Menjelang sore hari ketika langit mulai menggelap, para anggota BTS memulai aktivitas yang lebih produktif. Hoseok terlihat sibuk dengan earphone dan buku musik untuk mempersiapkan mixtape-nya, Jungkook dan Taehyung yang sedang bermain gim online di ponsel masing-masing, Jimin yang baru selesai berolahraga, Namjoon yang baru saja keluar dari kamar dengan mengenakan pakaian rapih dan juga topi, lalu Seokjin yang sedang menyiapkan makan malam, serta jangan lupakan Yoongi yang sudah terlelap lagi dengan tangan bersedekap di samping Taehyung.
"Kau mau kemana, Hyung?" tanya Jimin saat melihat Namjoon yang menggunakan topinya setelah mengusap keringat di dahi. Sementara yang lain terlihat tidak peduli dan sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
Ngomong-ngomong, mereka tidak pergi kemana pun seharian ini dan berdiam diri di asrama. Yah, ini adalah hari libur pertama mereka, jadi sepertinya mereka memilih untuk menikmatinya dengan bermalas-malasan.
"Aku mau keluar sebentar."
Setelah Jimin mengangguk, Namjoon segera berpamitan dan berjalan menuju pintu keluar. Ketika membuka pintu dia disuguhkan langit yang sudah berubah gelap. Namjoon hanya ingin membeli camilan, jadi dia harus cepat sebelum Seokjin selesai memasak makan malam. Bisa-bisa dia tidak kebagian makan malam. Namun, baru selangkah Namjoon keluar dari pintu, kehadiran seorang gadis kecil mengagetkannya.
Itu Jiyoon.
"Astaga! Kau mengagetkanku."
Jiyoon hanya diam dan menatap Namjoon dengan tatapan polosnya.
"Kenapa kau masih di sini, Jiyoon-ssi?"
"Jiyoon tidak tahu jalan pulang."
Namjoon menepuk jidatnya. Pria itu terlihat frustasi. Dia kemudian berjongkok dan memperhatikan Jiyoon dari dekat.
Menelisik wajahnya baik-baik. Gadis kecil itu punya mata bulat dan iris coklat, tidak seperti Yoongi. Tapi lebih dari itu, kulit putih, hidung, bibir tipis, dan juga wajahnya terasa familiar.
'Mungkinkah Jiyoon adalah anak Yoongi Hyung?'
'Tapi memangnya Yoongi Hyung bisa melakukan itu ya?' Namjoon menggeleng pelan. Menepis pikiran kotornya.
"Jiyoon-ssi, boleh aku melihat tasmu?"
Jiyoon mengangguk. Kemudian Namjoon membuka tas gadis kecil itu dan menemukan beberapa potong pakaian dan juga sebuah kertas berisi tulisan. Pria itu lalu beralih menatap Jiyoon dengan tatapan prihatin.
"Jiyoonie, ayo ikut aku ke dalam."
Jiyoon menggeleng. Merasa takut dengan pria berkulit putih pucat yang mengusirnya tadi pagi.
"Tidak apa. Kau tidak perlu takut. Ada Oppa bersamamu," ujar Namjoon meyakinkan sambil tersenyum hingga menampakkan lesung pipinya.
Alih-alih mengusir Jiyoon seperti yang dilakukan Yoongi, Namjoon malah menggiring gadis kecil itu masuk kembali ke dalam rumah. Pria itu merasa kasihan pada Jiyoon, apalagi gadis kecil itu berdiam diri di luar rumah di suhu panas seperti ini sejak pagi. Bahkan gadis kecil itu tidak menangis sama sekali.
"Ayo."
Jiyoon mengenggam tangan besar Namjoon untuk masuk ke dalam. Dia berlindung di balik tubuh pria itu hingga tiba di ruang tengah.
"Kenapa Jiyoon ada di sini lagi?"
Suara Hoseok yang terdengar cukup nyaring membuat para anggota lainnya mengalihkan atensi pada Namjoon yang baru saja masuk.
"Dia menunggu diluar sejak pagi ini."
"Apa?!" Seokjin berseru nyaring. Visual BTS itu baru saja keluar dari dapur dengan apron berwarna merah muda dan bergambar Hello Kitty. "Jadi Jiyoon menunggu diluar seharian ini?"
Namjoon mengangguk. Melirik Jiyoon yang bersembunyi di balik tubuhnya.
"Ya, ampun. Kenapa malah menunggu di luar dan bukannya membunyikan bel, Jiyoonie?"
Jiyoon menatap Seokjin yang bertanya dengan tatapan seperti anak kucing. Di wajahnya terlihat jelas ekspresi ketakutan. Kemudian Seokjin melirik Yoongi yang masih tertidur di sofa.
"Bangunkan dia!"
Taehyung yang diperintah Seokjin melirik Yoongi sambil menunjuk dirinya sendiri sambil bergumam, "Aku?"
Seokjin mengangguk.
Taehyung menggeleng.
Melihat gelengan Taehyung semua anggota beralih menatap Seokjin bersamaan. Seolah memerintahnya tanpa kata.
Seokjin berdecak sebal sebelum berjalan menghampiri sofa tempat Yoongi berbaring. Pria itu terlihat mengatur napas kemudian menggoyang tubuh rapper BTS itu dengan pelan. "Hey, Suga-ya⁷, bangunlah."
Tidak ada respon sampai Seokjin menggoyangkan tubuh Yoongi lebih keras.
"Ada apa lagi?" Dengan suara beratnya, Yoongi menggerutu. Pria itu membuka mata dengan berat hati, kemudian menatap Seokjin tidak suka. Matanya tanpa sengaja beralih pada gadis kecil yang sedang meliriknya takut. "Kenapa penipu kecil itu ada di sini lagi?"
"Jadi begini, setelah Suga Hyung mengusirnya tadi pagi, Jiyoon menunggu di luar dan tidak beranjak sedikitpun. Dia bilang tidak tahu jalan pulang."
Mendengar penjelasan Namjoon, Yoongi mengusap wajahnya sambil menghela napas. "Lalu kalian akan memeliharanya? Begitu?"
"Hey, kau tidak boleh berkata seperti itu." Seokjin melirik Jiyoon tidak enak. Meskipun sebenarnya gadis kecil itu tidak mengerti yang dikatakan orang dewasa di hadapannya. "Kurasa Jiyoon hanya ingin bertemu ayahnya."
"Apa maksudmu, Hyung? Apa kalian berpikir aku adalah ayahnya?"
"Mana aku tahu. Kau bahkan tidak pernah mengatakan apapun pada kami, kan?" sahut Seokjin ikut terbawa emosi. Yoongi memang orang yang tertutup. Dia hanya akan menjawab jika ditanya. Dan jujur saja itu membuat Seokjin cukup kewalahan menghadapi sifat adiknya itu. "Cobalah kau ingat lagi. Apa kau punya kekasih tanpa sepengetahuan kami?"
Yoongi menatap Seokjin tak percaya. "Aku tidak punya hubungan dengan wanita manapun. Aku tidak bercerita apapun pada kalian karena memang tidak ada yang perlu kuberitahukan. Percayalah padaku. Dia bukan anakku!"
"Hyung, bukannya kami tidak percaya padamu. Tapi cobalah kau ingat lagi. Mungkin kau pernah melakukan hal itu dengan seorang wanita." Namjoon kemudian memberikan lipatan kertas di tangannya pada Yoongi. "Aku menemukan itu di tas Jiyoon."
Yoongi menatap lipatan kertas itu beberapa saat sebelum menerimanya. Dia kemudian membuka dan membaca tulisan di sana.
'Namanya Min Jiyoon. Dia lahir tanggal 7 Januari 2014. Siapapun yang bersamanya kumohon jaga dia. Dia anak yang baik dan juga pintar. Dan tolong pertemukan Jiyoon dengan ayahnya, Min Yoongi.'
Tulisan singkat itu membuat Yoongi kembali mengusap wajah. Pria itu kemudian meremas kertas tersebut dan melemparnya ke sembarang arah.
"Masa bodoh!"
Dengan perasaan kesal, Yoongi beranjak menuju kamar dan membanting pintunya hingga menimbulkan suara nyaring. Sementara anggota lainnya berebut mencari kertas yang dilempar Yoongi dan membacanya bersama-sama. Seolah baru saja kehilangan nyawa, tatapan kelima anggota BTS terlihat kosong.
Taehyung yang sadar lebih dulu menghampiri Jiyoon dan memandangnya seolah menelisik. "Pantas saja aku merasa tidak asing dengannya. Jiyoon, kau belum tahu namaku, kan? Panggil aku Taehyung Oppa."
"Baik," sahut Jiyoon sambil mengangguk tanpa ekspresi.
"Selama ini aku selalu membayangkan bagaimana anak Suga Hyung nantinya. Jiyoon sangat cantik, mungkin ibunya yang membuat dia seperti ini. Jiyoonie, kau bisa memanggilku Jimin Oppa."
Hoseok mendekat dan menjitak kepala Jimin cukup keras. "Hentikan omong basa-basinya dulu. Kita tidak bisa hanya menerima tulisan di surat itu begitu saja. Kita harus melakukan sesuatu untuk membuktikan kalau Jiyoon memang benar adalah anak Suga Hyung."
"Jadi kau masih meragukan Jiyoon?"
"Aku hanya perlu bukti untuk membuktikan bahwa semua ini memang benar, Hyung. Bisa saja ada yang sengaja menjebak kita dengan ini, kan? Lagi pula sepertinya Suga Hyung terlihat kebingungan."
"Yang dikatakan Hobi Hyung ada benarnya juga. Kita harus melakukan sesuatu untuk membuktikannya." Kali ini Jungkook yang berucap.
"Tes paternitas."
Serempak kelima anggota lainnya menatap Namjoon penasaran.
"Itu adalah tes DNA. Kita harus melakukan itu untuk membuktikannya."
"Bagaimana caranya?" tanya Seokjin mewakili yang lainnya.
"Kita harus mengambil jaringan tubuh Suga Hyung untuk dibandingkan dengan Jiyoon."
"Maksudnya kita akan mengambil darah Suga Hyung?" tanya Jimin.
"Kurasa itu akan sulit." Seokjin meragu mengingat betapa galaknya Yoongi yang melebihi Jjanggu, anjingnya.
Sebagai leader dengan IQ tertinggi, Namjoon menyeringai meremehkan. "Kita tidak harus mengambil darah Suga Hyung. Dari yang kubaca kita bisa melakukan tes DNA menggunakan rambut bahkan sperma seseorang."
"Hm ... sepertinya rambut lebih baik."
Keempat anggota mengangguk menyetujui perkataan Jungkook.
"Kalau begitu kita harus mencabut rambut Suga Hyung hingga ke akarnya."
Mendengar perkataan Namjoon serempak membuat semua anggota merenung. Memikirkan cara terbaik untuk mendapatkan rambut Yoongi tanpa harus membuat pria itu mengumpati mereka. Begitu selama beberapa menit hingga mereka menyerah dan memutuskan untuk memikirkan itu nanti.
"Sudah, sudah. Kita pikirkan caranya nanti saja. Sekarang bagaimana dengan Jiyoon? Dia akan tinggal di sini sekarang. Tidak ada kamar lagi di sini."
"Kamarku sangat sempit dan berantakan," sahut Jungkook cepat setelah mendengar penuturan Seokjin.
"Kalian tahu aku mendengkur sangat keras saat tidur," ujar Namjoon.
"Kamarku sangatー"
"Jiyoon akan bergantian tidur bersama kita setiap harinya. Titik!"
Belum sempat Taehyung memaparkan alasannya, Seokjin sudah memotong. Perkataan pria itu seolah menjadi keputusan final dan mengakhiri diskusi para anggota BTS.
"Malam ini Jiyoon akan tidur dengan Taehyung lebih dulu. Benarkan?"
"Aku?"
Seokjin mengangguk tidak peduli. "Nah, kalau begitu ayo kita makan malam. Jiyoonie ayo kita makan malam bersama."
[]
Catatan:
⁷ Akhiran pada nama seseorang yang diakhiri huruf vokal (informal).