Chereads / Hello, Daddy! / Chapter 3 - malam pertama bersama kakak tampan

Chapter 3 - malam pertama bersama kakak tampan

Pukul sebelas malam, para anggota BTS mulai memasuki kamar masing-masing. Kecuali Yoongi yang memang masih mengurung diri di kamarnya hingga melewatkan makan malam. Sementara Taehyung dan Jiyoon saat ini masih berada di ruang tengah.

"Apa kau sudah mengantuk?"

Jiyoon melirik Taehyung dengan mata yang berkedip-kedip menahan kantuk.

"Iya, Oppa."

"Ya, sudah. Kalau begitu ayo kita tidur sekarang."

Selanjutnya Taehyung menggiring Jiyoon menuju kamarnya. Sebuah kamar dengan nuansa yang memiliki kesan berkelas dengan warna putih gading yang menenangkan.

"Nah, ayo kita lihat ada apa saja di dalam sini," ujar Taehyung sambil mengeluarkan barang-barang yang ada di dalam tas Jiyoon. "Pakaian, bando, sepatu, sabun, pasta gigiーah, ini dia," gumamnya sambil mengeluarkan sikat gigi bercorak stroberi dan memberikannya pada Jiyoon. "Sebelum tidur kau harus menyikat gigimu dulu."

"Baik."

Jiyoon kemudian mengekor di belakang Taehyung menuju kamar mandi dan berdiri di hadapan wastafel yang tingginya bahkan melebihi dirinya. Dia mendongak sambil mengangkat kedua tangannya ke arah Taehyung. "Oppa, tolong angkat Jiyoon."

Taehyung menunduk kemudian dengan senang hati mengangkat Jiyoon dan mendudukkannya di wastafel. Pria itu kemudian mengoleskan pasta gigi milik gadis kecil itu pada sikat gigi. "Ini."

Jiyoon menerima sikat gigi tersebut dan mulai menggosok giginya.

"Jiyoonie, kau harus tumbuh tinggi agar bisa menyikat gigimu sendiri di sini. Melebihi Jimin, kau mengerti?"

Jiyoon yang sibuk dengan kegiatannya menggosok gigi hanya mengangguk saja mengiyakan perkataan usil Taehyung. Sementara pria itu malah terkikik dengan tampal usilnya

Setelah menyikat gigi dan cuci mukaーTaehyung yang melakukannyaー, kini Jiyoon dan Taehyung sedang berbaring di kasur dengan gadis kecil itu yang berbaring di pojok.

"Kenapa? Kau tidak bisa tidur?"

Jiyoon mengerjap sekali kemudian mengangguk. Rasanya aneh tidur di tempat baru dan bersama orang baru tanpa ibu di sisinya. "Jiyoon tidak bisa tidur."

"Hm ... Kenapa?"

"Jiyoon rindu Ibu."

"Kau mau memberi tahu Oppa dimana ibu Jiyoon?"

"Bibi Park bilang Ibu ada di atas sana." Jiyoon berkata sambil mengangkat tangannya pada langit-langit kamar. Hal itu lantas membuat Taehyung mengerutkan kening.

"Apa? Dia di atas atap?"

"Bukan. Tapi Ibu sudah menjadi bintang."

Detik pertama setelah Jiyoon mengatakan itu, Taehyung segera mengerti dengan jelas apa yang dimaksud gadis kecil itu. Matanya berubah sendu kemudian menghela napas berat. Dia bangkit dan duduk bersandar pada kepala ranjang.

"Kau mau kuceritakan dongeng agar bisa tidur?"

"Tentu," sahut Jiyoon dengan anggukan antusias.

Taehyung kemudian mengusap-usap kepala Jiyoon sambil mulai menceritakan sebuah dongeng tentang putri tidur dan tujuh kurcaci hingga gadis kecil itu tertidur. Dia kemudian menghentikan ceritanya ketika melihat Jiyoon yang terlelap. Pria itu kemudian menatap wajah gadis kecil itu dengan seksama.

"Kau ini sebenarnya siapa?" gumamnya sebelum ikut tenggelam ke alam mimpi.

.

.

.

Pagi harinya, masih di hari libur para anggota BTS, Seokjin sudah bangun dan menyiapkan sarapan untuk adik-adiknya dan juga Jiyoon. Pria itu dengan semangat memasak telur gulung dan nasi goreng kimchi. Sementara itu Taehyung yang juga sudah terbangun malah melanjutkan tidurnya di meja makan.

"Jimin-ah, kau jadi pulang ke Busan hari ini?"

"Iya, Hyung."

Seokjin mengangguk paham. Jimin memang pernah mengatakan akan pulang menemui keluarganya selama dua hari selagi ada waktu libur bagi mereka. Pria berusia 25 tahun itu kemudian memindahkan hasil masakannya ke atas beberapa piring yang telah tersedia.

"Tapi ... ini mengangguku sejak semalam. Bagaimana dengan Jiyoon? Bagaimana kalau ternyata dia bukan anak Suga Hyung? Lalu bagaimana kalau agensi sampai tahu tentangnya? Apalagi kalau sampai ARMY mengetahuinya. Suga Hyung juga masih terlihat tidak yakin."

"Aku sendiri juga tidak yakin, Jimin-ah. Sekarang kita biarkan saja dulu seperti ini sampai Yoongi benar-benar yakin tentang Jiyoon. Dia juga belum mengatakan apa-apa pada kita, kan? Dan jangan sampai manajer bahkan agensi tahu tentang masalah ini," ujar Seokjin menjawab kekhawatiran Jimin. "Kau tidak perlu mengkhawatirkan Yoongi dan temuilah keluargamu. Dia sudah dewasa dan dia pasti bisa mengatasi masalahnya sendiri. Toh, kalau pada akhirnya dia merasa kesulitan dia pasti akan segera bercerita pada kita."

Jimin mengangguk diikuti anggota lainnya terkecuali Taehyung yang masih setengah mengantuk.

"Lalu kapan kita akan melakukan tes DNA?"

"Itu kita pikirkan lagi nanti," sahut Seokjin menjawab pertanyaan Hoseok. Pria itu terlihat sudah cukup pusing dengan yang terjadi kemarin. "Hey, V-ssi, kau sudah membangunkan Jiyoon?"

Taehyung menggeliat pelan. "Dia sedang mandi, Hyung."

Tepat setelah Taehyung mengatakan itu, pintu kamarnya bersama Namjoon terbuka dan menampakkan Jiyoon dengan rambut yang masih berantakan diikuti pintu di sebelahnya yang juga terbuka dari dalam. Kamar Taehyung bersebelahan dengan kamar Seokjin dan Yoongi. Dan kebetulan sekali Yoongi membuka pintu kamar disaat Jiyoon juga membukanya.

Kedua manusia berbeda jenis kelamin dan juga usia itu saling menatap satu sama lain. Yoongi menatap Jiyoon dengan datar begitu juga sebaliknya. Namun beberapa detik kemudian Jiyoon menunduk dengan sopan ke arah pria itu.

"Apa kabar. Selamat pagi."

Tanpa memberi tanggapan, Yoongi berjalan menuruni tangga lebih dulu menuju ruang makan. Ketika dia sampai di sana para anggota BTS lainnya sudah berkumpul dan tengah menyantap sarapan mereka.

Keenam pria dewasa yang menyadari kehadiran Yoongi langsung menghentikan obrolan dan menyantap sarapan dengan tenang. Tak lama kemudian, Jiyoon juga datang sehingga suasana semakin bertambah canggung.

"Wah, Jiyoonie sudah mandi. Ayo sarapan bersama Oppadeul⁸."

Itu Seokjin yang berseru canggung. Jiyoon yang tidak mengerti apa-apa berjalan mendekati pria itu dan duduk di sebelahnya.

"Bagaimana tidurmu semalam? Apa Taehyungie nakal padamu?" tanya Seokjin sambil mengusap rambut gadis kecil itu yang masih belum disisiri.

"Taehyung Oppa sangat baik. Taehyung Oppa menceritakan Jiyoon dongeng putri tidur dan tujuh kurcaci."

"Tujuh kurcaci?" tanya Jungkook retoris. Pria itu kemudian mengedarkan pandangannya menatap satu persatu kakaknya.

Namjoon yang menyadari pemikiran Jungkook menahan tawa. Sementara Taehyung nyengir. Pria itu menyisiri rambut panjang Jiyoon menggunakan jarinya kemudian mengikat rambut gadis kecil itu menggunakan karet seadanya karena tempat duduk mereka yang juga bersebelahan.

"Wah, Jiyoonie sangat cantik."

Gadis kecil itu tersenyum menampakkan gigi susunya hingga matanya juga ikut tersenyum.

Mereka kemudian menyantap sarapan dengan suasana hangat.

.

.

.

Sore harinya, Yoongi baru saja tiba di asrama BTS setelah pergi dari studio musiknya, Genius Lab. Saat ini dia sedang sibuk mengerjakan lagu untuk kembalinya BTS di bulan September. Pria itu mengedarkan pandangan menyapu ruangan yang terlihat sepi. Cahaya dari luar mulai berkurang, jadi dia menyalakan lampu dan menemukan Jiyoon yang sedang asyik mewarnai bukunya.

Sepertinya para anggota BTS yang lain belum pulang. Yang dia tahu Jimin pergi bersama manajernya untuk mengunjungi keluarganya di Busan, Hoseok ada di studionya, Hope World, untuk mengerjakan mixtapenya, Namjoon juga tengah berada di MonStudio, studio musiknya, lalu Jungkook dan Seokjin pergi bersama untuk syuting suatu acara televisi kuliner.

Memutuskan untuk tidak peduli, pria itu berjalan menaiki tangga menuju kamarnya untuk tidur. Satu jam kemudian Yoongi terbangun ketika langit sudah menggelap. Asrama masih terasa sunyi dan dia menebak para anggota lainnya masih belum pulang.

Yoongi hendak melanjutkan tidurnya lagi, namun teringat kalau ada makhluk lain yang tinggal di asrama mereka.

'Apa anak itu sudah makan?'

Setelah berpikir selama beberapa menit, akhirnya pria itu bangkit dan berjalan keluar kamar menuju ruang santai. Ada Jiyoon yang masih asyik mewarnai dengan berbagai warna campuran dan keluar dari garis gambar dimana-mana. Dia kemudian menatap berkeliling dan tidak menemukan siapapun selain dirinya dan gadis kecil itu.

"Hey, kau!"

Merasa dipanggil, Jiyoon menoleh dan menemukan Yoongi yang berjarak beberapa meter darinya. Gadis kecil itu menatap penuh tanya kemudian berdiri dan berlari kecil menuju ke arah pria itu. Langkahnya yang pendek terlihat sangat imut.

Melihat Jiyoon yang berada di hadapannya membuat Yoongi memperhatikan gadis kecil itu sesaat. Mata dengan iris kecoklatan. Iris itu sangat mirip dengan seseorang yang dia kenal.

"Siapa namamu?"

"Namaku Jiyoon."

"Kau sudah makan?"

Jiyoon menggeleng dengan wajah polosnya.

Yoongi menghela napas.

"Lanjutkan," ujarnya sambil menunjuk buku mewarnai Jiyoon dengan dagunya. Dia kemudian berjalan menuju dapur dan memasak sup ayam untuk makan malam.

Beberapa saat kemudian Yoongi telah kembali sambil membawa semangkuk sup ayam dan juga nasi. Dia meletakkan makanan tersebut d hadapan Jiyoon setelah berkutat di dapur.

"Makanlah," katanya tanpa minat.

Jiyoon menatap sup ayam di depannya dengan mata berbinar. Sebenarnya dia sangat lapar sejak tadi, tapi karena tidak ada orang lain selain kakak galak di depannya, Jiyoon jadi merasa takut untuk meminta makan.

Gadis kecil itu mendongak menatap Yoongi kemudian tersenyum senang. "Terima kasih."

"Hm." Yoongi menyahut seadanya. Sempat tertegun melihat senyuman polos itu.

Niatnya menyalakan televisi untuk membunuh keheningan, tapi akhirnya Yoongi malah memperhatikan Jiyoon yang sedang menyantap makan malamnya.

"Oppa, bisakah Oppa menggantinya dengan Spongebob?"

"Hah?" sahut Yoongi malu karena terlihat memperhatikan Jiyoon layaknya seorang pedofil. "Ah, iya." Dia kemudian mengganti-ganti siaran televisi dan menemukan makhluk kotak berwarna kuning di salah satu siaran televisi berbayar.

Beberapa detik Yoongi ikut menonton acara tersebut. Tapi kemudian mendengus kesal menyadari kebodohannya. Kenapa juga dia menonton makhluk bodoh berwarna kuning itu? Dan kenapa dia menurut saja diperintah gadis kecil itu!

Yoongi menoleh dan menemukan Jiyoon yang hampir menghabiskan makan malamnya sambil menonton dengan wajah serius. Pria itu diam-diam menahan senyum.

"Hey, kau tahu dimana kau tinggal sebelum kemari?"

Jiyoon memiringkan kepalanya seperti seekor anjing yang kebingungan. Gadis kecil itu menggeleng.

"Apa nama lengkapmu?"

"Min Jiyoon."

"Min?" Pria itu menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya. Pasalnya dia tidak ingat bagaimana dia bisa punya anak. Tidak banyak wanita yang dia kenal. Kecuali mantan kekasihnya yang meninggalkannya beberapa tahun lalu. Kalau benar Jiyoon adalah putrinya, ibu gadis kecil itu mungkin saja dia.

"Kalau begitu siapa ibumu?"

"Nama Ibu adalah Kim Sori."

'Sudah ku duga,' gumam Yoongi dalam hati.

"Lalu dimana dia sekarang?"

Jiyoon lagi-lagi menunjuk langit-langit kamar.

Yoongi menengadah dan tidak menemukan apapun di atas. Keningnya berkerut. "Maksudmu?"

"Bibi Park bilang Ibu sudah menjadi bintang. Jiyoon sudah lama tidak bertemu Ibu, tapi Jiyoon masih bisa melihat Ibu di malam hari."

Kali ini kedua alis Yoongi menukik dengan tajam hingga ujungnya hampir menyatu satu sama lain. "Maksudmu ... Kim Sori sudah meninggal?"

"Meninggal itu apa?"

Yoongi menghembuskan napas kasar. Pria itu kemudian mengusap wajahnya sambil menetralkan napasnya.

"Tidak. Lanjutkan saja makanmu."

Sebenarnya Jiyoon masih penasaran dengan yang dimaksud oleh kakak bermata sipit itu, tapi karena takut dimarahi akhirnya dia menurut dan melanjutkan makan sambil menonton kartun kesukaannya. Sementara Yoongi masih berkutat dengan pikirannya. Mendengar berita mengejutkan seperti ini membuatnya kebingungan.

'Kim Sori sudah meninggal. Bagaimana bisa?'

[]

Catatan:

⁸ Akhiran kata pada benda atau kata yang berbentuk jamak.