Chapter 2 - Siapa??

Malam ini menjadi hari lembur bagi Ana, disaat jam kantor telah usai 3 jam yang lalu, atau lebih tepatnya jam 5 sore. Ana telah bersiap-siap ingin segera pulang, tapi ada saja orang yang menahan dia untuk pulang.

"An, proposal ini besok pagi harus sudah siap di meja meeting. Lu selesaiin ya! Gue ada janji soalnya" perintah Riko.

"Gila kali ya ni orang? Jam segini baru merintah gue," batin Ana.

"Tapi ini udah jam 5 kak" ucap Ana.

"Terus kenapa kalau jam 5?"

"Waktunya pulang kan, kak?"

"Mau jadi karyawan tu jangan males-males, belajar lembur biar gak kaget nantinya."

"Sengsara di suruh belajar, ehh lembur juga disuruh belajar," batin Ana lagi.

"Tapi kak?"

"Udah buru ambil ini berkas, gue udah telat!" ucap Riko sambil memberikan beberapa berkas ke Ana lalu melenggang keluar kantor.

"Dasar karyawan jahat," ucap Ana lirih

Terpaksa Ana melepaskan semua atribut yang sudah dia kenakan, tas selempang yang dia turunkan dari pundak, jaket denim yang dia lepaskan dari badannya, dan sebuah topi bucket yang dia lepaskan dari kepalanya.

Ana terlihat cemberut di kursi kerjanya sambil menyalakan pc computer dan membuka-buka berkas yang diberikan oleh Riko.

"Tinggal selesaiin apaan? Ini mah gue bikin dari awal," ucap Ana kesel.

Setelah berkutat dengan berkas-berkas proposal, tanpa sadar jam dinding kantor menunjukkan pukul 7 malam. Perut Ana berbunyi sangat keras, seolah si penghuni perut menagih makanan ke Ana.

"Haduhh, laper banget gue. Mas Jupri masih ada di kantor gak ya?"

Ana beranjak dari kursi kerja menuju pantry untuk mengecek apakah mas Jupri masih ada atau tidak. Dan ternyata kantor benar-benar udah sepi gak ada orang, tapi mas Jupri masih ada di pantry.

"Lhoh, mbak Ana belum pulang to?"

"Belum mas, bentar lagi kok. Mas Jupri mau pulang ya?"

"Iya ni mbak, mbak Ana berani kan di sini sendiri?" ucap mas Jupri sudah bersiap-siap meninggalkan kantor.

"Berani kok mas, santai aja mas."

"Syukur deh kalau gitu, maaf ya mbak gak bisa nemenin lembur," ucap mas Jupri, merasa bersalah.

"Iya mas gak papa kok, hati-hati ya mas!"

"Iya mbak. Saya pulang ya mbak?" ucap mas Jupri sambil menuju pintu kantor.

"Iya mas."

***

"Padahal gue pengen minta tolong mas Jupri untuk beliin makanan, ehh udah siap-siap balik kerja ternyata," ucap Ana sambil berjalan menuju meja kerjanya lagi.

Ana mengambil ponsel yang dia letakkan di meja kerja, lalu membuka aplikasi untuk memesan makanan. Dan memutuskan untuk membeli nasi goreng, karena sedari pagi Ana belum kemasukan nasi sama sekali.

Pagi sarapan 2 lembar roti tawar polos dan segelas susu coklat, siangnya Ana makan semangkok bakso dengan menganti mie yang biasa digunakan pedagang bakso dengan sebungkus mie instan rasa soto.

Dan malam ini Ana memesan nasi goreng terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk pulang ke kontrakan.

Sembari menunggu orderan makanan sampai, Ana memutar sebuah lagu berjudul I loved you dari band korea bernama 'Day 6' dengan suara yang lumayan kencang. Kapan lagi dia bisa dengerin lagu kesukaannya dengan suara lantang tanpa menyakiti telinga kecuali saat lembur sendirian seperti ini.

'Really I loved you'

'Neomu saranghaesseunika geureon geoya'

'Itgo sipeodo'

'Itji motanikka'

'Geuraeseo neol itgo sipeun geoya'

Bibip bibip, sebuah ponsel berdering

"Iya mas, tunggu di lobby bentar mas! Saya turun sekarang" ucap Ana menjawab panggilan di ponselnya.

Ana lalu beranjak keluar kantor menuju lift untuk turun mengambil makanan yang dibawa driver online di lobby. Ana sengaja menyalakan 2 pintu lift, entah lift mana nanti yang akan terbuka, pilihan Ana tetap dengan yang pertama terbuka.

Ting... pintu lift terbuka…

Ana langsung memasuki lift tersebut tanpa memperhatikan bahwa lift yang ia masuki akan menuju lantai atas terlebih dahulu baru turun.

"Haisss, efek laper jadi gak konsen gue" ucap Ana.

Ana berdiri santai sambil bergumam menyanyikan sebuah lagu yang tadi terputar didalam kantornya. Hingga akhirnya Ana baru terdiam saat pintu lift terbuka menampakkan seorang lelaki yang mampu membuat Ana terkesima diam.

"Huwaaaaa, ganteng banget," ucapnya lirih.

Tatapan si lelaki langsung mengarah ke Ana, menatap aneh. Sepertinya ucapan lirih Ana barusan terdengar oleh si lelaki.

"Mati gue," batin Ana.

Kedua orang terdiam di dalam lift, Ana yang salah tingkah ingin menyembunyikan raut wajahnya gagal total karna sekeliling dinding lift di lapisi oleh kaca yang benar-benar bersih tanpa noda.

Ana hanya menunduk di pojokan lift sambil merapalkan kalimat yang hanya Ana sendiri yang tahu. Lalu tiba-tiba, suara yang pernah Ana dengar siang tadi terasa terdengar lagi.

"Kamu gak pulang dek?"

Ana celingak celinguk mencari sumber suara.

"Gak mungkin kan si lelaki ganteng ini yang bicara?" batin Ana.

Ana masih terdiam tapi sudah tidak menunduk lagi, hingga dengan tiba-tiba si lelaki membalikkan tubuhnya menghadap Ana lalu melangkah mendekati Ana.

"Haduhh, ini lelaki kenapa ya? Tuhan, tolong Ana dong!" batin Ana.

"Hey, aku bicara sama kamu Dek," ucap si lelaki.

"Aaa… ku?" jawab Ana terbata.

"Iya," ucap si lelaki tanpa senyum di wajahnya.

Ting... bunyi pintu lift akan terbuka.

Mendengar bunyi tersebut, membuat si lelaki membalikkan tubuhnya lagi menghadap pintu lift seolah tidak melakukan apa-apa ke Ana. Padahal di pojokan lift Ana terlihat sangat kaget, takjub dan ketakutan akan tindakan si lelaki barusan.

Beberapa orang memasuki lift yang Ana gunakan, disitu Ana merasa lebih baik dalam menghirup oksigen di dalam lift. Walau terasa penuh, tapi Ana mampu bernafas lebih nyaman dibandingkan hanya berisi dua orang tetapi Ana sulit untuk menghirup oksigen.

Setelah lift sampai di lobby, kami semua keluar lift kecuali si lelaki tadi.

"Mungkin dia mau ke basement? Tempat parkir kan ada di lantai sana," batin Ana setelah keluar lift.

"Mbak Ana ya?" ucap abang driver.

"Iya mas, maaf ya mas lama," ucap Ana meminta maaf.

"Iya gak papa mbak. Ini makanannya mbak!"

"Iya mas, makasih mas," ucap Ana sambil memberikan sejumlah uang sesuai tarif yang tertera di aplikasi dan sedikit tips.

Ana langsung menuju kantor untuk segera memakan nasi goreng dan bergegas untuk pulang ke kontrakan.

Tepat jam 8 Ana sudah merapikan segala hal yang berkaitan dengan proposal, Ana juga sudah merapikan meja kerjanya dan mematikan semua sumber listrik di dalam kantor lalu menguncinya.

"Ini mah gue harusnya jadi karyawan bukan pegawai magang, kunci kantor aja gue kebagian pegang," ucap Ana sambil mengunci kantor.

Ana memang diberi kunci cadangan oleh Riko, katanya anak magang harus ngerasain lembur juga di kantor ini.

Ana bergegas keluar kantor dan menuju halte bus transjakarta terdekat. Jangan tanya bagaimana suasana malam di Jakarta, sudah pasti masih macet. Ini yang membuat Ana tidak mau menggunakan sepeda motor pinjeman dari Kino. Ana orangnya pelor, naik motor sebentar pasti udah nguap-nguap mulutnya nahan kantuk. Kalau dia paksain pake motor saat berangkat magang, bisa terjadi hal-hal yang tidak diinginkan nantinya.

Terkadang Ana suka nebeng di mobil Kino dan tertidur di samping Kino hingga depan kontrakan, jika Ana benar-benar ngerasa lelah sehabis pulang kerja.