Chereads / ANGKASA / Chapter 23 - Bagian 21

Chapter 23 - Bagian 21

Sedangkan perasaan Bela yang mendengar itu baper, walaupun berusaha melupakan tapi kalau ada sebersit perasaan tak dapat dihindarkan. 'Buat aku ya sa? Kalau iya, boleh kok balikan.'

"Bel, kenapa nasinya gak lo makan?" tanya Ratih teman sebangkunya, Bela membawa bekal, kondisi jamkos bisa dibuat makan santai dan pergi ke kantin.

"Ah-eh. Iya, lupa." Bela nyengir, kalau ada lalat hinggap mana tau kan? Ratih sedari tadi hanya bermain game strategi, demi mendapat poin tertinggi.

🌸🌸🌸

"Gimana sama guru-guru dikantor? Terus, bu Ghina mau kan sama roti buaya lo?" tanya Virgo setelah menelan bakso beranaknya. Shh hah, pedas beb!

"Semuanya beres kok. Sa, gimana sama puisi lo? Pasti Bintang langsung klepek-klepek kan?" Pandu menatap Angkasa yang kini hanya membaca buku kalkulus yang halaman sebanyak 578 itu. 'Gak pusing kan kepala lo sa?'

"..." tak ada jawaban, apa Angkasa sudah pacaran dengan buku?

"Ya baper dong," suara Bela menyahut dari arah utara, ia sudah mencari Angkasa di kantin yang sudah ramai dan penuh sesak, apalagi jalannya karena beberapa kios penjual yang memiliki antrian panjang, biasalah makanan yang fresh dan disukai banyak kalangan, harganya juga bersahabat dengan kantong remaja.

Angkasa menatap Bela malas. Ia pun berdiri dan menuju ke kelas Bintang, pasti tidur. Ah, dia kan cewek kalong melihat mata panda yang sangat kentara. Angkasa sudah tau dampak begadang terus menerus akan menimbulkan penyakit.Selain mengantuk berlebihan dan sering menguap, kurang tidur akibat begadang akan berpengaruh kepada kondisi emosi, kemampuan kognitif, dan fungsi otak. Efek begadang bagi kesehatan juga termasuk meningkatkan risiko penyakit, seperti diabetes, obesitas, tekanan darah tinggi, kanker, dan penyakit jantung.

"Bintang.." Angkasa membangkunkan Bintang yang kini tertidur pulas dengan tas sebagai bantalnya. "Bintang, kamu gak istirahat?" tanya Angkasa ketika Bintang membuka matanya, cewek itu menggeliat. Melihat seisi kelas yang sepi, ah iya sudah istirahat. Kenapa tak ada yang membangunkannya?!

"Hmm, masih ngantuk juga."

"Tidur sekarang itu gak baik bagi kesehatan. Bisa menyebabkan obesitas, diabetes, penyakit jantung dan pembuluh darah, mudah lupa, sulit berpikir dan berkosentrasi, mood mudah berubah, dan peningkatan resiko kanker." ucap Angkasa seperti calon dokter.

"Wah, hafal banget yah penyebabnya. Calon dokter?"

"Angkasa.." Virgo datang dan memasuki kelas dengan tergopoh-gopoh. "Bela sa, dia dikasari oleh Farhan di gedung belakang sekolah. Banyak yang nonton disana, gak ada yang mau misahin." jelas Virgo, melihat kejadian itu Bela adalah posisi yang terlemah, Farhan seperti penguasa yang seenaknya.

Angkasa khawatir? Iya. Bintang tetap dikelas dan ditemani Virgo. "Lo gak akan sendirian disini, gue takut kalau salah satunya nyerang juga." Virgo duduk dikursi yang tadi ditempati Angkasa.

Farhan menjambak rambut Bela, adiknya itu berusaha memberontak tapi tenaga Farhan lebih besar. "Lo benar-benar gak becus! Apa susahnya sih tinggal nurutin perintah gue?!"

Mata Bela berkaca-kaca, ia tak boleh menangis, apalagi terlihat lemah dihadapan Farhan. "Lebih baik aku mati kak daripada menghilangkan nyawa seseorang yang tak bersalah." ucapan Bela sontak membuat murid yang mengerubunginya takut, terkejut dan tak percaya.

"Oh, apa lo mau ngusul bunda juga di neraka? Dengan senang hati Bela."

Angkasa yang melihat Bela yang penampilannya berantakan pun segera menarik tangan Bela menjauhi Farhan yang sudah gila. "Aku antar kamu pulang. Biar di izinkan sama Pandu." ucap Angkasa seakan tau pikiran Bela, sedangkan Farhan berusaha mengejar Bela, tak semudah itu terlepas dari seorang psychopath darinya, sifat kelam yang sudah lama terkubur itu pun kini bangkit lagi, seperti dua tahun yang lalu.

Angkasa mencoba lari sekuat tenaga dan menggenggam erat tangan Bela. "Jangan takut, semua akan baik-baik saja." Angkasa meyakinkan Bela, cewek itu masih tetap menangis, ia sangat takut dengan Farhan. Walaupun sudah diluar sekolah tapi Angkasa tak sempat menaiki motor karena Farhan yang mengejarnya dengan langkah cepat. Orang-orang disekitar pun menatap mereka aneh. Angkasa tak peduli yang terpenting Bela harus dijauhkan dari Farhan.

Selama satu jam berlarian akhirnya Angkasa sampai dirumah sakit, lebih tepatnya ini akan aman karena ada satpam yang menjaga dan dikelilingi banyak orang. "Gak ada tempat lain buat berlindung, Bela. Kamu jangan pulang kalau Farhan masih menyakitimu." Angkasa menuju ruangan Rangga yang kini masih belum diperbolehkan pulang.

Bela mengangguk. "Gak apa-apa, kamu sudah menyelamatkan aku. Sa, aku mohon, laporlah ke polisi sebelum bahaya yang lain terjadi. Aku takut kamu juga menjadi korban selanjutnya." keluh Bela, sudah cukup ia menderita ketika dirumah tak ada ketenagan apalagi kebahagiaan, hanya rasa sakit dan tangisan yang dirasakan. Bukannya ia ingin Farhan menjadi tambah buruk, tidak. Sebagai adik mau bagaimanapun sikap kakaknya pasti ia masih menyayangi dan ingin melindungi adiknya. Tapi mengenai Farhan, ia ingin kakaknya itu sadar dan bisa berubah menjadi pribadi yang lebih baik.

"Kamu menginap disini saja yah, biar ditemani Bintang. "

Bela menatap Rangga yang kini tersenyum padanya. "Hai, jangan canggung. Gue gak makan lo kok." entah mari tertimpa apa sampai sikap Rangga berubah baik, mungkin kasihan menatap Bela yang keadannya berantakan, seperti orang gembel.

🌸🌸🌸