Chereads / cinta penawar duka / Chapter 9 - eps 9

Chapter 9 - eps 9

Motor-motor yang mereka sewa keadaannya memang kurang terawat, namun masih cukup lumayan kondisi mesinnya masih bagus dan layak dipakai buktinya sekali stater langsung hidup dan lala buru-buru menaiki motor yang dikendarai armin, lala tidak memberi kesempatan pada sari diam-diam sari kian kesal melihat tingkah laku lala yang centil itu dan ramli mulai merasakan persaingan antara lala dan sari.

"Sar, jangan melamun aja bonceng sama aku"kata tamin.

Sari tanpa gairah membonceng pada tamin, lusy membonceng dengan rudy, lalu mereka memacu motornya meninggalkan tempat itu.

Matahari bersinar menyengat kulit armin bersama kawan-kawannya terus memacu motor sewaannya menuju ketanah lot namun bagi sari sengatan matahari masih belum seberapa dibandingkan sengatan dihatinya, dia merasa tingkah laku lala adalah sengatan yang mematikan lantaran gadis itu dengan sengaja membakar rasa cemburunya, merapatkan tubuhnya kepunggung armin sambil memeluk perut lelaki itu, genit dan manjanya minta ampun.

ketika mereka sampai ditanah lot armin, tamin dan rudy menitipkan kendaraannya ditempat parkir dengan penuh kegembiraan mereka berjalan dipesisir pantai, cuma pada saat itu yang wajah murung hanyalah sari dia berjalan agak jauh tertinggal dibelakang membiarkan kawan-kawannya berjalan berendeng di depan penuh gembira lala lari-lari sambil menarik lengan armin, armin menoleh kebelakang dilihatnya sari berjalan seorang diri dibelakang.

"Sar, ayo sini? Jangan jauh-jauh" panggil armin sari tidak menyahut, dia mala tertunduk memandangi pasir yang diinjaknya, armin menghentikan langkah tapi lala terus menariknya.

"Armin, di sana pemandangan pantainya bagus, ayo kita kesana" ajak lala.

"Kita ajak ,sari"

"Ah, biarkan nanti diakan menyusul, aku ingin berfoto berdua denganmu," desak lala tanpa memberi kesempatan armin untuk menolak bahkan lengan armin ditariknya lelaki itu hanya menurut aja.

Armin dan lala berlari dipinggir pantai telapak sepatu mereka memanjang dipasir, sari berjalan sendiri tanpa gairah cuma dengan diam-diam tamin yang memperhatikan gadis itu timbul rasa jengkelnya terhadap armin.

"Armin" panggil tamin ketika armin hendak menyebrang ketanah lot, armin berhenti dia menoleh kearah tamin.

"Ada apa?"

"Sini!"

Armin melepaskan pegangan tangan lala, lalu dia menghampiri tamin ditinggalkannya lala yang berdiri tak sabar mengawasi.

"Armin, kau ini bagaimana?" damprat tamin.

"Bagaimana apanya?" armin termangu.

"Siapa yang pertama mengajakmu kemari?!" tamin melotot matanya.

"Hee, kenapa kau jadi marah sama aku?"

"Oooo itu. begitu saja kau marah baik akan kudekati dia," ujar armin seraya berlari mendekati sari.

"Kenapa kau tidak mau bersama-sama dengan kami, sari?" tegur armin.

"Biarkan aku sendiri min"  sari menuahut tanpa gairah.

Armin tersenyum lalu merangkul bahu sari, dibimbingnya perempuan itu berjalan menyusuri pantai.

"Kamu kelihatannya kurang gembira, ada apa sari?"

"Ahh, aku tidak apa-apa! biasa-biasa saja"

" tapi kalau kuperhatikan sikapmu tidak seperti biasanya pasti ada sesuatu yang kurang menyenangkan dihatimu sebaiknya bicara terus terang".

"Tidak ada apa-apa, cuma aku lagi tidak enak badan aja armin."

"Oooo, kenapa kamu tadi ikut?"

Sari tidak menyahut langkah mereka sudah mendekati lala yang sejak tadi memandangi permukaan laut, rudy dan lusy sudah naik ketanah lot.

"Heiii, ayo cepat naik!"teriak rudy sambil melambaikan tangan kepada armin dan kawan-kawannya.

Armin meraih tangan lala, lalu mereka menyeberangi pesisir tanah lot, armin menghandeng kedua lengan gadis itu sambil tertawa riang, armin tidak tahu kalau dibelahan perasaan kedua gadis itu sedang terjadi perang dingin, saling bergejolak perasaan cemburu bersaing.

"Tamin, tamin, tolong foto aku berdua dan armin" teriak lala sambil memberikan tustelnya kepada tamin. tamin menerimanya dengan bermalas-malasan.

Kemudian dengan riangnya lala berpose dengan armin, lala begitu agresif membuat jantung sari berdesir-desir perih rasanya dan sari tahu kalau tingkah laku lala hanya membakar rasa cembururnya. lalu dia lebih dulu naik ketanah lot karena tak tahan merasakan keperihan hatinya.

Setelah berkali-kali difoto tamin, lala mengandeng tangan armin, mereka berjalan naik ketanah lot.

"Armin bimbing aku, rengek lala manja," aku takut jatuh.

Armin segera membimbing hadis itu, sedang tamin merasa begitu sebel melihat tingkah laku lala yang kolokan itu sesampainya diatas tanah lot mereka melihat-lihat bangunan gubuk dan pura memandang permukaan laut biru dan merasakan tiupan angin laut yang kencang yang mengurai rambut lala.

Ombak yang menghempas keras ke tebing tanah lot seperti hamparan keras rasa cemburu yang tak kuasa ditahannya lagi itulah yang dirasakan sari maka dia memutuskan untuk pulang sendiri, kabur tanpa setahu kawan-kawannya, dari pada dia merasa terus-menerus disakiti lala,dan sari nampak berlari dari pesisir pantai jauh meninggalkan tanah lot.

Sementara itu armin yang merangkul bahu lala muncul dari balik pura, terus menghampiti tamin, rudy dan lusy sedang berdiri dipinggir tanah lot pandangan armin mencari-cari sari.

"Sari tak kelihatan, kemana tam?" tanya armin.

"Lho,bukan sama kamu?"

"Tidak" armin menggeleng.

"Iya, tadi aku tidak melihat sari" guman rudy.

"Ayo kita cari dia ". ajak armin yang mulai resah, mereka bergegas menyebar mencari sari diseputar tanah lot namun tak satu pun yang menemukan keberadaan sari disana.

"Aneh, sari tidak kita temukan kemana ya" kata armin bingung.

"Jangan-jangan dia dibawa kabur orang" tamin menduga-duga.

"Atau mungkin dia pulang tanpa membeti tahu kita?" ujar rudy.

"Ahh, tak mungkin pasti ada yang membawanya pergi", kata lusi begitu yakin.

"Kalau begitu kita kejar dia waktunya masih belum lama ayo, ayo!" ajak armin yang semakin dilanda kecemasa, mereka buru-buru menurunin tanah lot.

Dipesisir pantai mereka terus berlari menuju tempat parkir, lalu mengambil motor sewaannya. sementara itu orang yang dicari-cari sedang terburu-buru dipinggir jalan, lalu Menyetop mobil sedan yang meluncur, dan mobil sedan itu berhenti pengemudinya seorang laki-laki muda berwajah ganteng, laki-laki itu membuka kaca jendela mobilnya.

"Apa yang bisa saya bantu nona?" tanya laki-laki itu.

"Boleh saya menumpang sampai denpasar?" laki-laki itu tersenyum dibukanya pintu mobil.

"Silakan"

Sari buru-buru naik kedalam mobil, laki-laki itu meluncurkan mobilnya lagi.

"Kenalkan namaku aryan, boleh saya tahu namamu?" tanya lelaki itu pada sari.

"Sari"

"Nampaknya anda tegesa-gesa, ada sesuatu?"

"Aahh, tidak"

"Di bali tinggal dirumah famili?" sari menggeleng.

"Lalu tinggal di mana?"

"Aku sedang camping bersama teman-teman sekolah" aryan manggut-manggut.

"Dimana campingnya?"

"Di selatan manguwi".

Suara knalpot motor yang meraung-raung sampai ketelinga sari membuat sari menoleh kebelakang, ternyata armin bersama kawan-kawannya sudah berada dibelakang sari jadi gelisah.

"Ng.....bung, apakah anda bisa melarikan mobil ini lebih cepat?" Ujar sari gemetaran melihat lelaki itu.

Aryan menoleh dipandangnya sari sambil tersenyum.

"Tentu bisa, barang kali anda seorang gadis kurang penyabar".

"Tapi" sari menoleh kebelakang dia makin gelisah dan kegelisaan itu diketahui aryan.

"Apakah mereka mengganggumu.?"

Sari menggeleng, tapi aryan tahu dari sorot mata sari yang nampak takut dan gelisa dan ketika armin menyelip mobil yang dikemudikan aryan, dia melihat sari ada di dalam mobil itu armin menyuruh aryan untuk menghentikan mobilnya tapi aryan malah menambah kecepatan mobil yang dikendarainya.

"Berhentiiiii" teriak atmin.

"Terus saja, aryan" pinta sari mobil sedan itu jadi ngebut armin, tamin dan rudy berusaha menyusul mobil aryan maka terjadilah kejar-mengejar dijalanan itu, suara denyit ban mobil aryan mengundang perhatian orang disamping itu suara raung knalpot motor armin  dan kawan-kawannya membisingkan telinga orang-orang yang sedang berada dijalan.