Rea keluar kamar menuju meja makan. Setelah sampai dimeja makan Alqi memperhatikan Rea dari atas sampai kebawah.
Rea memakai pakaian kantor seperti biasanya, hanya saja ada syal yang diikat membentuk sebuah pita yang indah bergelayut dilehernya.
Alqi mengernyitkan dahinya. tidak biasa Rea memakai syal itu.
"kenapa kamu memakai syal sayang?" tanya Alqi setelah Rea sampai dimeja makan.
"kamu yang membuatku harus memakainya" jawab Rea kesal. tentu saja karena lehernya dipenuhi dengan tanda merah.
"apa kamu malu?"
"tidak. hanya saja tidak enak jika dilihat karyawan"
"kenapa?, semua orang juga tau jika kita suami istri apa salahnya"
"huh" Rea malas mau bicara.
Mereka lalu menyantap sarapan.
tiba-tiba pintu apartemen mereka diketuk. Rea bergerak membukakan pintu. saat pintu terbuka terlihatlah seorang wanita yang sedang membawa sebuah koper.
ALEXSA!!!!
Rea melihat gadis itu sudah cantik dan rapi. garis bibirnya terlihat ketika dia tersenyum melihat Rea.
"kakak ipar" ujarnya sambil memeluk Rea yang tercengang
Bagaimana dia bisa tau. apa Alqi yang memberi tau. dan kenapa dia membawa koper apa Alqi juga menyuruhnya.
Alqi merasa Rea sudah sangat lama pun menyusul ke depan. saat sampai didepan ia sangat terkejut melihat Alexsa sedang memeluk Rea.
"Alexsa" ujar Alqi seperti orang tidak percaya.
"kak Alqi" ujar Alexsa lalu memeluk Alqi.
"kakak aku rindu padamu"
bagaimana bocah manja ini bisa ada disini. dari mana dia tahu
"bagaimana kamu bisa tahu kalau kami ada disini?"tanya Alqi datar. masih curiga takut ada yang memata-matai.
Alexsa tidak menjawab. Ia segera mengambil kopernya yang masih berada didepan pintu. setelah itu ia menutup pintu dan tersenyum lebar.
"Alexsa aku bertanya padamu, dari mana kamu tahu keberadaan kami?"
"dari mana lagi kalau bukan dari kak Vino" jawab Alexsa santai.
"Vino?"
"iya, aku membujuk kakak ipar untuk memberi tahu ku tapi kakak ipar malah memberi tau kak Alqi"
"maaf Alexsa, aku tidak punya cara lain"
"tidak apa kak. aku tidak akan kehabisan ide. lalu aku menelpon kak Vino. awalnya kak Vino tidak mau memberi tahu, jadi aku pikir aku menangis saja. ternyata benar, kak Vino tidak tega melihat ku menangis dan dia langsung memberi tau" jelas Alexsa.
Dasar pria itu payah sekali.
"ya sudah ayo kita sarapan dulu" ujar Rea.
"ayo kak, aku juga sudah lapar" jawab Alexsa yang segera mengikuti Rea kemeja makan.
Setelah sampai dimeja makan. Alexsa menyantap makanan dengan sangat lahap. untung saja pagi itu Alqi memesan banyak makanan. sebagai ucapan terima kasih untuk Rea tadi malam.
"Apa mama juga tahu aku ada disini?"
"tidak" jawab Alexsa singkat. masih sibuk dengan makanannya.
"kenapa?"
"aku tidak memberi tahu mama, aku bilang aku mau pergi. itu saja"
"apa kau sangat lapar?" Tanya Alqi yang heran melihat adiknya makan sangat banyak. Tidak biasanya Alexsa makan banyak.
"iya kak, selama kakak pergi mogok makan"
Jawaban Alexsa membuat Alqi dan Rea kaget. terutama Alqi. Ia sudah pergi satu hari yang lalu dan satu hari itu adik kesayangannya mogok makan. sangat menyedihkan.
Alqi berdiri. ada raut marah, kecewa, dan sedih dalam dirinya.
Ia berjalan mengitari meja. menuju Alexsa.
"kenapa kau lakukan itu" tanya Alqi dengan guratan marah bercampur kesedihan.
Alexsa lalu berdiri didepan Alqi.
"kakak tahukan aku tidak bisa jauh darimu, aku tidak bisa kak. kakak tahukan bagaimana sikap mama jika kakak tidak ada. aku selalu disiksa dengan kata-katanya kak" jawab Alexsa sambil menangis.
Begitu tersiksanya Alexsa ditinggal kakaknya. dan aku dengan sangat mudah membuat dua kakak beradik ini menjauh. sungguh jahatnya diriku ini.
Tanpa disangka cairan kristal bening jatuh dari mata Alqi. ia menangis. sungguh ia begitu sayang pada adik semata wayangnya itu.
"maafkan aku Alexsa. maafkan aku" ujar Alqi sambil memeluk erat Alexsa.
"iya kak, aku akan memaafkan dirimu dengan satu syarat"
"apa?"
"aku mau tinggal disini"
Dasar gadis licik
"pintar sekali kamu ya" jawab Alqi sambil mengusap kepala adiknya.
"baiklah. tapi apa mama sudah tau?" sambung Alqi lagi.
"belum. aku takut kalau memberi tahu mama nanti dia akan membuntuti ku. aku sudah janji pada kak Vino untuk tidak memberi pada orang-orang"
"anak pintar" ujar Alqi.
"hari ini kami akan pergi keperusahaan, jadi kamu mau kemana?"
"aku kuliah kak, apa kakak ipar ikut juga?"
"iya" jawab Rea
Alexsa hanya mengangguk mengerti.
"kamar ku dimana kak?"
"nanti aku tunjukkan"
setelah sarapan.
"kamu jangan lakukan itu lagi, mogok makan bisa membuat mu sakit" ujar Alqi sedih.
"iya. asal kakak tidak meninggalkan ku lagi"
"apa yang mama lakukan padamu"
"seperti biasa kak. dia bilang aku anak tidak berguna. Lalu juga marah kalau aku selalu berada di pihak kakak ipar. Lalu dia bilang kalau aku mau jadi anak yang berguna aku harus membujuk kakak supaya pisah dengan kakak ipar"
"kamu bilang apa?"
"aku bilang tidak mau"
"good girls" ujar Alqi sambil terus mengelus kepala Alexsa. Rea hanya melihat dengan tersenyum. ada sedikit rasa bersalah karena ini adalah salahnya juga.
"baiklah ayo kekamar mu"
Alqi lalu mengantar Alexsa kekamarnya.
"kakak koper kakak kenapa ada disini"
"kakak lupa menaruhnya dikamar" ujar Alqi bohong. Lalu ia mengambil kopernya dan mengantarnya ke kamar Rea.
"kalau begitu ayo kita pergi" ujar Rea.
Alqi dan Rea menaiki mobil yang sudah ada Vino di kemudi. Sementara Alexsa menaiki mobilnya menuju kampusnya.
"Akhirnya ketemu kak Alqi juga" gumam Alexsa. dari pada tinggal dirumah mama lebih baik tinggal dirumah Alqi begitu pikir Rea.
Lumayan jauh dari kantor sekitar 45 menit perjalanan. biasanya hanya 30 menit.
Setelah sampai dikantor semua karyawan kantor mengalihkan perhatian. semua mata memandang Alqi dan Rea yang baru datang. ini adalah hari pertama Alqi bekerja setelah hari pernikahan. bersama istrinya pula.
Semua para karyawan melihat Alqi dengan terheran-heran. Bukan karena ketampanan Alqi karena semua karyawan sudah sering melihatnya. bukan juga karena Rea karena semua karyawan sudah tau bahkan mereka juga diundang di pernikahan itu.
Yang mereka herankan adalah senyum merekah Alqi dipagi ini. tidak seperti biasanya Alqi akan datang dengan wajah yang super dingin dan kejamnya. hari ini ia berbeda seratus delapan puluh derajat.
Alqi mengandeng tangan Rea sepanjang koridor kantor. Vino yang mengikuti dibelakang hanya geleng-geleng melihat kelakuan tuan muda nya itu.
Ku mohon tuan muda, sikap anda sangat lucu.
Mereka menaiki lift. dan saat keluar lift mereka berpapasan dengan seorang karyawan cantik. Ia memandang Rea dengan tatapan membunuh. Seperti sedang melihat musuh. sementara Rea yang dipandang hanya diam keheranan.
ini orang kenapa ya. dan siapa dia?