Di sebuah ruangan terdengar suara bariton yang menggema di sana, terdengar umpatan dan kata kasar yang keluar. Haziel Maximiliano pemilik perusahaan sekaligus seorang Ceo sedang memarahi tangan kanannya karena kesalahan sang sekretaris.
Shoni hanya bisa diam mendengar sang Ceo sekaligus sepupunya itu yang terus marah padanya. Tidak ada jawaban yang keluar dari mulutnya, bukan karena apa pun, Shoni hanya sedang memberikan waktu untuk Hazi mengeluarkan segala kemarahannya.
"Temukan dia dan aku ingin kau urusi semua yang dia lakukan bahkan segala kerugian yang aku dapatkan!" perintah Hazi tanpa menatap Shoni.
"Baiklah, apa sudah cukup waktu yang aku berikan padamu untuk mengomel?" tanya Shoni.
"What? Pergilah, aku ingin sendiri!" serunya dengan menatap keluar jendela.
Ruangan Hazi berada di lantai paling atas yaitu lantai dua puluh, di lantai itu hanya ada lima ruangan besar yang di huni oleh orang penting perusahaan tersebut.
"Ok, fine. Aku akan pergi, tapi ingat akan jadwalmu nanti malam. Kita akan menghadiri sebuah pesta," ujar Shoni mengingatkan.
Tidak ada jawaban dari Hazi tapi lelaki itu pun mendengarkannya. Shoni pergi dari ruangan itu dan kembali ke dalam ruangannya yang dimana sudah ada wanita cantik yang menunggunya.
"Kau sangat lama hari ini," rengek manja seorang wanita sambil bergelayut di leher Shoni.
"Come on, babe. Hazi sedang dalam masalah, jadi sebaliknya kau pergi sebelum dia melihatmu di sini. Kau tahu bukan perangai Hazi jika sedang marah," balas Shoni.
Lexi wanita yang kesekian yang di bawa oleh Shoni ke dalam kantor, Shoni seorang lelaki muda yang mempunyai banyak kekasih. Terkenal sebagai bad boy.
"Ok, tapi ingat malam ini kau harus menemuikku di sana!" pintanya dengan manja.
Shoni mencium kilas bibirnya dan tangan nakalnya meremas pantat yang montok itu, Lexi yang mendapatkan itu bukannya marah tapi semakin menyukai Shoni.
"Baiklah, sekretaris sialan itu membuatku susah saja. Akan ku bunuh dia, jika aku menemukannya!" umpat Shoni seraya duduk di kursinya dan melihat semua berkas itu.
Haziel Maximiliano seorang lelaki tampan dengan segala kelebihannya, semua yang dia inginkan akan terwujud dengan sangat mudah bukan karena dia tampan, tapi karena kecerdasannya. Namun di balik itu, dia seorang lelaki yang anti wanita. Ya, di era milenial seperti ini Hazi masih seorang perjaka dan belum pernah menyentuh wanita mana pun kecuali sang pengasuh.
Berbeda dengan sang tangan kanan, Shoni. Lelaki itu adalah buaya darat dengan segala muslihatnya, mempunyai banyak wanita yang dengan suka rela tidur bersamanya. Namun dia juga memiliki sisi baik yaitu selalu melindungi apa yang menjadi miliknya yaitu Haziel sang sahabat dan seorang gadis kecil yang menjadi adiknya.
"Aku akan membuatmu menderita karena telah menusukku dari belakang. Aku akan menemukanmu dimana pun kau berada," ucap Hazi dengan penuh kebencian.
Semua informasi yang di jual oleh sekretarisnya membuat perusahaan Hazi mengalami kerugian yang sangat besar, semua tander yang bekerja sama dengannya memilih perusahaan lain karena melihat semua strategi yang bagus dari setiap devisinya.
PESTA KEDIAMAN LEANDRO
Malam harinya, Haziel sudah siap dengan segala atribut pesta. Menunggu Shoni yang sedang bersiap di dalam kamarnya, Shoni begitu kesal karena Hazi telah merusak malam panjangnya dengan Lexi kekasihnya untuk menemaninya datang ke pesta.
Haziel memdapatkan undangan dari Leandro karena mereka dulu pernah menjalankan kerja sama. Lebih tepatnya dengan sang kakek. Pesta itu terlihat begitu meriah dan sangat eksklusif karena semua tamu undangan adalah orang-oarang yang terkemuka. Ya, bagaimana tidak meriah dan mewah jika Leandro adalah seorang pengusaha tersukses di negerinya. Koneksinya begitu banyak yang terhebat.
Haziel dan Shoni sudah berada di dalam sebuah ruangan yang begitu besar, semua orang penatap penasaran pada Haziel dan Shoni yang beru mereka lihat. Sedangkan, Haziel begitu hapal siapa saja mereka karena dulu selalu menemani sang kakek untuk berbisnis.
"Sangat membosankan. Kenapa tidak kakek saja yang kemari?" tanya Haziel.
"Kau jangan bercanda. Jelas-jelas di undangan itu tertulis namamu dan sekarang kau adalah Ceo utama perusahaan itu!" ujar Shoni dengan berbisik.
"Kenapa tidak kau saja dengan kekasihmu saja yang datang. Aku ingin pergi keluar saja!" seru Haziel yang memang tidak suka dengan keramaian.
Lelaki itu memilih keluar gedung dan berdiam diri di dekat kolam renang. Sedangkan Shoni yang memang seorang bad boy pun mencari incaran baru.
Di dalam sebuah kamar, terlihat gadis yang terlihat mondar-mandir dengan wajah yang cemas. Zoelie tidak menyangka jika kedua orang tuanya akan mengenalkannya pada publik malam ini. Zoelie sangat tidak ingin masuk ke dalam lingkaran bisnis orang tuanya. Bahkan, selama ini Zoelie sengaja memilih pergi kuliah hanya untuk menghindari semua itu.
"Zoe, ada apa denganmu? Kenapa kau terlihat gugup, Sayang?" tanya Evany.
"Kenapa, kenapa Daddy begitu ingin aku muncul ke publik? Mom, please! Help me!" pinta Zoelie seraya memegang tangan sang ibu.
"Kau itu sunggguh aneh, semua anak kolega bisnis Daddy akan sangat senang hati di perkenalkan secara umum. Tetapi ada apa denganmu, kau bahkan meminta kami selalu menyembunyikan dirimu?" tanya Evany begitu bingung dengan sikap sang putri.
"Aku bukan gadis manja seperti mereka yang suka di kenal sebagai anak pemilik perusahaan terkenal. Setelah itu, mereka mendekatiku hanya karena ingin bisa bekerja sama dengan Daddy. Dan mungkin saja, mereka akan memanfaatkan aku, Mommy!" seru Zoelie panjang lebar mengutarakan semua pemikirannya.
Evany memeluk Zoelie, menenangkan sang putri dan membelainya dengan penuh kasih sayang. Zoelie memang mempunyai pemikiran yang kritis akan sesuatu hal. Sedangkan untuk sekarang ini, Leandro menjadi satu pengusaha yang sedang naik daun dan banyak di cari oleh beberapa perusahaan untuk melakukan kerja sama.
Banyak yang menantikan kesempatan ini dan semua kolega bisnis dari mereka sangat ingin tahu seperti apa sosok yang tidak pernah terlihat oleh media itu. Sosok gadis cantik dari keluarga Leandro, pewaris tunggal dari semua harta Leandro dan Evany.
"Is ok, jika kau tidak ingin keluar bersama kami. Aku akan mengatakannya pada Daddymu itu, " ucap Evany seraya melepas pelukannya dan membelai wajah cantik sang putri.
Zoelie menggangguk, Evany berjalan keluar dan membiarkan Zoelie untuk tenang. Malam itu, sangat meriah bahkan sangat mewah. Leandro menunggu Zoelie dan Evany datang, namun yang terlihat hanya sang istri saja. Leandro mengerutkan keningnya dan segera mendatangi sang istri.
"Dimana, Lie? Kenapa kau hanya datng sendiri?" tanya Leandro berbisik.
"Sepertinya, Zoe tidak bisa keluar malam ini! Aku sudah melihatnya, ternyata putri kita itu sedang tidak enak badan," jawab Evany dengan gugup.
"Jangan bercanda, Eva! Aku sudah berjanji akan memperkenalkan Zoelie pada semua kolega kita," ujar Leandro mulai marah.
"Leandro. Jangan paksa anakku jika dia tidak mau!" seru Evany yang juga sedikit meninggikan suaranya.
Leandro berjalan cepat meninggalkan ruangan tersebut. Berjalan dengan kesal menuju kamar sang anak, sedangkan Zoelie sedang duduk di tepi ranjangnya dengan masih menggunakan gaun pestanya. Evany berlari kecilmengejar sang suami, sesungguhnya wanita itu teramat takut jika Leandro akan memaksa Zoelie dengan kasar.
"ZOELIE!!!" teriak Leandro begitu kencang.
Zoelie tersentak mendengar suara keras dari sang Ayah, gadis itu berdiri di dekat ranjang dengan cemas. Zoe sampai menggigit jari-jarinya karena belum bisa menemukan alasan yang tepat untuk dia katakan pada sang Ayah.
Leandro membuka dengan keras pintu itu dan melihat sang putri yang sedang berdiri menatapnya. Terlihat Evany pun datang dengan napas yang tersengal, Zoelie menatap sang ayah dengan tatapan teduhnya.
"Ada apa denganmu? Kenapa kau tidak datang dan menemaniku di pesta, huh?" tanya Leandro dengan marah. Terlihat raut wajahnya begitu menyeramkan.
Evany berjalan mendekati sang putri, memeluk merangkul tubuh Zoelie. Zoelie hanya tersenyum melihat sang ibu lalu kembali menatap sang ayah.
"Maafkan aku, Daddy. Aku tidak bisa muncul di depan semua rekan bisnismu!" seru Zoelie dengan menunduk.
"Kenapa, apa alasannya? Daddy tidak mau tahu, kamu harus ikut dengan dengan Daddy dan Mommy mu menemui semua tamu di aula!" seru Leandro seraya berjalan keluar.
Evany menggenggam erat tangan sang putri, terlihat cemas di wajah cantiknya. Zoe mencoba tersenyum dan mencari cara agar semuanya tidak terjadi.
"Mom, pergilah temani Daddy. Aku akan menyusul ke aula, aku janji!" ujar Zoe tersenyum.
Evany terlihat senang mendapat jawaban dari sang putri, wanita itu mengangguk mantap lalu berlajan meninggalkan Zoe sendirian di dalam kamar. Zoelie memikirkan bagaimana caranya agar identitasnya tetap terjaga. Ternyata, Tuhan begitu baik padanya, Zoelie menemukan sebuah topeng di laci meja riasnya. Senyuman di wajah cantiknya pun muncul.
"Baiklah, aku akan menuruti permintaan kalian. Tapi setelah itu biarkan aku bebas dengan hidupku sendiri!" seru Zoelie seraya memakai topeng tersebut.
Acara pesta sudah di mulai. Leandro dan Evany sedang berbicara di atas podium, akan tetapi masih belum terlihat sang putri masuk ke dalam aula. Leandro terlihat kesal namun tetap dia tahan karena Evany selalu menenangkannya.
"Selamat, selamat atas anniversary pernikahan kalian." Para rekan bisnis saling memberikan selamat pada mereka berdua.
"Terima kasih, sudah datang." Leandro dan Evany pun mengangguk sopan atas ucapan dari semua rekan-rekannya.
"Dimana, Lie? Bukannya kau bilang dia akan datang?" tanya Leandro berbisik pada istrinya.
"Tunggulah sebentar lagi! Kau tahu bukan, ini adalah yang pertama untuknya," jawab Evany.
Tak lama kemudian, lampu di ruangan tersebut padam. Hanya ada sorotan lampu kecil saja dan itu menyoroti seorang wanita yang datang dari balik tirai dengan menyanyikan lagu anniversary untuk kedua orang tuanya.
"Happy anniversary, Mommy, Daddy," ucap Zoelie dengan membawa sebuah kue tart kecil di tangannya.
Leandro dan Evany sungguh terkejut melihat sang puti muncul dengan memakai topeng dan juga membawa sebuah kue. Keduanya mendekati Zoe dan segera memeluk sang putri, Zoelie tersenyum karena bersyukur melihat sang Daddy yang terlihat tidak marah padanya.
Leandro dan Evany meniup lilin itu dan tiba-tiba semuanya kembali gelap gulita dalam beberapa menit. Semuanya terkejut akan kejadian tersebut, di sisi lain Zoelie bergegas berjalan cepat untuk pegi dari rumah yang baru saja dia singgahi beberapa jam lalu.