Pulang dari taman, Stella langsung masuk kamar. Ia berdiri di balkon kamarnya, kedua tangannya terkepal. Matanya berkaca-kaca, dan dada-nya kembali sesak jika mengingatnya. Dulu, Ia seperti pengemis, tapi tidak ada yang peduli sama dirinya. Rey masih bingung dengan perubahan sikap istrinya. Rey menyerahkan putranya sama Lia, lalu Rey menyusul Stella masuk ke kamar. Sampai di kamar Rey mencari keberadaan Stella.
Rey menghampiri Stella yang berdiri di balkon, "sayang!!!" Panggilnya sembari memeluk dari belakang dan mencium pipinya. "Kamu kenapa!?"
Stella masih tetap diam, lalu Rey memutar tubuh Stella. Rey tertegun dan bingung melihat Stella yang sudah terisak. Rey menghapus air mata Stella dan mendongakkan dagunya. Saat Stella mendongak air matanya semakin deras. Rey langsung memeluknya, Stella langsung menumpahkan tangisannya di pelukan suaminya. Melihat istrinya terisak seperti itu, Rey mempererat pelukannya.
Rey penasaran, sebenernya siapa orang yang di lihatnya tadi? Kenapa istrinya tiba-tiba terisak seperti ini?!
Rey menggendong istrinya ala bridal style untuk di bawanya keranjang. Rey duduk di pinggir ranjang sembari memangku Stella. Setelah Stella sudah agak tenang, Rey mulai bertanya. Stella menceritakan-nya, bahwa orang yang di lihatnya tadi adalah Pamannya. Paman suami Bibinya, Kakak dari mendiang Ibunya Stella.
Dulu, saat mendiang Ibunya mau di operasi, sangat membutuhkan Dana yang begitu besar. Stella mencoba datang kerumah Bibinya yang bernama Nurti. Ia ingin meminjam uang untuk operasi mendiang Ibunya. Baru sampai pintu, bahkan belum di persilahkan untuk masuk. Bibinya sudah menolaknya. Bibinya bilang, "pamanmu bukan orang kaya, dan pamanmu bukan pabrik uang!"
Stella sudah memohon seperti orang pengemis, tetapi Bibi dan Pamannya mengabaikan-nya. Boro-boro memberi pinjaman uang, berinisiatif menjenguk ke Rumah Sakit saja tidak. Stella ke rumah Bibi dari mendiang Ayahnya. Sampai di rumah Bibinya pun hasilnya sama. Bibinya tidak mau membantu. Tidak mau memberi pinjaman uang untuk oprasi mendiang Ibunya. Stella sudah ke sana ke mari seperti orang pengemis. Tidak ada orang yang mau memberi pinjaman uang. Alangkah susahnya cari pinjaman uang. Ia ingin pinjam ke Bank tapi takut, tidak memiliki jaminan.
Padahal Mendiang Ibunya dulu sangat kritis harus segera di operasi. Tapi rumah sakit mengatakan harus membayar administrasi dulu. Baru berani melakukan operasi. Karena telambat operasinya, akhirnya mendiang Ibunya Stella tidak tertolong lagi. Tuhan lah yang telah menolongnya, Tuhan lah yang lebih sayang sama mendiang Ibunya.
Rey menahan amarah, setelah mendengar cerita Stella. Kedua tangannya terkepal ingin menonjok seseorang. Kenapa Tuhan tidak mempertemukan-nya dengan Stella dari dulu? Andai dulu bertemu dengan Stella mungkin mendiang Ibunya Stella bisa tertolong! Ini sudah takdir, Tuhan sudah mengaturnya. Mulai sekarang Rey akan menjaga istrinya dan putranya. Tidak akan membiarkan orang yang berani menyakiti istri dan putranya.
"Sudah jangan menangis lagi ya, itu sudah lewat lupain saja. Anggap saja tidak memiliki keluarga seperti mereka. Jika di ingat terus nanti kamu sedih lagi. Aku tidak mau melihat air matamu demi orang bangsat itu. Air matamu hanya untuk ku dan Reyent. jangan nangis lagi, hem!" Ucap Rey, sembari menghapus air mata Stella.
Stella memeluk Rey begitu erat, menumpahkan semua tangisannya. Ia sangat merindukan kedua Mendiang orang tuanya. Rey mencium puncak kepalanya, mengelus punggungnya untuk menenangkan istrinya. Lia mengetuk pintu kamarnya ingin mengambil pampers. Karena pampersnya ada di dalam kamar Stella dan Rey.
Rey membaringkan Stella, "Sayang tiduran sini dulu ya, aku mau bukain pintu!" Ucap Rey, lalu Rey membuka pintu. "Ada apa Lia?"
"Maaf Mas Rey, mau ambil pampers buat gantiin Reyent, karena pampers-nya sudah penuh."
"Langsung mandiin aja, Reyent belum mandi tadi! Reyent sudah makan kan?"
"Sudah Mas, tadi sudah saya suapin."
"Ya sudah ini sudah malam juga, Reyent mandiin lagi!" Titah Rey, Reyent jika sore memang dua kali mandi. Sore setengah empat atau jam lima mandi. Jika malam jam setengah delapan mandi lagi.
Lia mengangguk, dan menghampiri Reyent yang sedang bermain sama Fara. Lia memandikan Reyent, sembari bermain. Reyent berceloteh memainkan bebeknya yang bisa bunyi.
Reyent menangis saat Lia membopongnya. Reyent masih ingin berendam lama dan bermain. Tapi sudah cukup lama berendamnya, nanti bisa kedinginan. Rey masuk, merayu putranya dan di bopongnya.
"Mandinnya tidak boleh lama-lama, nanti super heronya Pipi ke dinginan dan hacing-hacing bagai mana!"
"Cing cing!" Ucap Reyent, "Mi-mi-mi!"
"Mimi Bobo, Mimi nggak enak badan!" Reyent ganti baju sama Mba Lia ok!"
"Yaa yaa yaa!"
Cepat-cepat Lia menabur minyak telon sama bedak. Tidak lupa mengulesi baby lotion juga. Lalu Lia memakaikan baju tidur lengan panjang dan celana panjang. Rey keluar mencari Pio, ingin menyuruh Pio mengecek CCTV di taman. Rey sangat penasaran sama Pamannya Stella. Rey ingin memberi sedikit pelajaran sama Pamannya.
Pio mengirim gambar rekaman CCTV. lelaki paruh baya yang berjualan balon. Dia sudah mendapat kan karma, dulu saat kaya sangat sombong ini lah balasannya. Gumam Rey.
Kemudian Rey menghubungi Wia sepupunya. Rey meminta untuk membuka lowongan buat perempuan dan pria. Lowongan menjadi cleaner, padahal sudah banyak pekerja yang menjadi tukang cleaner. Rey hanya ingin memberi sedikit pelajaran buat Dadi bibinya Stella. Mulai besok Pio akan memasang kertas lowongan di taman. Tempat yang biasa Paman Stella mangkal buat jualan balon.
Stella membuka kedua matanya, ia tidak tau jika hari sudah malam. Rey duduk di ranjang sembari melihat acara TV, sembari lihatin putra-nya yang mainin Robotnya.

Stella mengerjabkan kedua matanya, "ya ampun Rey kenapa kamu tidak bangunin aku! Reyent siapa yang mandiin? Yang nyuapin juga siapa!? Ihh kamu nyebelin, Reyent sini nak kamu ngapain!?"
"Bisa tidak ngomongnya satu-satu! Nanti itu bibir ku gigit tidak bisa ngomong lagi kamu!" Ujar Rey sembari menarik Stella ke pelukannya dan mengecup bibirnya. Kini mereka melihat acara TV.

"Tadi yang mandiin dan nyuapin Reyent Mba Lia ya!" Tanya Stella pada putranya.
"Yaa yaa!" Sahut Reyent, menunjuk ke pintu.
"Kamu sudah makan Rey? Terus kamu tidak ke club?"
"Aku ingin memakan mu saja, sebagai dinner." Bisik Rey di telinga Stella.
"Huhh, nyesel ku bertanya, orang mesum di tanya jawabannya ngelantur." Dumel Stella. Rey terkekeh sembari menarik pinggang Stella. Stella memangku Reyent yang masih memainkan robotnya.
"Reyent duduk sini dulu sama Pipi ya! Mimi mau mandi dulu!"
Rey meraih Reyent dari pangkuan Stella, Rey memeluk putra-nya, di ciumnya, di gelitikin. Reyent cekikikan. Rey memberi mainan ponsel. Reyent pun memainkan-nya, ponselnya di tempelkan di telinganya. Seolah dia melakukan panggilan. "Ho ho ho!" Ucapnya.
"Reyent nelpon siapa, hem!? Reyent nelpon Bang Twin ya! Bang Twin panggil suruh main kesini!"
"Ho Wang Wang!"
"Hallo Bang Twin main dong kerumah Reyent!" Ucap Rey menirukan suara Reyent. Rey masih terus bermain sama putranya. Mengajak putranya berbincang. Pintu kamar mandi terbuka, Stella keluar dengan mengenakan wardrobe. Rambutnya di ikat cepol keatas, ia mencucinya jika di pagi hari saja. Jika malam hari ia jarang mencuci rambutnya. Stella sudah berganti dengan baju tidurnya. Ia mengenakan Lingerie putih berbahan satin.
"Sayang ngapain make baju! Jika itu baju aku robek nanti!!"
"Aku tidak dengar kamu ngomong apa ya! Diam jangan ganggu aku lagi makan Pizza!" Tadi Rey memang oder Pizza buat menu dinner mereka.
"Kamu ngapain duduk di situ! Duduk sini, suapin aku juga!" Titahnya.
"Nggak mau, soalnya kamu jail!"
"Nggak, aku belum makan, aku lapar nungguin kamu dari tadi, duduk sini suapin aku!!"
Stella menurut, ia menghampiri Rey yang duduk di ranjang sembari memangku Reyent. Stella duduk di samping Rey, lalu menyuapi Rey Pizza. Tangan Rey yang di pinggang Stella mulai usil, tidak mau diam. Tanpa Stella sadari tangannya sudah menyelinap masuk kedalam gaun Stella. Kemudian merambat keatas, kebetulan Stella tidak mengenakan BRA membuat Rey mempermudah. Lalu Rey langsung meremas Payudara Stella.
Stella memekik karena kaget, ia langsung mencubit lengan Rey. "Awww, kenapa nyubit sih?"
"Biar kapok, itu balasan orang yang suka jail!"
"Jail apa sih, emmmmm nunggu Reyent tidur ya Sayang!" Bisik Rey pelan tepat di telinga Stella. Stella melotot. Rey mengedip-ngedipkan alisnya. Lagi, tangan Rey mulai meremas payudara Stella dan memainkan putingnya.
"Sayang aku haus pengen minum, pizza-nya bikin haus!" Stella memberinya air minum, tapi Rey menolak. Dia minta minum yang sedang di remasnya. Stella melotot, dan menepis tangan Rey. Rey sengaja menggoda Stella, Rey senang jika Stella cemberut dan mengomel. Stella memukuli Rey dengan bantal, Rey terbahak.
***
Pagi harinya Sita mengajak Stella kesalon. Kebetulan juga Rey sedang sibuk ada pemotretan di Studio Photo People. Sita mengendarai mobil sendiri. Sita dan Stella berkeliling, kesalon rambut, ke facial, beli baju, beli tas, dan makan siang. Pokoknya berkeliling sampai puas. Pulangnya Stella mengajak Sita mampir ke Cafe, sudah lama ia tidak datang ke caffe J-Holic. Stella mengecek keuangan di ruangan pribadinya Rey. Sita sedang bermain sama Reyent, Reyent lari-larian mengejar bolanya.
"La Te la la!"
"Ayo bolanya kejar!"
Jika ada Vito melihat istrinya lari-larian pasti di marahi. Karena Sita sedang hamil muda, nanti takut terpeleset dan jatuh. Reyent berlari mengejar bolanya.

"Ayo sini, tendang kesini bolanya!"
Reyent menendang bolanya, mengenai kaki Ugi. Membuatnya tersandung dan Ugi kehilangan keseimbangan. Ugi menabrak meja, lalu minuman yang di bawa Ugi tumpah mengenai baju pelanggan. Sita menghentikan permainannya. Membopong Reyent, dan melihat pelanggan yang sedang memarahi Ugi.
"Kamu punya mata nggak sih, hahh! Lihat ini baju saya jadi basah. Kamu tau tidak ini sangat mahal hargganya. Saya tidak mau tau, kamu harus mengganti baju saya sekarang juga!" Omel si pelanggan, Ugi tertunduk, memohon maaf berkali-kali.
Stella tertegun melihat siapa orang yang marah-marah di caffenya?
Dua orang yang berbeda jenis, orang yang sudah menghianati dirinya dulu. Orang yang menusuknya dari belakang. Kenapa dua hari ini ia mendapat kejutan berturut-tutut?
Stella perlahan melangkah menghampiri pelanggan yang sudah memarahi karyawan-nya.
"Mana bos kamu? Saya mau lapor bahwa kamu tidak pecus bekerja disini. Lihat ini baju saya jadi kotor begini!"
"Wik udah jangan marah-marah, malu di lihatin orang. Dia juga tidak sengaja tadi." Ucap si pria.
"Maaf permisi ada apa ini ribut-ribut?"
Deg
Dua orang yang berbeda jenis itu tertegun, apa lagi si pria tubuhnya menegang mendengar suara Stella. Sedangkan yang perempuan menunduk melihat lantai karena malu berhadapan dengan Stella sahabatnya dulu.
Stella
Gumannya.
"Stella kenapa kamu ada di sini? Kamu bekerja disini? kemana saja kamu, tidak pernah kelihatan?" Tanya si pria pada Stella. Matanya menyusuri dari atas sampai kaki. Dulu waktu bertemu Stella perutnya buncit sedang hamil. Kini perutnya sudah tidak buncit lagi, berati Stella sudah melahirkan.
"Oh maaf, Saya Stella Anggraeni Digantara pemilik Cafe ini!" Ucap Stella mengulurkan tangannya. Ia pura-pura tidak kenal sama dua orang yang berdiri di depannya. Ia berucap penuh penekanan di kalimat terakhirnya.
Ya, dua orang berbeda jenis itu adalah Aldy mantan kekasih Stella. Dan yang perempuan adalah Wiwik sahabat Stella, Tetapi Wiwik sekarang sudah bukan sahabat Stella lagi. Karena Wiwik dengan teganya menghiyanati Stella. Padahal jika di lihat kota Jakarta itu sangat luas, laki-laki yang masih single pun banyak. Tapi kenapa Wiwik dengan teganya merebut kekasihnya? Sahabat-nya? Apakah Wiwik tidak punya hati?
Padahal Stella selalu ada untuk Wiwik, selalu bersama, sebangko bersama di sekolahnya, makan bersama. Bahkan sering tidur bersama di kontrakan saat Wiwik atau Stella sedang menginap. Tapi kenapa mereka berdua menghianatinya? Menjalin kasih di belakang Stella, seperti tidak ada laki-laki lain saja merebut kekasih teman sendiri.
Wiwik sama Aldy, kedua matanya membulat mendengar kata 'pemilik cafe'.
"Apa! Cafe ini milik lo?" Sahut Wiwik, yang sejak tadi menunduk.
"Iya saya Bos Cafe ini! apa yang udah di perbuat oleh karyawan saya sampai Anda membuat keributan di sini!? Tadi saya dengar karyawan saya juga sudah meminta maaf. Tapi Anda tidak terima dan mau melapor sama bos. Jadi ada apa, saya sudah berdiri di sini tolong katakan apa kesalahan karyawan saya pada Anda??"
"Dia jalan tidak hati-hati, lihat baju gue basah semua. Ini baju sangat mahal, malahan kena air jus!" Ucap Wiwik begitu sombong.
"Maafkan kesalahan karyawan saya, Anda jangan kawatir. Saya akan menggantinya sekarang juga. Saya bisa mengganti lebih dari itu!" Ucap Stella, dan memanggil Salma yang sudah membawa baju baru untuk mengganti baju Wiwik.
"Ini silahkan Anda terima dan lihat bahannya asli atau tidak! Jika tidak asli dan tidak sama dengan baju yang Anda kenakan. Saya bisa menukarnya yang persis seperti yang Anda kenakan."
Kembali Wiwik menunduk, ia malu. Padahal baju yang Wiwik kenakan baju KW bukan asli, baju glosiran. Tapi kenapa dia mengaku-ngaku jika baju yang ia kenakan adalah baju mahal. Dalam hati Stella tersenyum, meski hatinya berdenyut jika mengingat perbuatan Wiwik sama Aldy dulu. Namun, Stella mencoba tidak mengingatnya lagi. Untuk apa di ingat! Toh dia juga sudah memiliki suami yang sangat mencintainya. Dan juga ia sudah memiliki benih cinta dari suaminya.
"Stella maafkan kami yang sudah membuat keributan di sini. Kalau begitu kami permisi. Sekali lagi saya dan Wiwik minta maaf Stella," Ucap Aldy.
"Oh iya silahkan, pintu keluarnya ada di sebelah sana!" Ujar Stella sembari menunjuk pintu keluar sebelah kiri.
Kemudian Aldy dan Wiwik meninggalkan Cafe. Stella langsung jatuh terduduk di kursi. Kedua matanya berkaca-kaca. Tangannya terkepal. Kenapa harus bertemu mereka disini? Sebenernya apa lagi rencana Tuhan untuknya? Kenapa harus bertemu orang-orang yang di hindarinya? Tidak terasa wajahnya sudah basah penuh air mata.
Sita menghampiri Stella sembari menggendong Reyent. "Stella! Kamu kenapa menangis? Sebenernya mereka tadi siapa?"
Stella buru-buru menghapus air matanya, ia kembali tersenyum seperti tadi. "Eh Kak Sita! maaf, tadi e e e tadi ada salah satu karyawan saya tidak sengaja menumpahkan air jus mengenai baju pelanggan dan meminta ganti."
"Terus kenapa kamu menangis? Stella, jangan pernah tutupin apapun di belakang ku. Aku dan Vito sama Rey sudah seperti Kakak beradik. Kita tidak pernah menyembunyikan apapun. Kita selalu berbagi cerita. Jadi tolong ceritain apa yang terjadi di sini tadi. Jangan di kira aku tidak melihatnya!"
Stella kembali menangis, dan ia mulai menceritakan semuanya. Tentang Aldy, tentang Wiwik, Sita ikut emosi mendengar cerita Stella.
"Itu masa lalu jangan di ingat lagi ya, sekarang kamu sudah bahagia sama Rey, juga sama Reyent. Jangan pernah melihat kebelakang lagi. Lihat masa depanmu, karena kamu sudah memiliki keluarga kecil. Sudah jangan menangis lagi, ayo kita pulang beres-beres. Besok kan kita ke Korea!"
Stella tersenyum, meraih Reyent dari pangkuan Sita. Di peluknya dan di ciumnya. Putranya sangat lucu, ganteng, pinter, juga sangat menggemaskan.
Stella pamit sama Wia, ia berpesan jika tidak menerima pelanggan yang bernama Aldy sama Wiwik.
Sampai di apartment, Stella menidurkan Reyent di kamar tamu. Stella membantu Sita beres-beres. Setelah selesai Sita mengantar Stella pulang. Kini gantian Sita membantu Stella beres-beres.
Kemudian Sita dan Stella memasak untuk menyiapkan makan malam suami mereka. Lia juga ikut membantunya biar cepat selesai. Akhirnya Sita dan Stella sudah selesai memasak. Kebetulan juga Rey dan Vito sudah pulang, tadi Sita menghubungi Vito bahwa dia berada di apartement Rey. Ia mengatakan untuk makan malam bareng di apartement Rey.
Fara, Lulu, Dicky, Beni dan juga Farel sudah bangun semua, jadi sekalian makan malam bareng biar rame.
Di sini lah mereka sedang menikmati makan malamnya. Reyent juga ikut makan malam, duduk di baby chair dekat Stella. Reyent berceloteh. "Mam-mam-mam!"

Semua orang yang di meja makan pada tertawa mendengar celotehan Reyent. Seperti ini lah persahabatan Reyneis. Selalu kompak dan rukun, tidak pernah ada penghiyanatan. Selalu damai. Ya semoga saja mereka semua tetap akur dan selalu menjadi saudara.
BERSAMBUNG.
Terima kasih sudah mau membaca
saranghae 🥰
It's Me Rera.