Chereads / BANG'SAT / Chapter 14 - KEBODOHAN DIGO

Chapter 14 - KEBODOHAN DIGO

Gue menuggu Dakota di gerbang sekolah, dia pun mulai terlihat dengan rambutnya yang begitu berkilau tertiup angin, mirip iklan di TV. Dia terus berjalan ke arah gue, lalu dengan lembut dia menyapa.

"Hai, Sat"

Berasa naik ke kayangan tingkat 7, angin sejuk semilir berhembus bikin mata gue auto sipit dan bibir gue auto senyum.

"yuk"

Tangan gue di gandeng, duh jadi enggak enak hati sama dunia. Mereka pasti iri kalau gue di gandeng Bidadari.

"Sat, nanti kita pulang bareng lagi enggak?"

"Iya dong"

Tiba - tiba langkah kita berhenti. Ada si kunyuk Ifan yang berdiri di depan gue, ngapain sih ini kutu alis?.

"Ta, gue mau kita balikkan"

Enak aja di ajak balikkan, perjuangan gue enggak semudah membalikkan bakwan di atas penggorengan. Dasar, Salt pepper!.

"Apaan sih!"

Dengan tegas Dakota menarik tangannya dari tangan Ifan. Ya bagusan juga tangan gue. Dakota mulai merangkul tangan gue.

"Yuk, Sat"

Kita jalan melewati dia. Maaf! Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya.

"Kesel deh gue, pagi - pagi udah ada kuman"

"Kayaknya OB nya lupa pakai desinfektan deh waktu ngepel"

"Besok - besok gue mau pakai Iodine ah, takutnya tangan gue infeksi karena habis di pegang sama dia"

"Lebih baik kamu pakai sarung tangan sterill aja kalau kemana - mana, atau mau aku vacum?"

"Hahahah memang aku sayuran supermarket"

"Segeran juga kamu, bersih dari insektisida lagi"

"Hahahaha lu lucu banget sih Sat"

"Itu lah gunanya aku di ciptakan di dunia ini, buat bikin kamu ketawa"

Dia udah sampai di depan kelasnya, terpaksa kita harus LDR, Karena kelas gue ada di samping kelas dia. Dia melambai dan tersenyum ke gue, kalau sarapan gini tiap hari mah, Gizi gue pasti tercukupi.

Bukkkk

Karena begitu fokus dengan Dakota yang cantik, gue enggak melihat jalan. Akhirnya gue nabrak sesuatu, begitu gue nengok. Haduh, ini Dora ngapain lagi?.

"Ngapain sih lu?"

Lola mengulurkan tangannya minta di bantu berdiri. Ya ampun, tangan gue baru di pegang Dakota masa harus ternodai.

"Bantu Lola bangun"

"Aku bacain Doa aja ya?, supaya kamu di bantu sama tuhan"

"Nih buruan tarik tangan aku"

Dia memaksa dengan makin menyodorkan tangannya. Thor, bisa enggak adegan ini di kasih pas lagi sama Dakota? (Author : tidak akan ku serahkan pada kampret yang durhaka 😌). Mau, enggak mau gue pun megang tangan dia dan bantuin dia berdiri.

"Terimakasih"

"Ngapain sih loe, pakai di tabrak segala sama gue"

"Kan yang nabrak Bang Sat"

"Iya lu kenapa mau gue tabrak, minggir!"

"Harusnya bang Sat minta maaf!"

Yaudah deh gue iyain aja, gue udah bosan melihat dia. Sebenarnya apa karma yang gue perbuat sampai di gang kecil pun gue harus ketemu sama dia, padahal populasi perempuan ada berjuta - juta.

"Yaudah maaf. Gue mau pergi. Bye"

Gue berjalan mendahului dia, lalu kalian tahu apa? Dia ngikutin gue dari belakang. Andai gue hanoman dia lah ekornya, berasa jadi monyet kan gue!. Gue kesal, berhenti dan berbalik.

"Ngapain?"

"Kan aku bilang, akan jadi malaikat pelindung"

"Enggak mau jadi power pop girls aja?

Siapa tahu mereka berminat nambah personil kan lumayan tuh lu punya peta, jadi kan ada gunanya kalau kalian berpetualang menyelamatkan dunia Barbie"

Kringggg kringgggg

Syukurlah bel bunyi, jadi alasan gue lepas dari jeratan Ghumantong ini. Gue udah jalan, dia pun masih ngikutin gue.

"Kenapa lu ikutin gue?", tanya gue ngegas.

"Kan kelas Lola ngelewatin kelas Bang Sat"

Ujian hidup apalagi ini ya tuhan?, gue pun asal mau ke kelas yang ada di depan gue.

"Bang, Abang salah kelas"

"Gue pindah kelas"

Braaakkkk,

Gue tutup pintu keras - keras. Gue pun menarik nafas dan menghadap ke depan.

"Oow"

Gue salah, ini bukan ruang kelas tapi ruang guru. Sial!.

"Kamu ngapain disini? Telat ya? Ini kan udah masuk"

"Enggak bu. Ibu salah paham, kita bisa bicarakan ini baik - baik"

"Hormat pada bendera sampai jam istirahat"

"Kan upacaranya udah kelar bu"

"Kamu upacara sendiri"

"Saya enggak bawa keris, bu"

"SATRIA!!!!!"

"Iya bu maaf"

***

Di bawah matahari yang cerah, ada salah satu anggota teletubies yang lagi hormat tiang bendera, yaitu gue. Gara - gara si boneka arwah itu, gue jadi salah jalan. Kenapa gue sesat terus selama hidup masih berjalan?, salah kalau gue punya Papa yang tampan rupawan?.

Nasib - nasib, gue udah datang dari jam 6.30 pagi tapi malah di kira telat. Mungkin ini adalah bagian perjuangan gue dalam mendapatkan cinta Dakota. Gue jalani aja lah, siapa tahu belakangan ada nikmatnya.

Matahari semakin lama semakin tinggi, gue pun makin lama jadi semakin bersinar karena pancarannya. Please kasih tahu gue, gimana caranya ngatur temperatur suhu matahari? Remote merk apa yang cocok? Daikin? Panasonic atau LG?. Gue takut Mama gue ngira kalau gue udah berubah jadi sebangsa Esmeralda, karena lama - lama warna kulit kita akan sama.

Belum lagi anak - anak yang sengaja lalu lalang sambil tebar pesona dengan thai tea dan Chattime di tangannya. Sabar, ini ujian Sat. Enggak ada di dalam kamus kalau orang tampan itu lemah.

Tiba - tiba gue fatamorgana, gue merasa ada Payung yang melingkup di atas gue. Ternyata kelamaan di bawa sinar UV itu enggak bagus, buktinya otak gue jadi halu. Ini Fatamorgana enggak ada yang bagus dikit? Kenapa payungnya Pink?, kenapa enggak batik atau gambar sirkus kutu gitu?.

"Eh eh eh"

Ada suara perempuan, gue merasa sesuatu yang empuk menyenggol punggung gue. Anjir, lumayan ini B. Apa Fatamorgana gue se sange itu, sampai ada suara perempuan dan senggolan Mamae?. Kalau gue balik ke belakang gue masih kembali ke dunia enggak ya?. Gue pun memberanikan diri untuk berputar.

"Hai"

Tuhan, setidaklah kutuklah seekor burung hantu untuk jadi manusia. Dari banyaknya perempuan yang ada di muka bumi ini, kenapa harus dia lagi? Apa kayangan lagi Restock? Apa gue yang salah inden?.

"Lu ngapain coba?"

"Mayungin Abang"

Dia berdiri, berjinjit sambil memegang payung. Kalau gue putar musik, mungkin sekalian dia akan nari balet.

"Singkup itu payung!"

"Nanti Abang kepanasan"

"Ya nanti gue tambah di hukum kalau ketahuan!"

"Biar Lola juga ikut di hukum"

"Gue berhasrat untuk reinkarnasi, sumpah. Jadi sebutkan lu tidak akan tinggal di dunia mana?"

"Dunia kapur"

"Baik. Setelah ini gue mau kirim lamaran ke tuhan buat jadi Rudy Chalkzone"

"Yaudah nanti Lola mau ngelamar jadi Fairly of parent. Supaya bisa jadi ibu peri buat Bang Sat"

"Eh Rudy enggak butuh peri, butuhnya kapur!"

"Kalau aku jadi Peri, kau bisa ngasih kapur dari tongkat"

"Lu bisa ngilang?"

"Bisa"

"Yaudah please, tolong hilang sekarang aja"

"Tapi kalau sekarang Lola belum jadi Ibu Peri"

"Ya apapun lu!, tolong hilang darisini! Aaarrggghh!"

Tiba - tiba guru datang, dia mendatangi kita berdua.

"Satria, hukuman kamu sudah selesai"

"Terimakasih bu"

Gue ambil tas gue dan segera masuk ke kelas, ini lukhtep ngapain lagi sih ngikutin gue?.

"Kenapa lu masih ikutin gue?"

Dia ngasih sesuatu, minuman kaleng dingin berwarna biru muda unyu.

"Buat gue?"

Dia ngangguk, mumpung haus yasudahlah. Gue ambil itu dan buru - buru lari dari hadapannya.

"Sat, lu ngapain olehraga sendirian di lapangan tadi?"

"Bacot lu Dim, gue di hukum tadi"

"Kenapa? Biasanya kan lu akting pura - pura jadi anak baik"

"takdir, Dim"

Gue duduk di kursi sambil menikmati minuman gue, apa Dakota lihat ya?. Wah ini sama aja gue telah mempermalukan harga dirinya. Aku memang laki - laki yang tak berbudi.

Sosok malaikat cantik masuk ke dalam kelas lewat pintu, maklum kan tidak semua malaikat bersayap. Dia masuk dengan membawa sebotol air mineral dingin dan nyamperin gue.

"ini Sat buat lu"

"kamu perhatian banget sih Dakota, aku kan jadi makin Baper"

"Hahaha pasti lu haus kan? Maaf ya karena nganterin gue ke kelas dulu makanya lu di kira telat, jadinya lu jemur"

"Buat kamu mah, jangankan di jemur di laundry juga aku rela"

"Hahaha yaudah nih. Buat nebus rasa bersalah nanti pulang sekolah gue yang jemput ke kelas"

"Eh jangan repot - repot"

"Eh gapapa kok"

"Pantang buat aku ngerepotin cewek, biar aku aja yang repot gapapa"

"Hahaha yaudah ya bye"

Dia keluar dan sebelum keluar pintu dia menoleh ke belakang, Thor kasih soundtrack lagu india dong lagi pas nih.

Bicara - bicara, pam pam para pam

Bicara - bicara, menari gembira

Bicara - bicara perutku lapar sekali...

Elah apa nyambungnya sama Chibi maruko chan sih!, dasar MKKB, masa kecil kurang Beras.

"Jiahhh, gombalan lu Sat! Kayak baru nyesap nektar, manis banget"

"Ini mukjizat bro"

***

Siang itu di rumah, gue lompat - lompatan di kasur, gue menang banyak hari ini. Di perhatiin sama Dakota, kyaaa. Gue melompat ke dekat poster Jisoo dan menciumnya.

"Dakota, pokoknya aku I love you kamu, kamu akan i love you aku"

Ceklek...

Siapa yang berani masuk ke dalam kamar gue yang keramat ini?, gue lagi ritual pengasihan nih!.

"Bang"

"eh Adik, yang sayang enggak mirip. Kenapa?"

"Gue mau nekat"

Jantung gue terhujam, jangan - jangan dia mau bunuh diri. Apa kan dia akan mati hanya karena cintanya terabaikan oleh Lukhtep itu?. Gue pun langsung duduk bersembah, di kakinya dia.

"Jangan mati Go, kalau loe mati nanti gue yang paling jelek di keluarga ini"

"Siapa yang mau mati!"

"Itu lu bilang. Lu nekat, pasti lu mau bunuh diri kan, dengan cara memasukkan diri ke dalam kaleng Sarden"

"Ya enggak muat lah!"

"Nah makadari itu gue mohon loe sadar"

"Bukan nekat itu maksud gue"

"Terus?"

"Gue mau nembak Lola sekali lagi"

Jeng jeng jeng jeng.....

Gue terkesan, berdiri lalu tepuk tangan. Kalau saya sih Yes.

"Bagus"

"Tapi gimana caranya Bang?"

"Ya daridulu l7 nembaknya gimana?"

"lewat WA"

"What The Fuck!!!!"

Apa?. Dia, adik seorang pujangga seperti Satria nembak cewek lewat WA. Memalukan!. Tidak bisa di perdaya!. (Author : percaya! Percaya! Ngegas nih gue!😫). Thor, diam aja di balik kertas, tolong.

"Lu aduh. Ckkk,

Gue merasa gelisah dan malu sampai menarik rambut gue sendiri.

"Yang bener aja lu, masa lewat WA"

"Ya gue malu Bang"

"Eh lebih malu gue, lu itu satu rahim sama gue, pejuang cinta sejati enggak ada yang nembak cewek lewat chat WA!, memangnya lu nyebar kabar bencana gempa"

"Terus gimana bang? Tolong bantu gue"

Dia memohon dan menyembah gue, jarang nih dia kayak gini.

"Baiklah rayi, kakanda akan membantumu"

***

Malam itu dia tidur satu kamar sama gue, enggak ada zinah ya. Tolong netizen di luar sana, nalarnya di jaga!, maaf anus kita suci. Gue sedang memikirkan cara eksklusif buat nembak Lola, yang bisa membuat dia enggak bisa nolak Digo.

"Jadi gimana bang?"

"Cewek itu suka di bikin spesial dan terkesan"

"Udah pernah bang, kasih bunga, kasih coklat, bahkan baju gue pernah gue jadiin alas buat dia jalan"

"Idih bucin banget lu!. Kasih Alphard udah?"

"Gue harus pesugihan di gunung mana? Hah!"

Gue teruskan berpikir lagi, Lola ini agak susah. Masalahnya dia juga naksir gue. Gimana caranya dia mau terima Digo dan mengabaikan perasaannya sama gue?. Hemp agak rumit memang!.

"Jadi lu harus menunjukkan kelebihan lu daripada gue. Ya lu tau lah, Lola suka gue, jadi lu harus tunjukkan apa kelebihan lu di banding gue. Paham?"

"oh...

Dia bengong dan mikir lama. Gue harap ini orang ngerti, jangan sampai udah lama mikir tapi enggak ngerti. Sama kayak kamu, yang udah lama pacaran tapi enggak di lamar - lamar, kamu, iya kamu, yang baca ini hahahah.

Udah dapat gue" lanjutnya.

"Nah, tunjukkan itu. Jadi kapan?"

"Besok"

"Oke!"

Ini adalah misi besar Digo, sekaligus gue. Ini akan sangat menguntungkan karena kalau Lola udah jadian sama Digo dia enggak akan mengejar gue. Semoga ide Digo cemerlang, kayak serum Mama yang bikin glowing 12 jam.

***

Hari ini adalah hari besar, meski enggak ada di kalender. Gue akan berusaha buat bantu Digo mendapatkan cintanya, dan gue akan di kenal sebagai ahli Cinta. Karena percuma gue menyelesaikan masalah orang, tapi enggak dengan masalah keluarga sendiri. Karena harta yang paling indah adalah Esmeralda, eh salah! Keluarga maksudnya.

Gue tunggu - tunggu waktu nan indah itu, dimana akan lepaslah sebuah belenggu anak bajang yang terus ikutin gue kemanapun.

"Bang, ayo ikut gue"

Si Digo memasuki kelas gue dan menarik gue keluar,

"Ya ngapain?"

"Gue mau nembak Lola"

"Ya jangan ada gue, dia kan naksir gue"

"Biar dia tahu jelas apa perbedaan kita"

Iya juga ya, gue kan kasih ide ke dia buat nunjukkan kelebihan dia di bending gue. Kalau cuma ilustrasi mah enggak akan kebayang kan ya.

"Yaudah deh"

Dia terus menarik gue, berjalan menelusuri lorong waktu, menikmati senja di sore hari. Shit, ini comedy bukan romance ngapain gue bawa - bawa senja!. Gue enggak suka menikmati senja, sesungguhnya burger king lebih nikmat, apalagi ada yang bayarin. Jujur kan?.

Dia membawa ke gue ke dalam sebuah ruangan yang lembab, gue merasa ambigu, Sejujurnya ini toilet. Di sana Lola berdiri, ngapain dia di toilet cowok?.

"Woy lu ngapain di toilet cowok!", tegur gue ke dia.

"Aku di sandera sama Digo, katanya kalau aku enggak ikut dia, aku enggak akan bisa lihat Bang Sat lagi selamanya"

Ini anak enggak usah ngancam ala hitler gitu deh!, kebanyakkan nonton Sinet Azab nih si Digo.

"Lola aku mau ngomong sesuatu sama kamu"

"Asal kamu jangan menghilangkan Bang Sat", ucapnya sambil meluk gue.

Ini anak asal meluk aja!, baru gini aja udah bikin bencana. Zinah! Ini Zinah!.

"Lepas! Apaan sih!"

"Abang enggak akan hilang kan?"

"Lu percaya banget sih sama si Digo, dia bukan tukang sulap mana bisa menghilangkan gue, kecuali kalau uang! Nah dia pinter tuh ngilangin di kasir toko"

Perlahan - lahan tangan Digo mulai menggapai tangan Lola. Yeelah lelet banget sih lu, Bambank!.

"aku mau kamu lihat secara nyata kalau aku sama Bang Sat itu beda"

Ya iyalah bacot, kita kan bukan kembar. Haduh pencernaan dia juga kurang kayaknya, maksud gue caranya bukan kayak gini!.

"Iya memang kalian beda, Bang Sat Kakak, sedang kamu adik", jawab Lola.

Formalitas sekali seperti buku Bahasa Indonesia, ya ampun kapan aku bisa keluar dari dua orang yang bodoh ini. Andai kalian lihat, muka gue masih santai loh, enggak nyangka kan?.

"Bukan itu!"

Digo berjalan mendekati Lola, Lola pun kayak ketakutan seperti di datangan sama Badut IT.

"Lihat dengan seksama, aku itu lebih tampan"

Digo menarik dasi gue, lalu menempelkan pipi kita berdua. Anjirr berasa photo box!. Andai kalian lihat, sampai gini pun muka gue masih santai.

"Tapi Bang Sat lebih manis", jawab Lola.

Digo melepaskan gue, lalu mengajak gue berdiri tegak.

"Aku lebih tinggi"

Hey, dasar ke kamvretan yang hakiki. Sampai sini pun muka gue masih santai.

"Maksud kamu apa sih Go, sebagai manusia kita dilarang membeda - bedakan, di mata tuhan semua sama"

Dari Bahasa Indonesia beralih ke Agama, sip gue berasa lagi ikut olimpiade. Apalagi? Phytagoras?.

"Aku cuma mau kamu lihat aku, La. Aku suka kamu dari kita SMP"

Jeng jeng jeng.....

Mulai dramatis, seseorang yang menyukai sejak SMP. Bagus ini bocah!, gue aja zaman SMP masih tukeran gundu, lah dia udah punya gebetan. Sungguh generasi yang mencemaskan bangsa.

"Digo, kata Bang Sat suka itu dari hati bukan dari wajah. Lola sayang sama Digo, tapi kan Digo calon adik ipar Lola"

Frontal mode on, enggak ada pengesahan kayak gitu ya !. Ini anak terbuat dari bubuk cabe kali ya?, perkataan pedasnya menyengat banget sampai ke dalam hidung. Lalu kemudian Digo berlutut, gue enggak ngajarin kayak gitu ya!. Kalau begini kan bawaannya kayak ingin melempar receh.

"Mengertilah Lola. Yang suka kamu itu aku, bukan Bang Sat. Aku janji akan bikin kamu bahagia"

Gue juga enggak ngajarin dia buat umbar janji manis, fix dia salah kitab nih kayaknya.

"Tapi untuk apa bahagia kalau tanpa Cinta, Cinta itu enggak bisa di paksa Digo"

"Enggak paksa, La, cuma kudu belajar"

"Lola udah banyak belajar di kelas"

Ini apaan sih! Klise banget, enggak ada faedahnya daritadi. Jangan sampai gue turun duit ya!.

"sstt"

Gue berbisik ke arah Digo. Gue tarik dia ke pojokkan.

"Daritadi lu bacot tapi enggak ada bobot, jangan sampai gue contohin!"

"Kan katanya tunjukkan kelebihan, yaitu dia kelebihan gue"

"Enggak gitu caranya!"

"Gue masih punya senjata ampuh bang, yang terakhir"

"Jangan lu keluarin dah, ogut ragu"

"Harus bang, ini akan buat Lola tidak bisa berlari"

Hemp, dia yakin banget lagi. Gimana ya? Kalau gue udahin, itu namamya gue matahin semangatnya, udah rapuh eh di patahin, nanti dia malah jadi makin enggak berguna di dunia ini.

"Terakhir ya. Kalau gagal, udah!"

"Iya bang"

Gue sama Digo balik lagi nyamperin Lola, Digo minta gue buat berdiri di samping dia. Entahlah apa yang mau dia lakukan, tapi dia cukup kurang ajar, karena ini memperjelas kalau gue kalah tinggi.

"Ada satu lagi yang mau kasih liat ke kamu"

Suasana mulai serius, gue juga lagi nungguin, ulah apa yang akan di perbuat sama makhluk ini. Gue memperhatikan dia, ini kok gerakannya mencurigakan, dia melepas memegang kancing dengan celananya, lah ini mau ngapain bocah, dia menurunkan sletingnya, lalu.....

"Aaaaaaaaaaaaaaaa"

Bodoh!, enggak penis nya di kasih lihat juga!.

Plakkkkkk

Gue pukul kepalanya lalu bantuin Lola tutup mata pakai telapak tangan gue.

"Woy! Ngapain lu bukan celana sih!"

"Cuma ini! anu gue kan lebih besar daripada punya lu!"

"Dasar bodoh!!!!, otak lu enggak bisa

lu geser dulu dari dengkul ya!"

Gue menarik Lola keluar, dia terlihat, panik, pucat dan takut. Ya iyalah, jangankan dia, gue aja pucat. Anjirrr punya di gede banget!. Kenapa sih Mama dan Papa mencetak dia dengan Anugrah terindah yang seperti itu?.

Lola terlihat menangis dia berlari dan menuju ke kelas. Duh kalau dia ngadu sama bokapnya gimana?, nama keluarga akan tercoreng karenga barang haramnya sih Digo. Duh IQ gue memang lebih rendah dari Digo, tapi gue enggak pernah terpikir untuk menunjukkan barang gue sebagai pemikat wanita, lu pikir gue gadun!.

Pulang sekolah Digo nyuekkin gue, eh bambank ada juga gue yang harus marah! Punya izin darimana bisa memiliki penis lebih besar daripada gue!.

"Kenapa sih Sat adik kamu?"

"Spermanya terkontaminasi ma", jawab gue lalu pergi.

"Apaan sih, sperma sperma. Mama kan jadi kangen Papa!"

Malamnya Digo masuk ke kamar gue, tampangnya begitu sangar kayak penjajah yang mau merampas kinder joy.

"Ngapain lu bocah gila!"

"Lola bukannya nerima gue malah benci gue!"

"Ya iyalah! Lu enggak waras caranya! Masa lu nunjukkin barang haram kayak gitu!"

"Tapi itu lah keunggulan gue"

"Enggak usah loe bersombong diri ke gue dengan itu wahai pemuda!. Minta di urai mukanya!"

"Terus gimana lagi caranya?. Ya tanya sama diri lu! Bikin malu lu!"

Lalu dia keluar dari kamar gue dengan wajah yang murung. Ya malu lah gue, kan jadi jelas kalau dia lebih unggul. Gue masih tidak terima kalau hal itu dia punya yang lebih besar, ternyata dia lebih jantan!. Kenapa Mama dan Papa tidak adil!, mungkin waktu mereka bikin gue penetrasinya kurang dalam!, ya wajarlah anak pertama mungkin mereka lagi nyoba - nyoba posisi, eh taunya gue jadi. Tapi kan jadinya enggak sempurna!. Kenapa nasib gue seperti ini!.