sinar matahari masuk lewat celah jendela. membangunkan manusia yang sedang terlelap. Rea memicingkan matanya. ia lihat hari sudah pagi. Ia lalu duduk termenung. sedang mengumpulkan nyawanya. Tiba-tiba suara Alqi mengagetkannya
"sudah bangun?" tanya Alqi yang tiba-tiba keluar dari kamat mandi. ia hanya membalut tubuh bagian bawahnya dengan handuk. dada bidang dan mulusnya terpampang dengan jelas. (bayangin aja dulu😂)
Rea terperanjat.
"Alqi kamu ini bikin aku kaget" ucap Rea sambil mengelus dadanya.
"hei, apa aku mengagetkan mu sayang?" tanya Alqi serius.
"iya. eh bukan maksud ku...lupakan saja" masih duduk memegang kepalanya.
"apa kamu pusing?" tanya Alqi yang melihat Rea memegang kepalanya.
"tidak"
"hm baiklah kalau begitu lebih baik kamu mandi karena kita mau pergi" ucap Alqi santai dan segera menuju ruang pakaian.
"mau kemana?"
"ketempat yang membuat mu nyaman"
Rea ingin bertanya lagi. tapi Alqi telah lebih dulu masuk keruang ganti. Rea lalu kekamar mandi. Ia berendam di bathtub sambil memikirkan perkataan Alqi.
dia mau ngajak aku kemana ya. tempat yang nyaman. tapi apa. taman bermain? tidak mungkin terlalu kekanak-kanakan. atau bioskop. tidak mungkin juga dia bukankah hari ini dia harus kerja.
ditengah-tengah melamun tiba-tiba pintu kamar mandi diketuk.
"sayang.....sayang...." panggil Alqi
"iya"
"jangan lama-lama nanti akan terlambat" jawab Alqi asal-asal. ia hanya panik jika Rea dikamar mandi terlalu lama. entah apa yang dia pikirkan.
"iya" jawab Rea. ia lalu menyudahi mandinya. segera mengambil jubah mandinya dan keluar dari kamar mandi.
Begitu keluar ia langsung berlari menuju ruang ganti. ia takut insiden pagi kemarin terulang lagi. ia juga sudah tidak memakai handuk lagi. ia lebih memilih memakai jubah handuk agar sedikit tertutup.
Alqi melihatnya hanya geleng-geleng kepala. Ia bahkan terlihat lebih seksi jika memakai jubah handuk itu. pikir Alqi.
setelah 10 menit Rea keluar mengunakan dress warna navy. sangat cocok ditubuhnya. Rea lalu menuju meja rias. ia sedikit memoles wajahnya. tidak menor. hanya sedikit sentuhan ia sudah sangat cantik.
Dari cermin meja riasnya Rea melihat dua koper. satu bewarna hitam dan satu bewarna merah jambu. matanya sangat akrab dengan koper bewarna merah muda itu. Itu miliknya!!!
Ada apa dengan koperku. apakah ia melakukan apa yang ia ucapkan tadi malam. pergi dari rumah ini. mencari kenyamanan untukku.
tiba-tiba Rea ingat kata-kata Alqi tadi. 'pergi ketempat yang nyaman'
oh tidak. apa yang akan dia lakukan
Rea berdiri melihat Alqi sedang menelpon seseorang. begitu Alqi selesai Rea langsung menghampiri Alqi. ia bertanya dengan ragu.
"Alqi" sedikit takut.
"hm"
"itu koper siapa?"
"apa kamu tidak kenal?"
"itu koperku dan satu lagi?"
"koperku"
"kenapa koper itu disini?" sudah menerka jawaban.
"kita akan pergi dari rumah ini"
hah!!! benar. aku benar. pria ini memang gila
"tapi Alqi apakah keputusan mu ini sudah baik?"
"sudah. aku melakukan ini untukmu. aku tidak ingin membuat mu menangis lagi"
"tapi Alqi bagaimana...."
"Sayang, dengarkan aku sekali saja. ku mohon, aku melakukannya untukmu" Alqi memotong kata-kata Rea. ia sangat tulus memohon
Rea hanya mengangguk pasrah. Mungkin ini adalah keputusan yang baik. Alqi melakukan ini juga untuk ku.
tiba-tiba pintu kamar mereka diketuk. Rea membuka pintu. terlihat seorang pria. Pria itu mengangguk sopan. Rea mempersilakan pria itu masuk. pria itu lalu berdiri didepan Alqi. menunduk.
"bawak koper itu"
"baik tuan muda" jawabnya dan langsung mengambil dua koper itu.
"ayo sayang" ucap Alqi sambil mengandeng tangan Rea.
Rea selalu saja berdebar jika Alqi mengandeng tangannya.
Hati ini sungguh lemah.
Mereka menuruni tangga sambil bergandengan tangan.
Keluarga Rea sudah berkumpul dimeja makan. semuanya tampak terkejut melihat Alqi dan Rea keluar dengan pria yang membawa koper dibelakang mereka.
Semua anggota keluarga langsung berdiri.
"Alqi kamu mau kemana?" tanya Mamanya.
Tapi Alqi tidak menggubrisnya ia terus berjalan memegang tangan Rea.
"Alqi" panggil kakeknya.
Alqi membalikkan badannya. Rea juga. Rea hanya menunduk. tidak berani memperlihatkan wajahnya setelah kejadian tadi malam.
"Alqi kamu mau kemana?" Tanya kakeknya.
"pergi" jawab Alqi acuh.
"apakah keputusan mu sudah bulat nak. pikirkan lagi" ujar Papanya
"sudah. keputusanku sudah bulat, aku akan pergi dari rumah ini"
"jangan tinggalkan rumah ini Alqi ini rumah mu juga" ujar Mamanya menangis.
"bukankah itu yang mama inginkan"
"Alqi tega sekali kau membuat mama menangis nak" ujar Mamanya. pipinya sudah basah air mata. tidak rela bila putra kebanggaannya pergi.
"mama juga tega membuat istriku menangis" jawab Alqi.
Jawaban itu bagai tamparan yang menampar wajah mamanya.
"aku hanya tidak menginginkan wanita ini bukan kamu nak" ujar mamanya. sudah mulai bergerak mendekat Alqi. Ia ingin memegang tangan Alqi. tapi Alqi tepis.
"kalau mama tidak menginginkan wanita ini berarti mama juga tidak menginginkan aku karena wanita ini adalah hidupku. aku akan melakukan apapun untuknya. bahkan itu nyawaku sendiri.
Rea menatap Alqi.
Sebesar inikah rasa cinta Alqi padanya. dia memberikan cintanya yang begitu besar. lalu apa yang aku berikan. aku memang wanita tidak tau diri.
"Alqi mama mohon jangan pergi"
"Aku tetap akan pergi selagi mama belum minta maaf pada istriku" jawab Alqi lalu pergi dengan tetap mengandeng tangan Rea.
Tanpa diduga Alexsa berlari kearah Alqi dan memeluknya. Ia menangis.
"kakak jangan pergi. ku mohon. apakah kakak tidak sayang padaku" ujar Alexsa sambil terus menangis.
Alqi melepaskan tangan Rea. Ia lalu memegang wajah adiknya. ia mengusap air mata Alexsa dengan ibu jarinya.
"Alexsa, aku sayang padamu. tapi aku tidak punya pilihan lain"
"kakak jika kakak pergi bagaimana denganku" tangis Alexsa semakin menjadi.
Rea iba melihat itu.
sesayang itukah Alexsa pada Alqi. aku, wanita tidak tau diri ini bahkan sudah merebut kakaknya.
"Alexsa, aku sudah bilangkan kau bukan anak kecil lagi. jaga sikapmu. jadi anak yang baik. aku sayang padamu. kau adalah adikku yang paling cantik" ucap Alqi lalu mengecup kepala Alexsa dan tangis Alexsa pecah. ia menangis sejadi-jadinya.
Alqi lalu menggenggam tangan Rea dan pergi. Alexsa berlari menuju kamarnya. tidak sanggup melihat kepergian kakaknya.
Mama, Papa dan kakek hanya bisa melihat Alqi pergi. mamanya menangis.
Alqi dan Alexsa masuk kemobil. pria tadi menaruh koper kedalam mobil dan ia menyetir mobil itu. Dan mobil itu keluar pagar rumah mewah ini. meninggalkan rumah dan juga seisinya.
Rea hanya diam didalam mobil. Alqi melihat Rea. Ia menarik kepala Rea diletak kepala itu didadanya. lalu ia mengelus kepala itu. pemilik kepala hanya diam saja.
"apa yang kamu pikirkan sayang?"
"tidak"
"ayo bicara padaku"
"aku hanya merasa bahwa kita sudah sangat jahat"
"kenapa?"
"apa kau tidak lihat semua orang tidak rela dengan kepergian mu"
"biarkan saja. biar mereka tau rasakan ditinggalkan wanita yang baik sepertimu"
"bukan aku Alqi. tapi dirimu. mereka berat melepaskan dirimu. aku bukanlah apa-apa dikeluarga mu"
"jangan bilang seperti itu. kau itu nyawaku. aku bisa saja mati tanpamu"
Rea diam saja. tidak mau melanjutkan pembicaraan. Ia mengalihkan pembicaraan.
"kita mau kemana?"
"ikut saja. tidak usah banyak bertanya"
Rea pun diam. pasrah kemana pun Alqi membawanya