Bagi gue nasi sekarang terasa beras yang di kukus, Pizza pun terasa adonan berbentuk lingkaran, Chattime terasa coklat padahal gue belinya yang Vanilla (Author : bisa enggak loe hentikan ke bambangan loe itu hah🙄). Iya ini gue serius! Etdah!.
Sejak malam itu, Lola terlihat bagai Gadun. Gue kayak pecun perawan yang lagi jadi inceran. Ampun Om tante, aku masih segel, burung aku masih belum tahu apa rasanya sulfur.
Gue kayak enggak semangat hidup, tapi masih belum mau mati. Takut bunuh diri, takut sakit, takut di suntik.
"Lu kenapa sih Sat?," tanya Si Dimas.
By the way, sekarang gue lagi ada di kelas. Tiduran di atas meja sambil menunggu bel masuk.
"Meratapi kehidupan, Dim"
"Memang lu kurang apa?"
"Kurang kasih sayang dari Dakota, Dim"
"Semprul!. Gue serius nih kepeduliannya"
"Lu tahu adik kelas Dora itu kan?"
"Si Lola, gebetan Adik lu itu?"
"Iya"
"Kenapa?"
"Panjang ceritanya, udah kayak menceritakan kisah dari mataram kuno sampai ke Majapahit. Tapi cerita gue ini lebih pahit"
"Intronya panjang banget ya"
"Intinya Lola itu bikin bokapnya setuju kalau gue yang jadi pacarnya Lola"
"Di jodohin?"
"Ya satu spesies sama itu lah"
"Terus Dakota?"
Mendengar nama indah itu bulu gue jadi berdiri, roh gue rasa bangun duluan sebelum jasad. Pokoknya Dakota itu menggugah selera.
"Hai, Sat"
"Fatamorgana yang Indah," gue berasa Dakota berdiri di depan gue, manggil nama gue dengan suara yang begitu merdu.
"Gue nyata, Sat"
Pok pok pok...
Pipi gue di pukul tiga kali, lalu gue sadar kalau ini adalah takdir. Bidadari surga ada di depan mata, pukul lagi dong neng biar hidup.
"Sat?"
"Cium pipi nih boleh", kata gue sambil nengok ke kanan, seakan pasrah menyerahkan pipi gue.
"Yee hahaha apaan sih lu. Oya besok datang ya ke rumah"
"Secepat itu? belum beli seserahan nih"
"Hahaha apaan sih!. Besok gue ultah"
"Oh Princess ultah. Iya pasti, gue bahkan akan berenang ke samudra paling dalam lalu mengambil mutiara paling indah. Terus aku tanam di pekarangan rumah kamu, biar tumbuh nanti kamu makin tajir berternak mutiara he he"
"Hahahah lu lucu banget sih", katanya sambil nyubit pipi gue.
Aduh cubitannya aja enggak berasa sakit, kayak lagi di facial.
"Yaudah ya. Dim, lu juga datang ya"
"Pasti"
"Yaudah, bye"
Dakota kasih senyuma ke gue lalu berbalik dan melenggang pergi, dari belakang lenggok - lenggoknya beugh kelihatan kayak titisan nyai srintil. Aduhai, bikin mabok kepayang. Di otak auto mikir, gue harus 100 X jadi lebih ganteng nih buat besok malam apa perlu gue tapa dulu minta susuk?.
***
Dakota dan hari ulang tahunnya bikin gue terbayang - bayang, enggak selesai - selesai otak ini gue pakai buat mikir, padahal biasanya di otak cuma santai sambil makan chiki seharian. Kasih hadiah apa ya?. Harus spesial dong, untuk orang yang cuma satu di hati. Hati gue pun cuma ada satu, sudah untuk mencintaimu (Dakota). Gue buka lemari dan ambil celengan, maaf petok aku harus menyakiti kamu, tapi aku enggak punya pilihan, kamu relakan aku sakiti?.
Prakkkkk
Tubuh petok terbelah - terbelah, terserak - terserak. Maaf petok kamu harus mati tapi tenang kamu akan di kenang oleh zaman. Zaman Bucin, jiaahhh.
Satu per satu gue rapikan, lembaran - lembaran fulus serta butiran - butiran receh dua tadah dengan telapak gue yang halus nan lembut.
"100, 200, 300, 400...."
Gue hitung dengan tingkat ketelitian yang begitu tinggi, kecerdasa di atas minimal, pokoknya tidak akan terlewatkan meski waktu datang dan berlalu sampai kau tiada bertahan.
Setelah lama menghitung ternyata gue mendapat 20 lembar uang 100 ribuan. Ya gila aja ngitung uang 20 lembar aja lama banget!, saking butuh panggung ini author. Tapi uang segini bisa buat beli gerai KFC enggak ya?. Kan lebih berharga itu kalau kita kasih pancingnya, bukan ikannya. Apa gue harus bikin empang buat Dakota?.
Sore itu gue datang ke sebuah Mall di Jakarta, gue muter - muter buat cari kado, muter - muter mengelilingi ya bukan di situ - situ aja kayak hati kamu #eh. Gue beli apa ya buat Dakota?. Yang berharga sampai ke dalam?, lalu gue berdiri di depan gerai BeHa, apa perlu gue beliin kancut?, cewek harus sering - sering ganti kancut kan!.
Duh apa ya? Susah banget sih sama kayak menaklukannya. Lalu gue berhenti ketika melihat sepasang sepatu hitam yang cantik, modelnya Flat, ada pita merah di tengah. Ini cantik nih, beli ini aja lah.
Gue masuk ke tokonya lalu melihat sepatu itu dari dekat. Ada mbak - mbak SPG deketin gue, gue geser ke kiri, dia ikut geser, gue mundur dia juga, dia orang atau tulang ekor sih! Ngikutin mulu!. Saya enggak suka loh mbak sana agresif!.
"Mas, mau beli itu?," mbak itu tiba - tiba bersuara.
Emang gue ada tampang mau nyolong?. Enggak lihat apa tampang kece begini!.
"Iya lah mbak"
"Harganya 1,8 juta tapi"
Wadaw, dia pikir gue enggak mampu beli. Tapi mahal banget isi dua tapi 1,8 juta, enggak bisa tambah satu lagi biar 3?.
"Ya gapapa, mbak"
Dia pikir !
Jadi pengen nyanyi lagu Sherina kan. Gue bawa itu langsung ke meja kasir.
"1,8 juta mas"
Gue barisin tuh lembaran uang gue di depan meja, jangan ngeremehin kerja keras si petok ya!, dia sudah begitu setia menjaga uang gue ini!.
Dengan membawa bungkusan itu, gue melenggang keluar dari toko. Lalu satu yang baru gue sadar, sepatu tadi nomor berapa ya? Bodoh! Karena kesulut emosi gue asal ambil aja. Yah beginilah jiwa muda, terlalu gegabah.
Sampai di rumah gue hanya bengong di depan sepatu yang gue beli tadi. Sambil terus - terusan ngebego - begoin diri sendiri. Anjay, nomor rumah aja kagak tahu apalagi nomor sepatu. Dengan tingkat kesotoyan yang melewat batas dan melampuinya, gue terlalu jauh mengambil langkah. Uang 1,8 juta gue lenyap tanpa tahu ini bakal ada guna atau enggak. Gue balik sepatunya buat lihat nomornya, 37!. Gue kayak main lotre besok, kalau muat syukur kalau enggak udah lah gue kasih diri gue aja buat dia. Ashiap.
***
Ceritanya hari telah berganti, ada ya cerita wattpad kayak gini. Gue cepetin karena malas jika menceritakan kemesuman bonyok gue, atau kadang menemukan kondom di bawah maja makan. Sorry gue takut kena pasal RUU KUHP, gawat kalau bokap enggak jadi captain America lagi, bisa kosong kartu SPP gue.
Kalian tahu ada yang tidak di harapkan terjadi, haduh apa gue harus ritual mandi kembang tengah malam supaya terbebas dari Ghumatong ini?.
"Bang Sat"
"Lu ngapain coba kesini?"
"Aku di rumah sendirian"
"Sumpah gue enggak nafsu"
"Jadi, aku kesini"
"Itu juga tidak akan merubah keadaan"
"Kata Mama boleh main sama Abang"
"Emak lu?"
"Bukan! Mamanya Abang"
Dia udah sabotase keluarga gue sekarang, jangan sampai dia merampas semua hak gue di rumah ini. Gue bawa handuk lalu ke kamar mandi.
"Abang mau ngapain?"
"Menyiram ribuan bunga mawar di taman"
"Di kamar mandi Abang ada tamannya?"
"Jangankan taman, surga dunia juga ada"
Ketika gue mau masuk, gue merasa ada sesuatu yang membuntuti gue, gue berbalik.
"Lu ngapain di belakang?"
"Penasaran sama surga dunia!"
"Ini urusan cowok!"
Brakkkk
Gue masuk dan banting pintu, jelas dia tidak akan mengerti meski di jelaskan ribuan kali. Hanya kita saja (para lelaki).
***
Setelah 1 jam di kamar mandi, rasanya udah kayak baru lahir lagi. Segar, bersih dengan dosa tersembunyi. Gue enggak tahu ini anak mungkin terbuat dari semen, dia betah berdiri kayak patung di depan pintu kamar mandi nungguin gue.
"Daritadi lu berdiri?"
"Iya karena enggak ada bangku"
"Bagus. Besok lu gantiin maneken aja di store matahari, kasian mereka enggak ada temen gantian shift"
Dia masih ngikutin gue, udah kayak bayangan hitam. Dia itu bukan tercipta dari ari - ari gue kan?.
"Gue mau ganti baju"
"Oh. Lola ngumpet dulu deh di kamar mandi"
"Lu keluar!!!!"
Wajahnya berubah lesu, kayak berat banget ngelepasin gue. Asli, gue pengen search di google gimana caranya lepas dari dia!.
"Cepat keluar!"
"Iya iya"
Gue buru - buru ganti baju, sebelum dia tiba - tiba masuk menjadi nafsu hingga nekat merenggut keperjakan gue. Eh, ini kan kita mau berangkat ke pesta Dakota, pakaian enggak boleh biasa nih. Gue berlari lalu mengunci pintu,
Cek cek
Nah aman bugil nih!.
Gue memperhatikan semua isi lemari gue, lalu gue baru menyadari kalau isinya enggak ada yang berfaedah. Astaga, gue ini sejenis manusia tampan kan? Kenapa baju gue mesum semua. Gambar bibir sexy dan pantat spongeboob, enggak mungkin gue ke pesta begini. Gue menarik baju batik, enggak mungkin lah! Gue kan enggak ada niat rapat di balai desa. Aha!. Gue kembali memakai baju asal, terus keluar dari kamar.
"Udah? Kok enggak berubah?"
Ya tuhan ini bocah ngapain berdiri di depan pintu gue! Kan mesum kan!.
"lya ngapain masih di sini?"
"Takut Abang butuh pertolongan"
"Ini rumah bukan alas roban, jadi tolong anda pikirkan dengan akal bukan dengan ikal. Paham?!"
Pikiranya ribet!, terlalu berputar kayak komedi putar yang terus di gowes sama abang - abang.
Gue masuk ke kamar Digo, bagi sebagian besar saudara sedarah, pembajakan lemari itu hal yang lumrah. Bahkan wajib, kalau belum melakukan itu, coba periksa DNA sana!. Gue memilih pakaian milik dia, wah keren juga nih baju. Gue ambil T-shirt polos warna hitam, cinos panjang warna coklat, jas warna baby blue, cucok banget Digo gue kira dia dememnya sama yang bernuansa tengkorak.
Gue buru - buru keluar dari kamar, harus cepat sebelum tuan tanah datang. Wuusshhh, dengan kecepatan tinggi! Berlari pahlawan bermawar.
"Minggir lu benalu!", ucap gue sambil melewati Lola yang masih nungguin gue di depan pintu kamar gue.
***
Nah jadi tambah ganteng!, gue sedang bercermin dengan pakaian saudara yang melekat di tubuh gue. Ini baju kalau di pakai Digo pasti biasa aja, beda sama sekarang. (Author : 😳😵).
Gue keluar bersama kado terindah yang sudah gue siapkan, tak lupa juga dengan setangkai mawar yang baru gue petik di taman.
"Abang mau kemana?"
Dari atas sampai bawah, dari gunung sampai ke lembah, ini anak jaraknya enggak kurang dari 5 cm di dekat gue. Kalau dia pokemon, udah gue masukkin dia ke bola.
"Lola ikut!", ucapnya dengan tegas, tanpa ragu kalau gue bakal bilang iya.
Tapi Maaf Lola kagak ada yang ketemu calon pacar bawa cewek yang lagi naksir. Dunia apa yang seperti itu.
"Ya enggak bisa lah!"
"Lola bawa mobil, sama sopir"
"Gue enggak matre ya. Lu pikir gue cowok apaan!"
Dia melangkah ke depan gue, berjongkok dengan wajah yang begitu menyedihkan.
"Aku bakal begini terus kalau enggak di ajak!"
"Eh gini ya, Dora live in action. Di mana - mana juga enggak ada sejarahnya cowok bawa penggebetnya ketemu sama gebetannya!. Apalagi penggebetnya cewek frontal macam lu, itu namanya gali kubur!"
"Makanya biar Lola aja yang gali, biar Abang enggak lelah"
"Gue bukan mau gali kubur beneran!"
"Pokoknya Abang mau gali kubur kek, gali sumur kek, gali lobang tutup lobang kek, Lola rela ikut!"
"Gue nya yang enggak rela! Lola! setidaknya otak olimpiade lu itu di gunakan untuk memahami keadaan ya! Oke?"
"Huaaaa pokoknya Lola mau ikut huuuu hiks hiks"
Mampus dah tuh, nangis dia kayak anak TK. Haduh, ini karma nih karena gue suka nge bully anak ayam warna - warni.
"Lu jangan nangis! Di sangka gue pemerkosa"
"huaaaaaaa"
Duh malah tambah keras lagi!, dukun siapapun tolong santet dia!. Atau lebih baik gue aja yang di santet daripada dengerin tangisannya dia, enggak ada mendayu - dayunya sumpah! Aarrgghh!.
"Iya oke! Oke! Tapi berhenti tuh rengekkannya. Suaranya fales!"
"Hik hik hik iya"
Dia berdiri dan menghapus air matanya, kagak ! Kagak sudi gue usapin! Dia belum seberuntung itu.
Dia pergi aja tanpa berganti gaun atau apapun, sumpah berasa anak TK lagi di bimbing sama emaknya. Gue nebeng di mobil dia, ya manfaatin aja, lumayan lah mobilnya pintu geser smooth.
"Abang bawa kado? Buat Kak Dakota? Ngapain? Memang enggak ada orang lain yang bisa di kasih kado"
"Ya gue naksirnya sama Dakota"
"aku tebak ya Dakota itu cuma sakitin Abang"
"Dia manusia!, bukan bunga pemakan serangga"
"Memang Abang itu belalang?"
"Kepik!"
Gue sampai di depan rumah Dakota, rumahnya aja seperti istana pantas kalau yang tinggal disini tuan putri. Gue masuk ke dalam, gue lihat sudah banyak tamu yang datang. Di belakang gue masih ada Lola yang membuntuti dengan tampilan yang biasa.
"Sat, lu kok bawa pengasuh?", tanya Dimas yang menghampiri gue.
"Dia itu udah kayak Lukhtep, ngikut aja sama yang mengadopsi"
Gue nengok ke belakang buat kasih peringata ke Lola,
"Anteng ya! Jangan bikin ribet! Jangan ngerepotin!"
"Iya, Abang. Lola akan jadi cewek baik"
"Huh"
Gue masuk ke dalam mencari - cari Dakota dengan mengendus keharumannya. Lalu di ujung sana, ada dia bersama dengan teman - temannya.
Dia cantik guys, pakai gaun warna biru. Dia melihat ke arah gue lalu meninggalkan teman - temannya. Enak ya jadi gue sekarang, selalu bisa di lihat sama dia.
"Hai, Sat. udah datang ?"
"Iya. Ini"
Gue berikan hadiah yang sudah gue siapkan buat dia. Dia menerimanya dengan senyum yang begitu sumringah.
"Thanks ya, Sat"
"Sama - sama, semoga selain suka sama hadiahnya, kamu juga sama aku"
"Hahahah lucu banget sih lu"
Dia pun berjalan menuju tempatnya, dia bersiap untuk tiup lilin. Gue pun berdiri di dekat dia, ya supaya dia enggak susah nyari guenya.
Gue melihat ke arah dia terus, habisnya cantiknya bukannya malah kurang malah makin tambah sih. Tapi, tiba - tiba
"Hai, sayang", Ifan memeluk dan mencium kedua pipinya.
Wait!, ini kenapa posisinya kayak gini! Ini kenapa kenyataan berubah jadi pahit lagi?.
"Maaf, tapi gue udah balikkan sama Ifan"
Prakkkk
Hati gue terasa terpotek, remuk, hancur terserak ke tanah. Dakota merangkul pinggang Ifan. Dan gue cuma bisa mengepal tangan dengan hati yang berserakan. Tidaaakkkkkk!!!!!.
"Kak Dakota enggak bisa begitu dong!"
Terdengar teriakan dengan warna suara tak mengenakan, ini Lukhtep ngapain sih nambahin kehancuran diri gue.
Dengan gagahnya Lola berdiri di depan Dakota.
"Kakak jangan PHP! Kenapa balikkan sama Ifan, kan Kakak kasih harapan ke Bang Sat!"
"Eh lu jangan nyolot dong!", balas Dakota dengan mendorong Lola.
Lola terdorong ke belakang tapi belum sampai jatuh, Lola jadi makin marah dia meraup kue yang ada di depannya dan melemparkan ke wajah Dakota nan cantik.
"Aaaaa!. Kurang ajar lu!"
Gue pun segera menarik Lola, tapi ini cewek berat banget. Dia masih berdiri kokoh udah kayak semen Padang.
"Kakak yang kurang ajar! PHP seenaknya"
Dia ambil kue lagi dan di lempar lagi, alhasil Dakota jadi makin berantakkan. Dakota udah enggak bisa nahan emosi, dia lantas menjambak Lola, terus Lola balas jambak juga. Mereka pun jambak - jambakan dengan gue yang cuma bisa ngeliatin mereka dan bingung mau ngapain.
"Kakak jahat! Sakitin, Bang Sat!"
"Bukan urusan lu anak kecil"
"aku bukan anak kecil!"
Si Ifan lucknut itu malah ikut - ikutan, dia narik Lola dengan kasar. Wah kriminal tuh namanya!, entah kenapa gue mendadak enggak terima. Gue datang ke Ifan dan mukul dia.
Bwakkkk
"Lu jangan kasar sama perempuan!"
"Gue mau nyingkirin si monyet itu dari pacar gue!"
"Tapi bukan gitu caranya!", jawab gue sambil mencengkram krah bajunya.
Tiba - tiba Lola menarik gue, hingga si lucknut bisa lepas dari gue. Lola berdiri di depan Ifan lalu dia maju, menyeruduk perut, mengangkat badan Ifan dan
brakkkk...
Ifan di banting!, sadishhh hulk live in action.
"Waaaduwww"
"Jangan kasar sama Lola dan sama Bang Sat!"
"Wah cewek gila!"
"Mau sekali lagi?"
Gue tarik - tarik supaya keluar dari pesta, gawat! Bisa porak poranda dunia ini.
"Abang mau bawa pergi Lola?"
"Ya iyalah!"
"Tunggu!"
Dia menarik tangannya lalu berlalu nyamperin Dakota yang masih sibuk shock dengan penampilannya. Begitu percaya dirinya Dakota mengambil hadiah yang gue kasih dari tumpukkan kado di dekat Dakota.
"Mau lu apain kado gue?"
"Kakak enggak pantas dapat jerih payah dari Bang Satria"
Dengan kekuatan bintang, bocah itu dorong Dakota hingga jatuh. Dengan tampang meledek, Lola balik lalu melirik dengan ekor matanya.
"Ayo kita pulang!"
Sekarang giliran tangan gue yang di tarik dan di giring seperti kuda.
Mungkin ini yang namanya karma.
Gue terus di seret jalan tapi malah ninggalin mobilnya. Mobil pintu smooth itu di tinggalin gitu aja, ini anak apa cuma nyeduh aja ya buat dapat yang begituan?.
"Eh eh tunggu! Kenapa kita jalan kaki sih?"
Akhirnya dia berhenti, dia berbalik dan memandangi gue.
"Untuk menghilangkan kesal"
"Dengan jalan kaki ninggalin mobil mewah? Wah santuy banget ya hidup lu!"
Dia merobek kertas kado yang membungkus kado gue, dia membuka kotaknya lalu mencopot sepatunya dan di ganti dengan sepatu yang gue beli.
"Eh enggak usah di ambil lagi!, biar patah hati tapi kan gue tulus kasihnya"
"Daripada ini di pakai perempuan jahat, biar saja Lola pakai", katanya sambil menunjukkan sepasang sepatu yang enggak sengaja muat di kakinya. Hanya Info kalau cerita bukan Cinderella ya!.
"Kagak sopan, hadiah udah di kasih masa di minta lagi!"
"Daripada nanti tidak di hargai"
Dia menggandeng tangan gue dan mengajak gue berjalan, kayak di film Dilan. Sakit sih memang, menusuk hati.
Gue pikir kemarin itu Dakota ngasih kesempatan eh ternyata ini semua hanya salah paham. Hahahah bisa - bisanya pola pikir gue dangkal.
Mungkin efek patah hati membuat gue jadi pasrah di gandeng si Lukhtep ini kemana pun. Gue juga pasrah sepatu yang gue beli dengan uang kertas yang gue kumpulkan dengan segenap hati, sepenuh jiwa sampai hampir gila.
"Sepatunya biar Lola yang pakai saja Bang. Akan Lola jaga, walau ini rusak akan tetap Lola rawat. Kan seperti yang Abang selalu bilang, kalau jatuh cinta itu dari hati"
Terserah lu, Tep. Gue lagi meresapi kebodohan gue karena secarik cinta. Rusak reputasi gue sebagai ahli cinta, berakhir di dalam lubang PHP. Memang jatuh Cinta itu dari hati, tapi terkadang orangnya yang tidak pakai hati. Ujung - ujungnya bego!.