Aku sudah melihat master hanya duduk bersila dengan tangan yang hanya di taruh di lutut dalam keadaan tegak. Master melakukan itu sudah lama sekitar 20 menitan. Sedangkan teman-teman Rita yang lain tidak ada yang sampai ke ruangan itu. Lalu Rita juga tidak dapat menghubungi mereka dari alat talkie walkienya. Di sudah hilang kontak, dari dia mulai memasuki terowongan yang akan ke ruangan disini. dia hanya berharap teman-temannya dalam keadaaan baik saja. Lalu saat Bagus sedang melihat salah satu guci disana. Tiba-tiba ada ular yang keluar dari guci itu, di langsung saja mundur. Lalu ular itu mengejarnya. Bagus berlari karena takut di patuk ular itu. Lalu tiba-tiba saja belati master sudah memotong kepala ular itu. Yang aku kaget belatinya sanggup sampai menancap ke dasar goa. Padahal dasar goa ini bukan tanah, ini batu dan licin. jarak master dari Bagus juga ada kalau 2 meter, sangat tepa sekali memotong kepalanya.
"wah hebat master" kata Bagus
Aku berjalan ke arah belati master, lalu mengambilnya. Aku kembalikan ke master.
"hebat master" sambil memberikan jempol ku.
"terima kasih master" kata Bagus
"tadi aku sudah memperingatkan, jangan menyentuh sembarangan apalagi mengambil"
"iya master siap" kata Bagus yang selamat dari di gigit ular.
"master, apakah masih panjang sampai di ujung goa?" kata ku bertanya
"tidak panjang"
"master kenapa tahu? Padahal tidak ada peta yang jelas"
"aku hanya harus membawa kesini lalu membawamu pulang, hanya itu saja"
"kamu di suruh siapa?"
"aku tidak di suruh siapa-siapa, tadinya aku hanya mau melihat mu. Apakah pantas jika kamu aku selamatkan. Ternyata kamu pantas, niat mu juga bagus. Hanya itu saja"
"apakah jika aku pergi seperti ini kamu akan ikut kembali?"
"tergantung takdir kita"
"kalau begitu kita teman?" sambil aku mengajaknya berjabat tangan.
Master tidak mengatakan apa-apa tapi dia hanya membalas jabat tangan ku. aku artikan jika dia mau berteman dengan ku. perjalanan pun kita lanjutkan. Master mengarah untuk naik ke atas lalu memasuki salah satu terowongan disana. Master berjalan paling belakang, karena menurutnya lebih gampang mengawasi tim ini. sedangkan temannya Rita sudah sembuh meskuoun masih ada sedikit ngilu katanya.
"master, aku tadi menemukan ini. bagaimana menurut mu?" aku menunjukkan arca itu. Dia melihatnya agak dekat lalu seperti mencari sesuatu di arca itu.
Aku melihat Pranadita melihat seperti sedang mencari sesuatu dari arca itu.
"apakah kita tidak mengembalikan ke tempat yang tadi?"
"tidak usah, ini memang seharusnya ada di terowongan tadi. Kamu memang sudah di takdirkan untuk menemukannya" katanya dengan suara datarnya seperti biasa.
Tidak membutuhkan waktu yang lama aku melihat saat master akhirnya menemukan benang panjang yang ada di kepala arca dewa itu. Terhubung dari kepala arca tersebut lalu melilit di badan arca itu. Master menarik benang itu, uniknya benang itu juga terlapisi emas jadi memang sulit sekali untuk di temukan oleh mata biasa menurut ku. mata master sanga teliti, dia hebat bisa menemukan ujung benang itu. Sampai di bawah arca itu dia menarik agak kasar lalu master menemukan bungkusan warna coklat. Lalu master memberikan bungkusan itu kepada ku, dan memberikan arca itu kepada ku.
"pakailah isi dari bungkusan itu, suatu saat itu akan berguna"
"arca ini kita apakan?"
"pegang saja dulu, cepetan pakai" katanya dengan sambil melihat ku membuka bungkusan itu.
Aku menemukan cincin yang terdiri berbahan seperti batu pertama, saat aku pegang untuk pertama kali tidak ada reaksi apa-apa. Saat aku memakainya tiba-tiba terukir nama ku disana, lalu warna cincin itu menjadi sama dengan warna kulit ku. ukiran di batu pertama itu bertuliskan nama ku menggunakan tulisan arab. Sesaat aku heran dengan hal itu.
"bukannya dulu kerajaan blambangan kental dengan agama hindunya? Meskipun memang ada 3 agama di kerajaan Blambangan dan salah satunya islam. Tapi aku tidak menyangka saja" kata ku ke master.
Lalu terdengar suara teriakan dari depan, dan sudah tidak ada lagi Bagus, Rita dan temannya Rita tadi. Hanya ada gelap dan sunyi di terowongan yang sekarang aku lihat.
"master kemana mereka?"
"mereka tidak akan apa-apa, pasti ada yang membuat mereka tersesat. Sebaiknya kita berjalan terus secepatnya sampai menemukan ruangan lagi. Sudah 10 menit aku berjalan bersama master, tapi pikiran ku selalu memikirkan mereka bertiga. Lalu saat aku sadari master sudah tidak lagi di belakang ku.
"lho…master…Pranadita!!!….Pranadita!!...master…!!? kemana kok bisa tidak ada. Aduuh jangan-jangan karena aku memikirkan mereka bertiga tadi. Seharusnya aku fokus saja untuk mencari ruangan, akhinya aku terpisah dari master gara-gara itu."
Aku tetap berjalan dengan hanya memikirkan ruangan yang di katakan oleh master. Lalu aku melihat temannya Rita duduk di sambil bersandar dengan muka pucat sekali.
"hei kamu kenapa?"
Dia hanya diam dengan mata kosongnya, terlihat dia ketakutan sekali. dia juga sudah memegang pistolnya yang ada bercak darah disana. Saat aku menepuk pundaknya dia kaget, lalu menatap wajah ku.
"toloong….toloong aku"
"tenang dulu, kamu memang kenapa? Terjadi sesuatu?" sambil aku memberikannya air, aku kaget dia menghabiskan 1 botol air ku seketika sepertinya dia memang sangat kehausan.
"tadi aku melihat ular besar dengan mata merahnya, aku berhasil menembakkan beberapa tembakan ke arahnya lalu darahnya mengenai ku. ular tadi sedikit akan memakan ku, tapi tidak berhasil saat ada lampu senter mu. Di berlari ke terowongan ini" sambil dia menunjuk arah di belakang ku.
Saat aku berbalik, aku tidak melihat ada terowongan di situ. Aku berfikir dia berhalusinasi tapi darah yang di dapatkannya di pistol itu dan yang aku injak tidak bisa di sebut dari hasil halusinasi.
"tapi kamu tidak apa-apa? Apakah ada yang terluka?"
"tidak, tidak ada"
"yang lainnya kemana?"
"saat aku tadi di bawa oleh Bagus, aku hanya mengedipkan mata ku tiba-tiba sudah duduk disini dan datanglah ular itu yang menyerang ku"
"kita istirahat dulu disini sebentar, aku mau memeriksa terowongan itu"
"ya, hati-hati"
Sesaat aku bingung harus bagaimana untuk menemukan pintunya, karena aku tidak bisa melihatnya. Saat aku mengarahkan senter pun aku tidak bisa melihat terowongan itu. Itu jelas-jelas dinding terowongan. Saat aku memegang dinding itu, lalu mengedipkan mata ku, aku baru bisa melihat jika disitu ada terowongan. Terowongan itu tidak begitu gelap anehnya, dan aku merasa pernah ke terowongan itu seperti aku tahu terowongan itu mengarah ke suatu tempat tapi aku tidak bisa memastikan tempat seperti apa. Lalu ada suara desis ular mendekat dari terowongan tempat aku berasal tadi. Lalu di melompat mengigit teman Rita, aku berusaha membunuh ular itu tapi tidak berhasil. Ular itu lari menuju terowongan yang tiba-tiba ada itu. Aku langsung mengecek keadaan teman Rita, tapi tiba-tiba dia menjadi aneh. Dia menunduk diam dengan tangan yang menggenggam senternya sampai pecah, dia seperti menahan kesakitan tetapi tidak berteriak sama sekali.
Lalu dia menatapku dengan matanya yang hitam legam, aku yang menatapnya baru pertama kali. Aku kaget tersentak, aku mulai berjalan menjauhinya ke arah ruangan yang dimaksud master. Lalu dia mulai berdiri dan mengigit lengan ku begitu saja. Lalu ada master datang dari arah tadi aku tadi datang.
"master!!!" teriak ku
Lalu aku melihat master akan menusukkan belatinya ke arah temannya Rita yang masih mengigit lengan ku. aku langsung menghentikan master dengan merelakan telapak tangan ku, karena telapak tangan ku memegang kuat belatinya. Padahal aku hanya ingin memegang tangan master bukan belatinya. Lalu perlahan aku merasa temannya Rita melonggarkan gigitannya lalu pingsan, sedangkan aku merasa pusing lalu aku terjatuh dalam keadaan duduk. Nafas ku mulai terengah-engah.
"master, jangan bunuh dia. Di tas ku ada tali ikat saja dia, aku mohon tolong dia"
Aku hanya melihat Pranadita menghembuskan nafas dalamnya, dia mengangguk. Sedangkan aku berusaha melepaskan tas ku. aku melihat luka ku seperti gigitan ular, ada bekas titik 2 di lengan ku. aku berpikir jika dia hanya menggunakan gigi taringnya saja. Lalu keluar darah dari bekas itu. Ada suara Bagus datang dari arah terowongan ular tadi yang kabur.
"Wir..!?..Wira..!!?..kamu kenapa?" kata Bagus datang menghampiri ku.
"aku tidak apa-apa" kata ku yang merasa nafas ku semakin sesak.
"bagaimana ini master? Apa kamu menggunakan darah mu lagi?" kata Bagus kepada Pranadita.
"tidak bisa, Wira harus bisa berusaha sendiri" kata Pranadita sambil melihat ke arah ku.
"apa maksud mu? Bagaimana bisa Wira sendiri?" kata Bagus dengan emosi sambil memegang pundak master.
"sudah gus, pasti ada alasan master mengucapkan itu. Kita harus terus berjalan untuk sampai ke ruangan itu master"
"benar kata mu, teman mu Rita. Sepertinya sedang dalam bahaya, kita harus cepat ke ruangan di ujung terowongan ini"
Aku pun di bawa oleh master, sedangkan temannya Rita yang sudah di ikat di gendong oleh Bagus.
"kenapa malah aku yang menggendong orang ini…"
"hei kau lebih gemuk dari pada master. Hahahahaha…" kata ku
"kamu orang sakit diam saja, dasar. Sedang sakit masih bisa berusaha menghibur"
"hahahaha" setelah aku tertawa itu, aku mendengar suara wanita lagi.
Tapi kali ini dia memanggilku dengan lembut, secara antara sadar dan tidak sadar aku. Melihat seorang perempuan. Dia mengucapkan terima kasih kepada ku, aku tidak begitu mengerti alasan dia mengucapkan terima kasih kepada ku.