Chereads / The Seven Wolves: The Collateral / Chapter 45 - The Cherry On Top

Chapter 45 - The Cherry On Top

Dengan penerangan yang diberikan oleh para pengawalnya, James Harristian menyelam ke dasar kolam untuk mencari kalung milik Delilah Starley. Entah apa yang dipikirkannya sehingga ia mau menyelam dalam keadaan kolam renang yang dingin dan dalam. Ia bahkan rela mengambil napas beberapa kali ke permukaan untuk kemudian menyelam lagi ke dasarnya.

Matanya berbinar saat bias cahaya lampu sorot kemudian membuat kilauan kecil di dasar kolam tak jauh dari tempatnya berenang. James langsung memajukan dirinya lalu memungut kalung tersebut. Ia segera naik ke permukaan dengan kalung yang melingkar diantara jemarinya.

Kepalan tangannya adalah yang lebih dulu muncul ke permukaan. Dan begitu ia muncul dengan kalung di tangannya, para pengawalnya lalu bersorak sambil bertepuk tangan. Kepala James muncul ke permukaan dan ia menyeka air di wajahnya segera.

Tak lama, Grey berlari menghampiri James yang berenang ke tepi kolam dan naik. Ia memberikan jubah agar James tak kedinginan. James menarik tubuhnya dengan bantuan uluran tangan Earth dan terengah sewaktu naik ke atas. Seorang pengawal lalu berlari masuk ke dalam mansion lalu menyahut pada temannya.

"Kalungnya sudah ditemukan oleh Tuan Belgenza!" pengawal yang menerima berita dari lantai atas lalu mengangguk dan memberitahukan pada semua orang di lantai itu bahwa kalungnya sudah ditemukan.

"Nona... kalungmu sudah ditemukan!" sahut Lordes dengan wajah semringah. Delilah sontak berdiri dari posisi merangkak di lantai dengan wajah terkejut.

"Benarkah!" jawabnya antusias. Lordes mengangguk cepat.

"Siapa yang menemukannya?"

"Tuan Harristian!" mata Delilah membesar. Ia spontan berlari keluar kamar lalu menelusuri koridor dan turun melalui tangga utama. Disana James sedang berjalan masuk kembali ke mansion dengan memakai jubah yang belum terkancing dan badan basah meneteskan air ke lantai.

Delilah berhenti di ujung tangga dengan mulut terbuka dan mata membesar. Bukan karena James sudah berhasil menemukan kalung itu karena penampilannya yang luar biasa seksi.

Tubuh basah dengan perut sixpack serta bahu sempurna dan kulitnya seakan berkilauan disinari lampu di ruang tengah mansion ditambah bonus rambut basah yang masih meneteskan air adalah pemandangan seorang pria yang bisa membuat wajah Delilah memerah bagai tomat.

James berjalan ke arah Delilah seperti model catwalk. Ia benar-benar seperti manekin hidup dan sikap dinginnya makin membuatnya terlihat tampan.

"Aku menemukan kalungmu!" ujar James pada Delilah yang tertegun melihat wajahnya. Tangan James lalu naik ke depan wajah Delilah memperlihatkan kalung itu. Barulah Delilah sadar saat melihat liontin bulan sabit dari kalung tersebut. Tangannya otomatis hendak mengambil benda itu namun tangan James lebih cepat memindahkannya. Ujung bibir James naik membentuk cengiran jahat ala James Harristian.

"Tidak semudah itu, Candy! Tsk... tsk!" James menggeleng lalu melewati Delilah untuk naik ke lantai atas masih dalam keadaan basah. Sesampainya di lantai dua ia berdiri menerima tepuk tangan dari beberapa pengawal yang masih berada di sana.

Dengan angkuhnya, ia mengangguk dan memberi tanda agar mereka berhenti bertepuk tangan.

"Sekarang semua orang turun. Aku tidak ingin ada siapapun di lantai ini. Dan jangan ganggu aku sampai pagi!" ujar James dengan nada tegas.

"Baik Tuan!" sahut semua pengawal. Semua pengawal dan Lordes lantas keluar dan turun ke lantai bawah. Sementara Delilah yang malah mengikuti James ke lantai dua berdiri di belakang James dan kebingungan saat melihat semua pengawal turun.

"Selamat malam, Tuan Harristian!" ucap Lordes sebelum turun. James hanya mengangguk sekali dan Lordes pun ikut pergi meninggalkan mereka berdua usai memberi senyuman manis pada Delilah.

James lalu sedikit menoleh ke belakang dan tau Delilah mengikutinya, ia menyengir lalu kembali berjalan masuk ke kamar utama. Pintu kamar sudah diganti dan kembali berfungsi normal. Delilah sendiri tak punya pilihan selain mengikuti James kemana pun dia pergi karena kalung itu masih ditangannya.

"Tuan J, kalungku," ujar Delilah masih mengekori James sampai ke kamarnya.

"Huh... apa katamu?" James berbalik sedikit puar-pura bodoh dengan nada sedikit sinis.

"K-kalungku... itu kalungku," jawab Delilah lagi. Ia tak sadar tengah dijerat oleh James Harristian. James pura-pura cuek dengan mengangkat bahu lalu masuk ke dalam walk in closet dan hendak mengeringkan rambutnya.

Delilah yang masih tak mengerti lantas mengikutinya masuk ke dalam walk in closet. Dengan santainya, James menurunkan celananya yang basah dan Delilah yang berada di depan pintu spontan berteriak lalu membalikkan tubuhnya. Ia berlari keluar dari ruang ganti itu sementara James terkekeh melihat tingkah Delilah yang mengira ia tak memakai celana dalam.

"Apa yang dia lakukan!" pekik Delilah bergumam dengan wajah merah dan napas tersengal.

"Aku hanya ingin kalungku kenapa dia malah membuka celananya di depanku," tambahnya lagi. Delilah masih dalam mode panik tapi James ternyata sudah berada di belakangnya. Delilah yang menyadari spontan berbalik tapi James terlalu dekat bahkan makin mendekat. Ia belum memakai baju hanya celana panjang hitam dengan rambut masih basah dan acak.

Delilah jadi makin mundur karena James terus maju. Dan ketika belakang lutut Delilah menyentuh sudut ranjang, ia hendak terjatuh ke belakang dan James langsung menangkap pinggangnya. Kini napas Delilah yang seakan berhenti. Wajahnya jadi begitu dekat dengan James yang tak tersenyum sama sekali.

Mata James terlihat berbeda. Tak ada mata buas seperti saat dulu ia pernah memasukkan Delilah ke RedRoom. Netra mata coklat tajam dan bening itu membuat mata biru topaz Delilah hampir tak berkedip. James menaikkan lagi sebelah tangannya yang memegang kalung itu dan Delilah hendak mengambilnya lagi. Tapi tangan James semakin meninggi dan tangan Delilah terlalu pendek untuk meraihnya. Sementara posisi mereka masih sama.

"Aku ingin melakukan pertukaran. Kalungmu dengan permintaanku!" ujar James mencoba menyembunyikan detak jantungnya yang tak teratur.

"Pancake?" sahut Delilah masih dengan kebodohannya.

"Huh... kamu pikir aku anak kecil. Aku akan mengembalikan ini kalau kamu mau menuruti permintaanku."

"Permintaan apa?" James menyengir jahat. Ia mendekat dan berbisik di sisi telinga Delilah.

"Memuaskanku di RedRoom!" Delilah membesarkan matanya dan melirik James dengan pandangan tidak percaya.

"A-apa..."

"Iya, kamu pikir apa yang aku inginkan selama ini darimu. Atau begini saja, aku akan berikan penawaran lebih manis. Kalau kamu bisa memuaskanku sampai pagi, aku akan membebaskan semua utangmu. Dan kamu bisa bebas dari sini," tambah James memberi pemanis pada penawarannya.

Delilah rasanya tak bisa bernapas karena penawaran itu. Ia melirik pada kalung yang bergantung di sela jemari James lalu memandang pria itu lagi. Pada akhirnya, James Harristian hanya menginginkan tubuh Delilah Starley sebagai pemuas nafsu semata.

"Jangan terlalu lama. Aku tidak suka buang waktu," ujar James lagi makin mendesak Delilah.

"A-aku tidak tau caranya... m-memuaskan..." James mendengus dan tersenyum.

"Aturannya sederhana. Kamu hanya perlu diam dan menikmati. Jika aku menyuruhmu berteriak maka kamu boleh melakukannya tapi jika aku tidak mengijinkannya, dan kamu masih melakukannya, kamu akan mendapatkan hukuman." Delilah membuka mulutnya dengan ekspresi terkejut. Ia sudah menelan ludah berkali-kali. Delilah tak punya kesempatan untuk membela diri atau memiliki pilihan lainnya.

Ia akhirnya hanya diam saja saat dibawa James keluar dari kamar menuju kamar neraka itu. James bahkan sengaja tak memakai atasan, ia berjalan sampai ke depan pintu kamar dan membukanya. Ia menunggu Delilah yang mengikuti dari belakang dengan kepala menunduk.

Delilah akhirnya masuk dengan wajah pucat sementara James berada di depan pintu memegang pegangan. Setelah pintu ditutup, Delilah makin ketakutan. Bayangan ia diikat dan James mengamuk di ruangan itu membayangi pikirannya lagi. Terlebih ia pernah melihat wanita yang disiksa James sewaktu bermain di kamar itu terlihat mengenaskan bagi Delilah.

James lalu memegang kedua pundak Delilah dan mendorongnya perlahan ke ranjang berlapis seprai berwarna merah itu. Ia mulai menaiki tubuh Delilah yang terlentang di atas ranjang. Delilah yang ketakutan lalu menutup matanya rapat-rapat. Ia sudah pasrah jika akan menjadi santapan James malam ini.

Wajah James makin dekat dan mulai menyentuhkan ujung hidungnya dari bulu mata, tulang hidung dan pipi Delilah. Ia sedang mencium wangi Delilah yang membuat James suka. Entah apa itu, tapi James selalu merasa nyaman dengan wangi dan hangatnya tubuh Delilah.

"Buka matamu, Candy. Lihat aku," desah James dengan posisi yang sangat dekat dengan Delilah. Delilah membuka matanya perlahan tapi ia begitu ketakutan.

James sedang membangkitkan gairah hewannya pada Delilah. Ia ingin menyiksa, mendengar rintihan dan kata-kata menyerah dari Delilah.

Biasanya James selalu mulai dengan mengikat dan ia sangat ingin melakukannya pada Delilah. Tali sudah tersedia tapi James tak kunjung melakukannya.

Ia mencoba lagi dengan membenamkan wajahnya di leher Delilah tapi tidak... keinginan itu tak muncul sama sekali. Justru sisi lembutnya yang muncul, James jadi bingung dengan dirinya sendiri. Ia jadi tak bisa melakukan apapun. James menaikkan lagi wajahnya sehingga sejajar dengan Delilah. Rasa gugup itu datang lagi saat melihat mata biru Delilah.

"Aku lapar... buatkan aku pancake yang kamu janjikan," ujar James tiba-tiba.