Sekitar pukul 19.00 Alqi dan Rea turun untuk makan malam. Setelah makan malam Alexsa mengajak Rea untuk menonton diruang keluarga. Rea menerima dengan sangat senang. setidaknya dia tidak akan satu kamar dengan Alqi, karena ia sangat canggung jika hanya berdua. walaupun nanti tetap satu kamar setidaknya saat ini tidak. Alqi juga ikut duduk diruang keluarga.
Rea memilih duduk disamping Alexsa. Tapi Alqi mencegah. ia menyuruh Rea duduk disampingnya.
Alqi menepuk-nepuk sofa sebelahnya. memberi isyarat bahwa Rea harus duduk disitu.
Dengan langkah malas dan berat hati Rea pindah kesebelah Alqi. Alqi lalu menarik kepala Rea agar bersandar didadanya. Ia sedikit bergerak agar Alqi melepaskannya. tapi Alqi malah berbisik.
"Jangan buat Alexsa curiga" alasan yang selalu Alqi gunakan untuk membuat Rea menurut.
banyak sekali alasannya. jangan buat Alexsa curiga, jangan buat ibu curiga, jangan buat keluarga ku curiga. dasar pria gila.
Alexsa yang suka bicara memulai pembicaraan.
"kakak ipar lanjutkan cerita mu tadi"
"cerita apa?" bingung
"yang ditangga tadi kakak ipar, yang kakak ipar bilang terharu lihat keakraban aku dengan kak Alqi"
Ah ya Rea ingat.
mengapa harus membicarakan itu lagi.
"Ah lupakan Alexsa tidak ada yang penting" menghindar untuk menjelaskan.
"Alexsa tidak akan melepaskan mu begitu saja sebelum kamu menjelaskan padanya. dia anak yang keras kepala" ujar Alqi yang tau sifat adiknya. walaupun sebenarnya ia juga sama penasarannya dengan Alexsa.
"iya kakak ipar. ayo cerita"
"cerita apa?" bingung. tidak tau harus bicara apa.
"kakak ipar bilang kalau kakak ipar terharu dan kakak ipar bilang kalau kakak ipar itu tidak pernah merasakan itu. memang kenapa? bukankah kakak ipar punya kakak perempuan. pasti menyenangkan. bisa curhat, main makeup-makeupan, wah seru kakak ipar" Alexsa sangat antusias.
"kakak ku tidak seperti itu, kakak ku itu orang yang jutek. haha. dan sibuk juga" Rea bercerita dengan sedikit ketawa agar tidak terlihat sedih.
"benarkah?" tanya Alexsa
"Iya"
"ayo cerita lebih detail lagi" Kini Alqi yang penasaran.
"lepaskan dulu. bagaimana aku mau cerita kalau seperti ini. meronta ingin lepas dari Alqi.
"baiklah" Alqi melepaskan Rea.
"jadi begini aku dengan kakakku itu tidak seakrab kalian. hubungan kami biasa saja, tidak ada yang seperti Alexsa bicarakan, seperti curhat atau apalah itu tidak ada"
"bagaimana bisa?" Ujar Alexsa.
"entahlah. kakakku itu sedikit jutek. aku tidak pernah bercanda atau melakukan hal seperti dua kakak beradik. tapi jika aku lihat dia bisa lebih hangat dengan teman-temannya dibanding aku"
"jadi kakak ipar mau bilang kalau kakaknya kakak ipar itu benci sama kakak ipar"
"mungkin, haha tidak lebih seperti itulah"
"tapi tadi aku lihat kakak mu sangat baik"
"ah i itu...."
aduh aku harus jawab apa. tidak mungkin aku bilang kalau kakak ku hanya acting tadi.
"wah ada mantu cucuku disini" kakeknya tiba-tiba datang.
Rea merasa terselamatkan. ia tidak perlu menjawab pertanyaan Alqi.
"kakek ini kami hanya berbicara santai saja" jawab Alexsa.
Kakeknya menyuruh Alqi menyingkir dengan gerakan tangannya.
"apa?" tanya Alqi. sebenarnya ia tau hanya pura-pura tidak tau.
"kamu geser kakek ingin duduk disebelah mantu cucuku ini"
Dengan malas Alqi mengeser duduknya. Sehingga kakeknya duduk ditengah-tengah diantara Rea dan Alqi.
"Rea apa kau bahagia menikah dengan cucuku" tanya Kakek.
"apa yang katakan, tentu saja dia bahagia. aku selalu membuatnya bahagia"
"Diam kamu Alqi. kakek tidak bicara denganmu" ujar kakeknya. Alqi langsung cemberut mendengar ucapan kakeknya.
Rea dan Alexsa tertawa geli melihat Alqi dan kakek.
"bagaimana Rea apa kamu bahagia"
"ah ya, aku sangat bahagia. Alqi bersikap baik padaku"
"sudah ku bilangkan. kakek ini meragukan ku" ujar Alqi tinggi hati. tersenyum bangga.
"kakek tidak bicara padamu. duduk diam disitu" ujar kakeknya. lagi-lagi Alqi manyun.
"baguslah kamu bahagia. kakek juga turut bahagia" ujar kakeknya sambil mengelus kepala Rea. hal itu membuat Rea terharu.
Rea langsung memeluk kakek dan menangis dipelukkan kakek.
Alqi terkejut melihat Reaksi Rea. Ia bangun dari duduknya dan berjongkok didepan Rea.
"Rea, kamu baik-baik saja" ucap Alqi panik.
"kamu kenapa Rea, kamu tidak bahagia" ujar kakeknya sambil menepuk-nepuk lembut punggung Rea.
"tidak kek, justru aku sangat bahagia. aku tidak pernah merasakan kasih sayang seorang kakek. aku sangat bahagia kek" ujar Rea sambil menangis dipelukkan kakek.
Hati Alqi tersayat mendengar jawaban Rea. ingin sekali ia memeluk tubuh mungil itu tapu ia lihat Rea nyaman dengan kakeknya.
sesulit itukah hidupmu Rea.
"kakek mu mana nak?" tanya kakeknya.
"aku tidak tau. sejak kecil tidak pernah ada kakek dan nenek. aku tidak tau keberadaan mereka. ibu juga tidak pernah membicarakan soal itu"
"kalau begitu mulai sekarang kamu jangan sedih lagi. sekarang kamu sudah punya kakek. kakek Alqi berarti kakek mu juga, sejak awal aku sudah menganggap mu cucuku sendiri" jelas kakeknya.
"terima kasih kek" ujar Rea sambil melepaskan pelukannya.
Alqi berdiri dan mengusap sisa air mata Rea.
"sudah jangan sedih lagi ya"ujar Alqi.
Rea hanya mengangguk.
"kalau cucuku ini nakal kamu bilang saja sama kakek" ujar kakeknya.
"kakek, kakak ku ini tidak pernah nakal. ini kakak terbaikku. tidak pernah nakal" ujar Alexsa sambil berdiri dan memeluk lengan Alqi.
Alqi yang mendengar belaan adiknya meninggikan dadanya. bangga. mengangguk-angguk mendengar ucapan Alexsa.
"wah adikku ini memang paling cantik ya" puji Alqi. Alexsa tersenyum puas.
Mereka lalu tertawa. tiba-tiba datang mama dan papanya.
"wah ada apa ini sepertinya seru" ujar papanya.
"alah palingan menantu baru kita ini mencari muka. apa lagi yang bisa dia lakukan selain mencari muka dirumah ini" ujar mamanya.
Rea hanya menunduk mendengar ucapan mama mertuanya.
Muka Alqi memerah. Kakeknya langsung berdiri.
"Sarah, apa yang kamu katakan" marah kakeknya.
"aku katakan yang sebenarnya" ujar Mamanya santai tanpa rasa bersalah sedikit pun.
"Kalau mama masih mau aku tinggal dirumah ini. bicara yang baik pada Rea" ujar Alqi yang langsung menarik tangan Rea dan mengajaknya kekamar. Rea mengikuti dengan menundukkan kepalanya.
Ia tidak bisa bohong. hatinya sakit. air matanya sudah mengalir dipipi lembutnya.
"Mama ini mengacaukan kebahagian kami dan kak Alqi. lihat sekarang kak Alqi marahkan" ujar Alexsa pada mamanya.
"jangan kurang ajar sama mama"
Alexsa menghentakkan kakinya kelantai. kesal. Ia langsung masuk kekamarnya.
Kakek melihat Mama dengan tatapan membunuh.
Sementara papa Alqi menatap mamanya penuh arti.
"kau membuat Alqi kesal. Dan sekarang ia akan melakukan apa yang dia ucapkan, apa kau mau anakmu pergi dari rumah ini" ujar ayahnya dengan nada marah.