"Maaf, saya gak bisa. Permisi."
"Dokter plis, sekaliii saja. Malam ini saya banyak kerjaan jadi lembur. Teman-teman sudah pada pulang semua."
"Bisa pesan ojek online kan? Maaf, saya terburu-buru." Perempuan menyusahkan versi Arya itu sempat memegang lengan kirinya tapi Arya spontan menghempaskan. Cukuplah predikat dokter dingin di mata semua orang yang kenal. Tanpa perlu ditambah lagi dengan tambahan dokter kasar, huhhhh.
Arya terburu-buru menuju mobil yang terparkir di basemen. Sementara itu, perempuan bernama Irma menyeringai sinis menatap mangsanya malam ini yang gagal ia jebak.
Bunyi cicit ban tanda sang pemilik mobil membawanya dengan kecepatan ekstra, untung saja basemen sudah sepi penghuni. Tinggal 1-2 mobil terparkir di parkiran khusus karyawan.
Entah apa modus perempuan itu ingin menumpang, batin Arya. Cukuplah kejadian salah seorang koleganya yang membonceng salah seorang teman wanitanya pulang. Tapi, sialnya istri dari temannya itu menemukan bekas pengaman pria di jok belakang mobil sang kolega hingga memicu pertengkaran hebat sepasang suami istri. Untung saja kejadian itu segera terselesaikan karena teman wanita yang membonceng mengakui perbuatannya. Entah apa yang terjadi setelahnya.
"Hai sayang, kamu lagi apa?" Terjebak lampu merah di perempatan di manfaatkan Arya untuk video call perempuan berambut panjang. Wajah-wajah lelah keduanya terlihat jelas.
"Apa sih kamu Ar sayang-sayang segala." Semburat merah di wajah tidak bisa disembunyikan Dinda meski wajahnya menghadap laptop. Sepulang dari pabrik, Dinda lanjut mengerjakan laporan yang akan ia email ke head office di London.
"Kamu masih dijalan? Baru pulang kerja?" Dinda memperhatikan Arya yang masih di belakang kemudi stir.
"Iya, kebetulan ada pasien masuk IGD mendadak mau lahiran."
"Oohh..... Kamu hebat ya Ar!" Dua jempol Dinda diarahkan ke layar HP. "Profesi yang dulu aku cita-citakan kini aku bisa dengarkan langsung darimu." Senyuman Dinda mampu mengobati rasa lelah Arya yang berjuang mempertaruhkan nyawa ibu dan anak beberapa jam yang lalu.
"Aku lanjut nyetirnya yaa. Nanti aku telpon lagi, kalau kamu belum tidur. Hehehe" Arya memajukan perlahan mobilnya karena lampu sudah berpindah ke warna hijau.
"Iya, hati-hati yaa. Bye."
"Bye honey." Arya mengedipkan sebelah matanya ke perempuan tersayangnya sebelum mengakhiri video call.
Dinda tersenyum melihat tingkah teman semasa SMA yang kini menjadi pacarnya. Arya paling bisa membuat hatinya berbunga-bunga dengan segala tingkah dan ucapannya. Padahal, Tasya bilang kalau Arya itu dokter super dingin dan cuek terhadap siapapun. Bicara hanya seperlunya saja. Kalau yang gak kenal pasti mengira Arya cowok sombong nan angkuh.
"SEMANGAT!!!" Dinda mengepalkan kedua tangannya tanda malam akan menjadi siang untuk dirinya saat ini.
-----
Dua hari yang melelahkan akhirnya Dinda bisa menikmati kasur empuknya lagi. Setelah tugas dinas luar selesai, Dinda bisa langsung pulang kerumah tanpa harus kembali ke kantor meskipun matahari masih tinggi.
"Arya, aku sudah sampai rumah. Aku gak kembali ke kantor hari ini. Jadi, kamu ga usah jemput aku ya. Cepat pulang saja, istirahat." Dinda mengakhiri pesan yang ia kirimkan dengan icon senyum dilayar hp.
Lima menit, sepuluh menit, hingga Dinda terlelap tidur barulah balasan pesan dari Arya tiba.
"Maaf aku telat balas. Tadi lagi banyak pasien. Ya sudah istirahat saja ya hun. Miss you." Icon cium jauh melengkapi pesan yang dikirimkan Arya.
Baru saja Arya meletakkan hpnya, tiba-tiba pesan lain masuk.
"Aku tunggu diluar ya..."
**********
1. Tinggalkan jejak komen kalian untuk cerita lebih baik (◍•ᴗ•◍)
2. Penulis usahakan UP setiap hari minimal 1 bab \(^o^)/
3. Power Stone kalian membuat penulis lebih semangat lagi berkarya (◍•ᴗ•◍)❤
4. Berikan aku GIFT jangan lupa yaa (๑˙❥˙๑)
IG: @anee_tavel