak..apa-apa"

"jadi bagaimana menurut mu Wir?"

Saat dia mengatakan pertanyaan itu, aku tenang karena pertanyaan itu tidak ada dalam mimpi ku. aku pun meminum air lagi agar aku bisa tenang dan menganggap mimpi itu hanyalah suatu kebetulan.

"sama mereka akan menunggu kita selama 5 jam, jika kita belum kembali maka mereka akan kembali ke perahu"

Aku langsung terbatuk kembali karena tersedak mengingat kalimat itu ada dalam mimpi ku.

"ugh…ugh…ugh…"

Lalu aku punggung ku di tepuk-tepuk oleh master, yang sedang tersenyum melihat aku tersiksa. Saat aku melihatnya terseyum kecil dia lalu mengangguk.

"apa maksud dari dia mengangguk" kata ku dalam batin.

"lalu bagaimana menurut mu Wir?" kata Rita bertanya lagi kepada ku.