Chereads / Misteri Pulau Ular / Chapter 7 - Takdir 'Ku'

Chapter 7 - Takdir 'Ku'

"anda siapa? Kenapa memberikan rasa terima kasih kepada ku? saya merasa tidak melakukan apa-apa untuk anda" kata ku yang heran dengan ucapannya.

"kamu pasti akan tahu aku, jika itu sudah takdir mu. Aku mendatangi mu hanya untuk mengucapkan terima kasih. Apakah kamu tidak merasakan apa-apa terhadap luka mu itu…"

"saya tadi hanya merasa pusing, lalu seperti melihat ada bayangan ular yang besar sedang melihat saya. ular itu seperti ingin marah dengan saya dan ingin memakan saya, sesaat setelah saya di gigit teman saya tadi"

"kamu akan aku sembuhkan, ular tadi tidak akan marah lagi dengan mu. Kamu hanya harus menjauhi miliknya."

"miliknya? Apa itu yang harus saya jauhi…"

"Goa ini, aku juga tidak mengerti kenapa kalian bisa ada disini….tapi sepertinya memang sudah takdir kalian"

"baiklah, apakah ular itu juga akan marah jika saya kembali lagi ke pulau ini"

"dia tidak akan marah, selama kamu tidak masuk kembali ke Goa ini. dia marah karena ada beberapa dari teman mu yang memiliki niat tidak baik. Kamu terkena kemarahan dia karena kamu termasuk orang yang terlalu baik"

"baiklah akan saya ingat saran anda"

"baik tunjukkan saja luka mu kepada ku" aku menunjukkan luka ku kepada perempuan itu.

"apakah saya masih bisa menanyakan pertanyaan lagi kepada anda?"

"bisa, boleh silahkan saja"

"siapa Pranadita..? karena dia seperti sudah tahu Goa ini"

"jawaban ku tetap sama seperti tadi kamu bertanya tentang ku. jika sudah takdir mu untuk tahu, kamu pasti akan tahu. Akan ada yang dibayarkan jika kamu ingin tahu. Ingat saran ku"

"baik terima kasih, saya akan ingat pesan dan saran anda"

"ular itu ingin bicara dengan mu…apakah kamu bersedia untuk bertemu dengannya?"

"apakah beliau tidak sedang marah kepada ku?"

"karena kamu sudah membebaskan ku, aku akan menjaga mu selagi kamu berbicara dengannya. Kamu jangan takut dengannya, aku tahu kamu punya tuhan. Percaya saja dengan tuhan mu"

"baik saya akan menemuinya" lalu aku mengucapkan 'bismillahiar-rahmaniar-rahimi' dalam hati

Tiba-tiba sudah berganti tempat yang tadinya serba putih dan melihat wanita yang hanya siluet warna putih. Berganti menjadi ruangan seperti di awal masuk tadi di, ada obor yang mengelilingi ruangan itu. Lalu ada obor besar di jalan tempat aku masuk awal tadi ke Goa ini. di bawah obor besar itu ada ular besar dengan mata menyala berwarna merah. Anehnya aku seperti sudah tahu dia, dan merasa akrab dengan dia tanpa alasan yang jelas. Saat aku mengucapkan salam ku kepada dia.

"assalammualaikum Wr. Wb."

Dia baru tahu aku sudah berdiri disana, dia lalu menatap ku dengan matanya yang merah. Lalu membalas salam ku.

"kamu mendekatlah, agar aku bisa melihat kamu lebih jelas" kata ular itu

Aku mulai berjalan mendekat dengan tenangnya, saat aku sudah ada di dekatnya lalu melihat ke arah dia. Matanya yang tadi berwarna merah menyala berganti menjadi hijau seperti batu permata. Hijau tapi saat melihatnya membuat ku tenang, selaras dengan warna badannya pula.

"kamu takut melihat ku?"

"saya tidak takut untuk melihat anda, maaf sebelumnya apakah saya boleh bertanya nama anda?"

"kamu sudah bertemu dengan makhluk putih tadi?"

"saya sudah bertemu dengannya"

"jawaban ku akan sama dengan dia, kamu akan tahu kalau itu sudah menjadi takdir mu. Yang kamu tahu takdir mu itu bisa melepaskan dia dan bertemu dengan ku."

"baik saya mengerti maksud anda"

"saran ku kamu jangan terlalu baik kepada orang lain, aku tahu kamu pasti punya rasa egois. Nikmati saja rasa egois mu, aku sudah banyak melihat di pulau ini. perasaan egois dari manusia, kamu jangan menjadi orang yang naif. Kamu juga jangan terlalu ikut campur jika aku sedang menjalankan hukuman kamu jangan mengganggu. Jadi kamu juga kena getahnya bukan?"

"akan saya ingat pesan dari mu. Iya maaf kan saya, aku tidak tahu jika itu hukuman. saya hanya ingin membantu teman saya yang saya lihat sedang kesusahan, maaf sekali lagi. saya hanya mengikuti hati saya saja."

"iya memang hati kamu harus di biasakan untuk melihat orang-orang yang memiliki niatan seperti mereka."

"maaf kan aku sekali lagi"

"aku tahu jika kamu memang seperti itu, aku hanya tegas saja terhadap mu. aku lelah jika harus menunduk saja saat melihat mu. aku akan memperlihat ku bentuk asli ku saja"

Lalu aku melihat ular itu berubah menjadi segumpulan cahaya merah seperti api. Aku tidak bisa mengatakan itu adalah api karena aku tidak merasa panas sama sekali saat di dekatnya. Dia terbang ke arah ku sejajar dengan ku, tapi masih di tempatnya. Aku terkejut melihatnya, karena tidak terbiasa melihat hal seperti ini. aku merasa lebih beruntung karena kau tidak bisa melihat yang namanya jin.

"aku melihat kamu masih ada pertanyaan untuk ku"

"apakah aku di ijinkan untuk mengetahui sejarah lengkap dari kerajaan ini?"

"aku masih tetap menjawabnya dengan jawaban yang sama, kamu akan mengetahuinya jika sudah takdir mu"

"baik aku paham"

"kamu tidak meminta apa-apa dari ku?"

"hmmm…? Tidak ada selain. Apakah anda juga tidak akan memberitahuku tentang Pranadita?"

"kamu juga menanyakan ke putih itu? Apakah kamu juga tidak meminta apa-apa ke putih itu?"

"iya sudah, beliau hanya menjawab seperti anda. saya tidak meminta apa-apa tetapi beliau menyembuhkan luka saya "

"hmmmm…. karena kamu tidak meminta apa-apa dari ku. aku akan memberitahukan sedikit takdir antara kamu dan dia. Kamu dan dia bisa menjadi teman dekat bahkan bisa menjadi saudara. Tergantung dari pilihan mu kedepannya. Aku juga akan memberikan sesuatu terhadap mu, ini tidak berbahaya. Kamu hanya harus bersikap lebih dewasa saja dari pada yang sekarang"

Aku melihat dari cahaya tipis sekali masuk ke cincin yang tadi di temukan Pranadita untuk ku. itu membuat cincin terasa hangat, sesaat aku aneh saat pertama kali. Tapi lama-lama cincin ku tidak terasa hangat kembali.

"itu hanya masuk ke cincin mu, karena cincin itu sudah termasuk takdir mu. kamu tidak usah melakukan hal-hal tidak jelas jika ada yang memberikan saran kepada mu. hanya dengarkan tapi jangan lakukan. Ingat cincin itu hanya takdir kamu, jangan di lepas. Jangan coba di berikan kepada orang lain. Termasuk kepada saudara atau anak mu suatu saat nanti. Dia akan muncul kepada orang yang sudah menjadi takdirnya."

"baik akan saya ingin pesan anda"

"kamu termasuk orang yang sopan, semakin aku berbicara kepada mu aku semakin suka dengan mu. sudah lama aku tidak melihat dan berbicara dengan orang seperti kamu. Meskipun iman kamu lemah, tapi mental kamu kuat. Baik kamu akan aku tunjukkan jalan keluarnya"

"terima kasih, saya sangat terima kasih. Apakah teman saya semua bisa keluar dengan selamat?"

"teman kamu yang perempuan, sedang bertahan hidup. Tapi akan aku keluarkan dia, jika dia masih berani masuk tidak akan aku ijinkan dia keluar"

"baik, terima kasih"

"oke, kalau begitu. Sampai jumpa jika kita di takdirkan bertemu kembali"

Lalu ada dia mengeluarkan cahaya yang sangat terang sampai membuat ku silau. Lalu aku terbangun sudah di ruangan yang di maksud oleh master. Master sedang di samping ku memejam matanya sambil di tanganya memegang belati. Lalu dia terbangun, menoleh kepada ku.

"bagaimana? Kita bisa keluar?" katanya tiba-tiba.

"kamu tahu master? Kalau kita tidak di ijinkan apakah masih bisa keluar?"

"bisa"

"bagaimana caranya?"

"aku akan menerobos"

Kata-katanya membuat ku ternganga, dengan sampainya dia bilang menerobos. Sebenarnya siapa sosok Pranadita ini. lalu dia berjalan mengambil arca yang aku pegang, meraba di dinding ruangan itu lalu memencet seperti tombol. Terbuka lah terowongan baru , keluar dari sana Rita dengan tangannya yang berdarah. Aku langsung ke arahnya, membawanya lalu menyandarkannya. Aku obati dia, lalu aku melihat tali yang mirip dengan tali saat kami turun ke goa ini. Pranadita naik ke tali itu lalu membenturkan arca itu langit-langit. Saat di benturkan memang ada suara seperti kaca, aku agak kaget dengan hal itu. Karena tali itu jelas-jelas dapat masuk kesini tidak mungkin ada kaca disana. Tapi dia terus membenturkan itu sampai ada retakan, bagus saja sampai berlari ke pinggir ruangan itu karena takut itu akan pecah.

Lalu Pranadita turun dari tali itu, lalu melemparkan arca itu ke atas dengan keras. Kaca itu pecah di sekitar tapi itu. Saat dia akan melemparkan lagi, aku mencegah tangannya.

"master jangan lakukan lagi"

"kenapa?"

"bukannya kita sudah di ijinkan, kenapa tidak dengan cara lain saja"

"dia tidak keluar, jika ada yang gampang. Kenapa aku harus menjalankan yang sulit"

Lalu aku mendengar suara yang mirip seperti suara ular tadi.

"kamu masih suka kasar Pranadita, aku akan membukanya" aku menduga kalau dia berarti sudah tahu tentang master.

Perlahan kaca itu pecah semua, lalu kami semua naik ke atas. Sesampainya di atas kami langsung ke perahu kami. Rita dan temannya harus segera melapor kepada atasan mereka, karena yang selamat hanya mereka berdua. Sedangkan aku, Bagus dan master memakai perahu motor satunya menuju ke tempat asal kami saat berangkat. Hari sudah mulai sore, sesampainya di pinggir sudah ada beberapa orang menjemput kami yang akan membawa kami kembali. Sedangkan Pranadita tiba-tiba hilang setelah sampai di pinggir dan dia meninggalkan tas kami di perahu. Aku dan Bagus pun pulang dengan di kawal oleh mereka.