Mentari sudah berada di atas langit, namun dua insan itu masih tertidur dengan mimpi indah yang mereka rasakan.Keduanya seakan enggan meninggalkan dunia mimpi itu dan tak ingin cepat-cepat membuka mata.
Zoe semakin merapatkan tubuhnya pada Hazi. Bahkan Zoe memeluk erat tubuh Hazi, mencium aroma maskulin dari dada bidangnya. Hazi pun tak kalah dengan Zoe, lelaki itu menciumi pucuk kepala Zoe yang tercium harum stawbery, memeluk tubuh Zoe dengan sangat lembut.
"Harum sekali, aku sepertinya mengenal aroma ini?" ucap Zoe dalam hati dengan mata tertutup.
"Kenapa bantal ini begitu harum, hangat dan lembut," batin Hazi yang terus menciumi kepala Zoe.
Keduanya pun membuka mata mereka secara perlahan, Zoe yang terkena sinar mentari dari sela jendela pun memilih menyembunyikan wajahnya di dada bidang Hazi.
"Ahh, silau sekali," gumamnya dengan menutup wajahnya dengan tangan.
Hazi yang mendengar suara wanita pun seketika membuka matanya dengan lebar. Betapa terkejutnya lelaki itu saat melihat dirinya sedang memeluk seorang wanita, sedangkan Zoe baru menyadari saat mendengar suara detak jantung yang begitu keras di depannya.
Mata keduanya pun saling bertatapan, seketika waktu terasa terhenti karena memikirkan apa yag sudah mereka lakukan semalam sampai bisa tidur bersama.
"Apa ini, kenapa aku berpelukan dan tidur satu ranjang dengannya?" batin Zoe begitu bingung karena tidak bisa mengingat apa yang sudah terjadi.
"Aku. Aku memeluknya semalaman? Jadi sejak tadi bukanlah mimpi, tapi aku benar menciumnya dan memeluknya?" ucap Hazi dalam hati.
Jarak keduanya begitu dekat. Bahkan sangat dekat sampai tidak ada jarak untuk keduanya, Hazi baru menyadari jika Zoe begitu cantik walau pun tanpa make up. Mata yang bersinar dengan bulu mata yang lentik, hidung mancung dan bibir yang mungil.
DEG, DEG, DEG,
Terdengar suara jantung Hazi yang begitu keras sampai Zoe bisa mendengar itu. Zoe masih menatap Hazi melihat dari dekat seorang Haziel yang memang sangat tampan. Mereka semakin beradu pandang dengan posisi wajah yang semakin dekat, Hazi terus memperhatikan bibir Zoe yang sempat dia cium kemarin malam.
Saat bibir itu akan kembali saling bersentuhan. Tiba-tiba Zoe mendekatkan telinganya tepat di dada Hazi dan itu membuat Hazi terkejut dan juga merasa bodoh dengan tindakannya.
"Tuan, apa kau tidak apa-apa? Kenapa jantungmu berdegup sangat kencang, kau tidak merasa sakit bukan?" tanya Zoe dengan menatap Hazi dengan tingkah konyolnya.
"Apa. Ada apa dengan jantungku, huh? Apa kau tidak bisa membedakan jantung normal dengan jantung orang sakit?" tanya Hazi balik dengan menatap Zoe kesal.
Zoe pun sedikit menggeser tubuhnya sampai pelukan Hazi terlepas dari tubuhnya. Zoe hanya tersenyum kuda lalu segera beranjak dari ranjang dan berlari keluar dengan cepat. Hazi hanya melongo melihat tingkah aneh dari Zoe itu, namun terlihat sebuah senyuman di wajah tampannya karena mengingat akan kebodohannya.
Shoni yang melihat Zoe keluar dari kamar Hazi pun merasa heran, karena se siang ini Zoe keluar dari kamar Hazi dengan memakai baju piyamanya. Shoni pun memilih kembali berbalik dan menemui Risda yang berada di ruang tengah.
"BIBI!!" teriak Shoni dengan keras.
"Ada apa? Kau kenapa," tanya Risda.
"Zoe dan Hazi, Aku melihatnya keluar dari kamar ...." Risda menutup mulut Shoni dan menyuruhnya untuk duduk.
"Semalam mereka tidur bersama, jadi jangan tanyakan apa pun lagi!" pinta Risda dengan berbisik.
Shoni mengangguk, Risda pun akhirnya duduk di samping Shoni dengan lemas. Shoni pun menepuk punggung Risda dengan pelan.
"Dia sudah besar, Bi. Tugasmu sudah semakin berkurang," ucap Shoni.
"Ya kau benar." Risda hanya bisa mengusap dadanya dengan terus menghembuskan napas panjang.
Di dalam kamarnya Zoe yang masih syok dengan apa yang terjadi padanya dan Hazi pun hanya bisa duduk lemas di atas lantai. Zoe memegang dadanya yang berdegup kencang seakan jantungnya ingin melompat keluar.
"Astaga Zoelie kenapa kau begitu bodoh?" tanya Zoe pada dirinya sendiri.
Zoe menutup matanya dan mengingat apa yang terjadi, dari menghirup aroma tubuh Hazi, memeluknya seperti bantal dan yang terakhir saat bibir mereka hampir saja bersentuhan.
"AAAAHHHH ... !!!" teriak Zoe dengan sangat kencang.
Suara teriakan itu sampai terdengar di kamar Hazi dan membuat lelaki itu khawatir dan bergegas keluar kamar dan berlari ke kamar Zoe tanpa mengetuknya terlebih dahulu.
BRAKK,,
Hazi membuka pintu kamar itu dengan sangat kencang dan berhasil membuat pintu terlepas dari tempatnya. Zoe terkejut dengan apa yang dilakukan Hazi dan berhasil membuat tubuhnya semakin lemas.
"Ada apa denganmu? Kenapa kau berteriak dan duduk di atas lantai, huh?" tanya Hazi dengan sangat cemas dan menghampiri Zoe yang tak menjawabnya.
Shoni dan Risda segera ke kamar Zoe setelah pelayan memberitahukan, Risda dan Shoni masuk dan melihat Zoe yang terlihat syok duduk lemas di atas lantai pun ikut merasa cemas.
"Zoe ada apa denganmu?" tanya Risda dengan menatap Zoe khawatir.
"Bibi, tolong aku!" pinta Zoe dengan sangat lirih.
Risda mendekati Zoe dan memeluknya, Zoe menutup matanya karena begitu lemas dan syok oleh ulahnya sendiri dan juga Hazi.
"Kau bisa berdiri, hm?" tanya Risda.
Zoe hanya mengangguk dan mencoba bangun namun kakinya masih gemetaran dan hampir saja membuat wanita itu terjatuh jika tidak ada Hazi yang mendekapnya. Untuk yang kesekian kalinya mereka saling berpandangan dan jantung mereka kembali bersuara seperti dentuman gendang.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Hazi terlihat khawatir.
Zoe memalingkan wajahnya dan mengangguk memberi jawaban pada Hazi. Melihat Zoe yang lemas akhirnya Hazi menggendong Zoe dan meletakkannya di atas ranjang.
Risda memanggil dokter untuk memeriksa Zoe karena khawatir dengan keadaan Zoe. Shoni menatap tajam pada Hazi dan membuat lelaki itu merasa aneh.
"Ada apa dengan tatapanmu?" tanya Hazi pada Shoni.
Dengan cepat Shoni membawa Hazi keluar dari kamar Zoe dan kembali ke kamarnya. Shoni mendorong Hazi sampai lelaki itu duduk di sofa dengan keras. Sedangkan, Hazi masih diam dengan wajah bingung.