Chereads / Hello, Daddy! / Chapter 1 - seorang gadis kecil yang membunyikan bel

Hello, Daddy!

🇮🇩meowli
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 27.2k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - seorang gadis kecil yang membunyikan bel

Hari Senin memang bukan hari yang menyenangkan bagi sebagian orang. Beberapa harus bekerja dan sekolah. Namun, tidak begitu bagi para anggota grup musik hip-hop kenamaan asal Korea Selatan, Bangtan Sonyeondan atau yang lebih akrab dikenal dengan nama BTS.

Ada yang berbeda dengan hari Senin kali ini.

Setelah menyelesaikan konser yang dilakukan di beberapa negara, akhirnya kini mereka bisa menikmati liburan. Tidak heran jika Seokjin, anggota tertua BTS sedang asyik bersenandung sambil memotong sayuran serta daging untuk menu sarapan para anggota BTS lainnya pagi ini.

Ting Tong! Ting Tong!

Suara bel mengalihkan atensi Seokjin dari masakannya. Pria itu menoleh guna memastikan bahwa itu memang suara bel asrama mereka. Sedikit mengerutkan kening karena tidak biasanya ada yang membunyikan bel sepagi ini. Kalaupun itu salah satu manajer BTS biasanya mereka akan langsung masuk. Lagi pula saat ini BTS sedang libur, jadi mereka tidak punya jadwal apapun.

"Taehyung-ah¹, bukakan pintunya!"

Taehyung yang tidak sengaja melanjutkan tidurnya di sofa ruang santai terbangun karena mendengar seruan Seokjin. Pria dengan nama panggung V itu mengucek matanya sebelum berjalan sempoyongan menuju pintu.

"Iya, iya," sahut Taehyung yang menjawab suara bel asrama yang terus-terusan berbunyi. Pria itu mengecek intercom dan tidak menemukan siapapun di layar. Kemudian dia membuka pintu hingga membentuk celah kecil untuk mengintip dan tetap tidak menemukan siapapun.

'Apa ada penggemar iseng?' pikirnya.

Taehyung mendengus. Dia baru saja hendak menutup pintu kembali ketika merasakan sebuah tarikan di celana piyama yang dikenakannya. Pria dengan surai kecoklatan itu menunduk dan menemukan seorang gadis kecil berusia sekitar 4 tahun sedang mendongak menatap ke arahnya.

Gadis kecil berwajah cantik dengan mata bulat beriris coklat, rambut panjang yang terikat rapih, bibir tipis, hidung mancung, serta kulit yang seputih susu. Entah kenapa, rasanya Taehyung pernah bertemu seseorang yang serupa dengan gadis kecil itu.

"Eh, Nona Kecil, apa kau yang membunyikan belnya?" Taehyung bertanya dengan nada kekanakan. Dia berjongkok menyamakan tingginya dengan gadis kecil tersebut.

"Iya," sahut gadis kecil itu dengan suaranya yang menggemaskan sambil menunjuk kursi yang ada di dekat pintu. Bermaksud memberitahu bahwa dia membunyikan bel dengan menaikinya.

Taehyung mengangguk paham. Pria berusia 21 tahun itu kemudian tertawa sambil mengacak rambut hitam gadis kecil itu dengan gemas.

"Siapa namamu?"

"Apa kabar. Namaku Jiyoon," ujar gadis kecil itu sambil membungkuk sopan.

Taehyung lagi-lagi tersenyum. "Baiklah, Jiyoon-ssi², lalu di mana orang tuamu?"

Mata Jiyoon membulat. Kemudian gadis kecil itu menggeleng.

"Eh?" Taehyung merengut heran. Pria itu menatap Jiyoon kebingungan. "Kalau begitu kau kemari bersama siapa?"

"Jiyoon kemari bersama Bibi Park."

"Lalu dimana Bibi Park sekarang?"

Lagi-lagi Jiyoon menggeleng.

"Kau tidak tahu?"

Jiyoon mengangguk. "Tidak tahu."

"Hm ... kalau begitu ada perlu apa kau kemari?"

"Jiyoon mencari ayah."

"Ayah?" sahut Taehyung semakin dibuat bingung.

'Kenapa mencari ayahnya kemari? Apa Jiyoon anak salah seorang manajer BTS? Tapi mereka belum menikah. Apa Jiyoon anak Bang PD-nim³?' Taehyung menggeleng tanpa sadar. CEO mereka juga belum menikah. Lagi pula apa keperluan anak dari salah satu karyawan Big Hit ke asrama BTS?

"Siapa nama ayahmu, Jiyoon-ssi?"

"Taehyung-ah, kenapa lama sekali? Siapa yang berkunjung? Oh! Halo, Nona Kecil!"

Belum sempat Jiyoon menjawab pertanyaan Taehyung, Seokjin datang dan langsung menyapa gadis kecil itu dengan nada ceria.

"Apa kabar," sahut Jiyoon sopan diiringi tubuhny yang membungkuk ke arah Seokjin.

"Ya, ampun. Cantiknya!" Seokjin berseru sambil berjongkok dan mencubit pelan pipi Jiyoon. "Siapa namamu, Cantik?"

"Namaku Jiyoon."

Seokjin tersenyum menanggapinya.

"Hey, Kim Taehyung-ssi, kenapa kau tidak mengajaknya masuk? Kau tidak boleh begitu pada penggemar." Dia kemudian menepuk pundak Taehyung yang masih berjongkok di sampingnya. Memang tidak heran kalau ada penggemar anak kecil seusia Jiyoon. BTS memang banyak disukai oleh semua kalangan. Seokjin kembali beralih menatap Jiyoon. "Nah ... Jiyoonie⁴, ayo masuk."

Taehyung masih mengerjap bingung ketika Seokjin menggenggam tangan mungil Jiyoon dan menggandengnya masuk ke dalam asrama mereka. Jiyoon belum menjawab pertanyaannya. Siapa ayah gadis kecil itu?

"Jiyoonie, apa kau sudah makan?" Seokjin bertanya setelah mendudukkan Jiyoon di kursi makan.

Jiyoon menggeleng sebagai jawaban.

"Kalau begitu makanlah. Hari ini Oppa⁵ memasak banyak sarapan."

"Baik."

Seokjin kemudian mengambilkan semangkuk nasi dan juga sendok untuk Jiyoon. Gadis kecil itu kemudian memakan sarapannya.

"Bagaimana? Enak tidak?"

"Iya. Ini sangat enak!" Jiyoon berujar dengan matanya yang ikut tersenyum. Gadis kecil itu sangat cantik. Seokjin bahkan sampai terpesona dibuatnya.

Pria berbahu lebar itu tersenyum dengan bangga. Layaknya seorang ibu yang senang ketika melihat anaknya makan dengan lahap.

Tak lama, Namjoon yang mempunyai nama panggung Rap Monster muncul ke dapur untuk mengambil air. Setelah meminum airnya pria itu menoleh dan baru menyadari keberadaan seorang gadis kecil yang tampak asing sedang makan bersama Jin.

"Hyung⁶, siapa dia?"

"Namanya Jiyoon."

Namjoon menghela napas. "Maksudku, siapa? Bagaimana dia ada di sini?"

"Hm ... Jiyoon seorang penggemar. Aku yang mengajaknya masuk."

"Penggemar?" sahut Namjoon heran. Pria itu menatap Jiyoon dengan pandangan menelisik.

Jiyoon yang merasa diperhatikan segera tersenyum dan menyapa, "Apa kabar. Namaku Jiyoon."

"Iya, halo, Jiyoon-ssi," sahut Namjoon balas tersenyum ramah. Pria itu mengambil duduk di hadapan Jiyoon sambil mencomot paha ayam goreng yang ada di piring. "Jiyoon-ssi, jadi kau seorang penggemar?"

Jiyoon menatap Namjoon heran. Matanya membulat penuh tanya. "Penggemar itu apa?"

"Eh!" Itu seruan Seokjin. Pria itu menatap Jiyoon sambil mengedip-ngedipkan matanya berkali-kali. "Jadi kau bukan penggemar?"

Jiyoon menggeleng sambil menatap Seokjin heran. Itu gelengan ketidaktahuan. Dia tidak mengerti arti penggemar sebenarnya yang dimaksud oleh pria berbahu lebar di sampingnya.

"Hey, Taehyung-ah! Cepat kemari!"

Taehyung yang baru saja hendak terlelap kembali di sofa langsung mendengus kesal, tapi dia tetap berjalan menghampiri Seokjin menuju dapur.

"Apa? Apa? Apa?"

"Hey, Jiyoon ternyata bukan penggemar," sahut Seokjin polos.

"Memang bukan. Lagi pula Hyung yang langsung menyimpulkannya sendiri."

"Aish." Seokjin mendengus. "Kenapa tidak mengatakannya dari tadi, sih!"

"Hey, sudah, sudah. Hentikan," ujar Namjoon berusaha melerai keributan di antara Seokjin dan Taehyung. Suara mereka benar-benar nyaring hingga menggema di seluruh penjuru ruangan. Anggota BTS yang lain masih tidur dan Namjoon tidak ingin tidur mereka terganggu. Tapi sayangnya, pintu-pintu kamar tidur anggota BTS lainnya terbuka dan menampakkan wajah mengantuk mereka masing-masing. Belum lagi Yoongi yang memasuki dapur sambil memasang raut wajah yang terlihat kesalnya.

"Ada apa ini? Kenapa kalian sangat berisik?" keluh Yoongi sambil mengacak rambutnya malas. Pria itu mengisi gelas dengan air kemudian meminumnya.

"Maaf, maaf," sahut Seokjin merasa tidak enak.

"Ah, aku masih mengantuk. Semalam aku baru tidur jam 2 pagi setelah bermain gim." Itu suara anggota termuda BTS, Jeon Jungkook. Pria itu mengeluh tapi tetap mengambil piring untuk makan bahkan tanpa menggosok gigi.

Sementara itu, Jiyoon menatap bergantian ketujuh laki-laki dewasa yang ada di hadapannya dengan heran. Gadis kecil itu mengerjap bingung memperhatikan penampilan berantakan mereka. Ada pria dengan senyum berbentuk kotak yang membukakan pintu untuknya, kakak baik hati berbahu lebar yang memberinya sarapan, lalu pria dengan wajahnya yang panjang, kemudian pria bermata besar dan giginya yang seperti kelinci, lalu pria bersuara serak yang merupakan pria ketiga yang ditemuinya di rumah ini, dan pria beralis tegas dengan hidung yang paling berbeda di antara yang lain. Ah, jangan melupakan pria berkulit putih dengan wajahnya yang terlihat malas serta mata sipit yang sedang menatap gadis kecil itu dengan kening berkerut. Jiyoon sedikit takut ditatap seperti itu.

"Siapa anak ini?"

Mendengar suara berat Yoongi, atau sering juga dipanggil Suga membuat semua orang mengalihkan atensinya ke arah gadis kecil yang duduk manis di sebelah Seokjin.

"Eh, kenapa ada anak kecil di sini?" Hoseok pun bertanya heran.

"Apa dia saudaramu, Hyung?" tanya Jimin pada Seokjin.

Taehyung buru-buru menjelaskan. "Tadi pagi ada yang membunyikan bel. Aku yang membuka pintu dan menemukannya di depan. Tapi Jin Hyung mengiranya sebagai seorang penggemar dan langsung membawanya masuk untuk sarapan."

"Apa?" Hoseok, Jimin, dan Jungkook terkejut. Sementara Yoongi hanya menggeleng sambil menghela napas mendengar cerita Taehyung. Tidak heran lagi dengan keanehan kakak tertuanya.

"Kalau begitu di mana orang tuamu, Anak Kecil? Dan bagaimana kau bisa kemari?" Yoongi bertanya santai sambil menatap Jiyoon tanpa ekspresi.

Jiyoon menggeleng. Jawaban yang sama yang diberikannya pada Taehyung.

"Aku sudah bertanya padanya. Dia tidak tahu di mana orang tuanya dan dia bilang dia kemari bersama Bibi Park. Tapi aku bahkan tidak tahu dia siapa."

Semua orang mendengarkan penjelasan Taehyung dengan kedua alis menukik tajam.

"Kalau begitu ada apa kau kemari, Gadis Kecil?" Hoseok bertanya dengan wajahnya yang ramah. Bibirnya tersenyum manis hingga berbentuk seperti hati. Membuat Jiyoon merasa sedikit tenang.

"Jiyoon mencari ayah."

Para anggota BTS dibuat semakin keheranan mendengar jawaban Jiyoon, kecuali Taehyung yang sudah mendengar itu sebelumnya.

"Siapa nama ayahmu?" tanya Hoseok lagi.

"Nama ayah Jiyoon adalah Min Yoongi."

Sejenak suasana berubah begitu hening. Ketujuh pria itu seolah membatu dengan ekspresi keterkejutan yang berbeda terpampang di wajah masing-masing. Jungkook yang hendak menyuapkan nasi bahkan sampai menjatuhkannya lagi pada mangkuk.

"Apa katamu?" Yoongi yang merasa namanya disebut langsunh menatap Jiyoon tajam. Gadis kecil itu sudah merengut ketakutan hingga merapat pada lengan Seokjin.

Beberapa detik kemudian Yoongi tertawa dengan wajahnya yang begitu manis. Melihat orang bersangkutan tertawa, otomatis membuat anggota lainnya jadi ikut tertawa canggung.

"Apa ini semacam reality show atau bagaimana?"

Pria itu kemudian mengedarkan pandangannya mencoba mencari kamera tersembunyi di setiap sudut rumah. Sementara anggota lainnya ikut mencari kamera yang mungkin berada di ruang makan mereka saat ini.

"Dimana kameranya?" Yoongi bertanya pada anggota lainnya dengan heran yang dibalas juga oleh tatapan kebingungan mereka. Melihat reaksi itu membuatnya kesal dan mendengus kemudian menatap malas ke arah Jiyoon. "Siapa yang menyuruhmu? Apa seseorang membayarmu untuk datang kemari?"

Pertanyaan itu membuat Jiyoon kebingungan. Ada beberapa kata yang tidak dia pamahi maksudnya dengan baik. Jadi gadis kecil itu hanya diam sambil merengut di bawah tatapan tajam Yoongi.

"Jiyoonie, katakan pada kami apa ada yang menyuruhmu? Bagaimana kau bisa sampai di sini?" Merasa kasihan, akhirnya Seokjin bertanya dengan nada lembut pada Jiyoon.

Jiyoon beralih menatap Seokjin dengan mata bulatnya. Suatu keistimewaan gadis kecil itu tidak menangis. "Jiyoon diantar Bibi Park. Bibi Park menyuruh Jiyoon terus membunyikan bel sampai pintunya terbuka. Bibi Park juga mengatakan pada Jiyoon kalau Jiyoon bisa bertemu ayah di sini. Bibi Park bilang nama ayah Jiyoon adalah Min Yoongi."

Semua orang dibuat kembali membeku mendengar penjelasan Jiyoon. Sementara Yoongi menghela napas berusaha mengatur napasnya. Lalu ketika semua orang masih dalam kebingungan masing-masing, pria itu mengangkat Jiyoon dari kursi dan menggendongnya dengan kedua tangan.

"Hey, kau mau membawanya kemana?"

Yoongi berjalan sambil menggendong Jiyoon menuju pintu keluar tanpa menghiraukan teriakan Seokjin. Pria itu membuka pintu asrama dan menurunkan Jiyoon di depan pintu. Dia kemudian berkacak pinggang dan membungkuk menyamakan tingginya dengan gadis kecil itu.

"Dengar. Aku tidak tahu dimana kau belajar untuk menjadi penipu seperti ini. Tapi kali ini aku memaafkanmu. Jadi sekarang pergilah dan cari Bibi Park-mu itu. Kau mengerti?"

Tanpa mendengar jawaban gadis kecil itu, Yoongi menutup pintu dengan kasar. Mengabaikan tatapan sedih dari mata Jiyoon yang dilihatnya sebelum menutup pintu.

"Kau mengusirnya?" Pertanyaan itu dilontarkan Seokjin ragu-ragu. Sekaligus mengutaran pikiran yang ada di benak kelima anggota BTS lainnya.

Yoongi menghela napas malas kemudian berjalan menaiki tangga menuju kamarnya tanpa menghiraukan pertanyaan Seokjin sekali lagi. Niatnya untuk menikmati liburan dengan tidur harus terganggu oleh kedatangan seorang gadis kecil penipu. Benar-benar keterlaluan.

Baru saja hendak memejamkan mata, sebuah bayangan akan ingatan sebelumnya melintas di pikirannya. Tatapan mata gadis kecil itu kembali terbayang di benak Yoongi. Sebuah tatapan kesedihan dari mata bulat dengan iris kecoklatan. Mengingatkannya pada seseorang.

'Sial! Tidak mungkin.'

[]

Catatan:

¹ Akhiran pada nama seseorang yang diakhiri huruf konsonan (informal).

² Akhiran pada nama seseorang (formal).

³ Akhiran pada nama seseorang yang dihormati dan dikagumi.

⁴ Akhiran pada nama seseorang sebagai bentuk keakraban dan kasih sayang.

⁵ Panggilan akrab yang diucapkan perempuan kepada laki-laki yang lebih tua.

⁶ Panggilan akrab yang diucapkan laki-laki kepada laki-laki yang lebih tua.