Rea masuk keruangan nya setelah berdebat dengan Alqi tentunya.
"kamu di ruangan ku saja" Alqi memulai debat itu.
"tidak usah. ruangan ku saja. lagipula ruangan kita berdekatan jadi tidak ada salahnya"
"tidak boleh. ruangan ku saja"
"Alqi, bagaimana aku mau bekerja kalau duduk di ruangan mu"
"siapa yang menyuruh mu bekerja"
"Alqi, please..."ujar Rea lemah.
"baiklah. tapi ingat jangan kerjakan pekerjaan apapun"
"Alqi aku ini mau bekerja. mana mungkin aku tidak bekerja"
"memang siapa yang menyuruhmu bekerja"
"ya sudah aku pulang saja" ujar Rea kesal.
"iya iya. kamu ke ruangan mu dan bekerja. tapi ingat jangan bekerja banyak. jika kamu mengerjakan banyak kerja maka aku akan menyuruh mu tidak bekerja sama sekali"
"iya. terima kasih ya" ujar Rea senang. Ia langsung menuju ruangannya. Ia melihat sekeliling rindu juga dengan ruangannya.
Alqi dan Vino masuk keruangan Alqi.
"Vino beri dia sebagian daru pekerjaannya"
"yang sebagiannya tuan?"
"suruh kepala sekretaris mengerjakan. aku tidak mau istri ku lelah bekerja"
"baik tuan" jawab Alqi.
Ia lalu keluar memberi tugas kepada Rea dan kepala sekretaris.
Vino hanya memberi sedikit pekerjaan. Rea tahu itu karena Alqi yang menyuruhnya.
biarlah dari pada aku tidak bekerja.
Sebelum makan siang Rea sudah selesai mengerjakan tugasnya. Ia lalu ke ruangan Alqi. Ia mengetuk pintu
Tok tok tok
"masuk"
Rea masuk kedalam. Alqi yang melihat Rea datang merasa senang.
Bagus juga kalau Rea bekerja. aku jadi bisa melihatnya setiap hari dan setiap waktu.
"ada apa sayang?"
"ini pekerjaan ku sudah selesai" ujar Rea sambil menyerahkan dokumen pekerjaannya.
"letak disini" jawab Alqi sambil mengetuk mejanya.
"ada lagi?" tanya Rea.
"apa?" Alqi balik bertanya
"pekerjaan yang harus aku selesaikan"
"sudah. kamu tidak usah bekerja. pekerjaan mu sudah selesai"
"baiklah" jawab Rea dan bersiap keluar ruangannya.
"hei, kamu mau kemana sayang?"
"ke ruangan ku?" jawab Rea.
"tidak perlu. kamu disini saja. untuk apa ke ruangan mu bukankah pekerjaan mu sudah selesai"
hm benar juga ya. mau apa lagi aku di ruangan ku sendirian.
"baiklah" jawab Rea dan langsung berjalan menuju sofa.
"kamu duduk di situ dulu ya. aku masih ada pekerjaan" ujar Alqi senang. Ia sangat bersemangat melihat istri tercintanya ada di ruangan nya.
Rea duduk di ruangannya sambil termenung. tiba-tiba ia teringat wanita didepan lift tadi.
kira-kira wanita itu kenapa ya lihat aku kayak gitu. emang aku punya salah ya sama dia. perasaan gak ada deh. sepertinya aku pernah melihatnya.
Rea mengingat-ngingat wajah wanita itu dan ia ingat. Ia adalah wanita yang memberi tahu nama Alqi saat pertama kali ia bekerja di perusahaan ini
"sayang" Panggil Alqi yang membuat Rea kaget.
"e-eh iya. kenapa?" tanya Rea kaget.
"kamu melamun. kenapa?"
"ti-tidak. aku tidak melamun"
"benarkah?"
Rea menjawab dengan anggukan kepala dan senyumannya.
"kamu manis sekali sayang" ujar Alqi sambil mencubit pipi Rea lembut.
"jangan" ujar Rea manja. semakin lama Rea semakin terbiasa dengan Alqi. Ia sudah tidak lagi canggung. Apalagi setelah kejadian malam itu. Walau ia sangat malu bila mengingat itu.
Alqi semakin gemas dan ia menyambar bibir Rea dengan cepat. Rea yang mendapat serangan secara tiba-tiba membelalakkan matanya.
Tidak lama. Alqi melepaskan ciumannya.
"bernafas sayang. kamu bisa kehabisan nafas nanti" ujar Alqi sambil mengusap lembut bibir Rea.
Rea tertunduk malu sambil mengatur nafasnya.
Alqi tersenyum dan memegang dagu Rea. Ia mengangkat dagu Rea membuat Matanya dan mata Rea saling bertatapan.
Ia mendekatkan wajahnya. Ia lihat Rea memejamkan matanya. pertanda bahwa dia sudah siap.
Alqi segera mencium bibir itu dengan lembut. Rea membalas nya tak kalah lembut. mereka saling merasakan kenikmatan yang saling mereka berikan. Alqi memeluk pinggang Rea erat. sementara Rea mengalungkan tangannya dileher Alqi.
lima menit.....
sepuluh menit....
lima belas menit.....
dua puluh menit.....
Dan....
ceklek
pintu pun terbuka. Ternyata Vino yang datang. Ia kaget melihat tuan mudanya sedang berciuman dengan Rea.
Begitu juga Rea dan Alqi. Mereka segera melepaskan ciuman itu setelah melihat Vino datang.
Rea segera mendorong dada Alqi dan ia sangat malu.
Sementara Alqi terlihat santai. hanya pada Vino. buat apa malu dengan Vino. begitu pikirnya.
"kenapa tidak ketuk pintu dulu"
"maaf tuan muda, saya tidak tahu kalau anda dan nona sedang...." Ragu melanjutkan kalimatnya.
"sudahlah. ada apa?"
"ini laporan yang anda minta tuan"
Mereka lalu membahas soal pekerjaan. cukup lama. Rea hanya mendengarkan percakapan kedua orang itu.
"kapan akan diadakan meeting?" tanya Alqi
"sesudah makan siang ini tuan muda"
"baiklah. persiapkan segalanya"
"baik tuan" jawab Vino dan segera keluar ruangan itu.
"ayo kita makan siang" ajak Alqi setelah Vino keluar ruangannya.
Rea hanya mengangguk dan berdiri. Alqi mengandeng tangan Rea menuju lift.
Di dalam lift tidak ada orang. hanya mereka berdua.
"kamu kenapa sayang?" tanya Alqi yang melihat Rea hanya tertunduk.
"tidak apa-apa"
Alqi memegang dagu Rea dan mengangkatnya. Ia bertanya dengan ekspresi wajahnya.
Rea hanya mengangguk menyakinkan Alqi.
Alqi diam dan mendekatkan wajahnya. sepertinya ia akan melakukan kegiatan yang tadi.
Rea segera melepaskan dagunya dari tangan Alqi. Ia takut kejadian tadi terulang lagi. Ia sangat malu jika dilihat orang seperti tadi.
"kenapa?"
"ini dikantor. nanti ada yang lihat seperti tadi"
"kenapa memangnya. ini kantor ku"
"Alqi...."
"oke." jawab Alqi menyerah. Bila Rea memanggilnya dengan nada seperti itu berarti dia marah.
Pintu lift terbuka. Mereka berjalan menuju kantin perusahaan dengan tangan yang bergandengan.
sebenarnya Alqi ingin mengajak Rea makan siang diluar. hanya saja ia harus mengadakan rapat setelah makan siang. sehingga ia memilih lingkungan perusahaan.
saat jalan menuju kantin lagi-lagi Rea melihat wanita itu. Ia tidak heran jika ia bertemu wanita itu. hanya saja pandangan wanita itu terhadapnya sangat membuatnya keheranan.
Ia menyimpan rasa herannya. dan masuk ruangan kantin pribadi. Ia makan siang disitu bersama Alqi.
Saat makan siang pikirannya tidak terlepas dari wanita itu.
siapa dia. apa aku punya musuh. rasanya selama bekerja disini aku tidak punya musuh sama sekali. lalu kenapa wanita itu memandang ku seperti itu. pandangannya seperti ingin membunuh ku saja. memangnya apa salah ku
"sayang" panggil Alqi tapi Rea tidak menyahut. Ia masih sibuk dengan pikirannya tentang wanita itu.
"sayang"panggil Alqi lagi. tapi Rea belum menyahut.
"sayang"panggil Alqi meninggikan suaranya.
Rea kaget dan sadar dalam lamunannya.
"i-iya"
"kamu kenapa?"
"hm...."
bilang tidak ya. tapi mau bilang bagaimana. sudah biar saja.
"kenapa sayang?"
"tidak. aku hanya memikirkan pekerjaan ku tadi. ada yang salah tidak ya" jawab Rea berbohong.
"soal pekerjaan jangan dipikirkan. kalau ada salah biar Vino yang memperbaiki" jawab Alqi santai dan melanjutkan makannya.