James mendengus kesal lalu menarik lengan Delilah yang tengah memeluk Kakaknya, Oliver. Ia membawa Delilah ke belakang tubuhnya sebelum mendekat lagi pada Oliver.
"Cukup dramanya! Sekarang beri tahu aku siapa yang sudah menyuruhmu!" hardik James dengan wajah kesal. Delilah yang melihat James berbuat kasar lagi pada Oliver jadi kesal. Ia menarik lengan James meminta penjelasan.
"Tuan J, apa maksudmu bicara seperti itu pada Oliver!" tanya Delilah ikut kesal tapi masih dengan suara lembut.
"Jangan ikut campur, Candy! Mundur!" balas James setengah berbisik. Tapi Oliver mendengarkannya. Di kepalanya telah tersusun rencana yang sudah ia susun bersama Ayahnya Mark sebelum ia tewas. Ia masih menunggu kesempatan.
"Tidak... kamu tidak boleh menyiksa Oliver lagi. Apa maumu?" James lalu mendelik pada Delilah berusaha mengusirnya pergi dari basement itu.
"Aku blang pergi! Grey!" Grey lalu menarik kedua lengan Delilah untuk membawanya keluar dari ruangan itu. Delilah sempat melawan meski Grey berusaha agar tak kasar tapi ia terus menarik Delilah bersamanya.
"Tunggu... aku masih mau bertemu Kakakku," ujar Delilah dengan wajah sedih.
"Lepaskan adikku!" ujar Oliver berteriak. Ia mencoba mendekati Delilah tapi James kemudian menghalangi dengan mencekal rahangnya. Oliver kemudian melawan lagi dan James terpancing untuk terus menghalanginya dengan mendorong keras sampai ia terjungkal ke belakang. Melihat itu, Delilah makin berusaha melepaskan diri. Beberapa anak buah James kemudian datang memegangi Oliver agar ia tak menyerang James. Namun Delilah melihatnya berbeda. Ia merasa James akan menyiksa Kakaknya lagi.
"Lepaskan Kakakku, Tuan J!" teriak Delilah sambil menangis dan berusaha melepaskan diri dari Grey. Tapi James sudah kepalang emosi dan memukul perut Oliver sampai ia membungkuk kesakitan.
"AAAKKHH!"
"Lepaskan dia!" Delilah makin menangis dan meronta. Sementara James malah mencengkram rahang Oliver lagi dan mengancamnya.
"Aku sudah memenuhi permintaanmu tapi ternyata kamu memang mau mati! Jika kamu tidak mengaku dibayar oleh Moretti, aku akan mengumpankanmu pada hiu... JAWAB AKU!" teriak James lalu memukul wajah Oliver lagi. Delilah berteriak dan menangis memohon agar James melepaskan Kakaknya yang sudah tak berdaya.
Mungkin karena Grey tak ingin menyakiti Delilah, ia jadi tak memegang terlalu kuat dan gadis itu berhasil lolos. Ia berlari ke arah James lalu berusaha melepaskannya dari Kakaknya. Dengan cepat Delilah menampar pipi James di depan semua orang yang ada di ruangan itu.
James terdiam dan perlahan memandang Delilah yang terengah menatapnya dengan kebencian.
"Kamu benar-benar tidak punya hati. Dia sudah tidak berdaya tapi kamu masih memukulinya!" bentak Delilah sambil menangis. James masih diam dan memandang tajam wanita pertama yang menampar pipinya. Tidak ada satupun makhluk bernama perempuan yang berani menampar pemimpin Daga Nero sebelumnya. Bahkan Ibunya yang pelacur saja tak pernah menampar James. Tapi Delilah menggali kuburannya sendiri dengan menampar Harimau yang tengah tidur itu.
"Apa karena kami orang miskin makanya kamu bisa memperlakukan kami seenaknya! Kami juga punya harga diri!" Delilah makin menaikkan suaranya yang kecil. Pipinya terlihat pink karena marah. Sangat kontras dengan kulit putih pucat yang ia miliki.
"Kamu menamparku!" geram James mendekati Delilah. Tapi kali ini Delilah tak mundur seinci pun.
"Iya... aku akan melakukannya agar kamu tidak seenaknya menghina kami!"
"Apa katamu!" geramnya dengan suara lebih rendah tapi sangat menyeramkan. Grey memandang cemas pada nasib Delilah. Jika dia masih selamat kali ini maka Tuhan benar-benar sangat menyayanginya.
"Aku tidak takut padamu, Tuan J. Berhentilah memukul Kakakku!"
"Aku akan memotong tubuhnya kalau perlu!" Delilah menampar James lagi.Grey kini menutup matanya, dia takkan berani melihat kemarahan James pada Delilah kali ini. Sedangkan Delilah sama marahnya, wajahnya makin merah dan ia seakan sudah tak perduli lagi pada hidupnya. Rasanya ia sudah siap mati.
James lantas memegang tekuk Delilah dan merengkuh pinggangnya. Napas James menderu tanda ia hampir tak bisa mengendalikan dirinya lagi.
"Dengar Candy... jangan pikir aku akan terus-terusan melepaskanmu. Kali ini kamu benar-benar menggali kuburanmu sendiri dengan menamparku. Aku tidak akan pernah memaafkan yang baru saja kamu lakukan!" desis James di depan wajah Delilah dengan suara rendah sambil tak berkedip memandang matanya.
Tak seperti kelihatannya, cengkraman James tidaklah menyakitkan. Ia bahkan tidak meremas sama sekali. James benar-benar tak bisa menyakiti fisik Delilah.
"Lepaskan adikku!" teriak Oliver lagi mencoba menarik perhatian Delilah yang masih terus memandang James dari jarak dekat. Keduanya lantas menoleh pada Oliver. James lalu melihat lagi pada Delilah.
"Kamu pikir Kakakmu itu orang baik! Lihat dia!" James membalikkan tubuh Delilah agar menghadap Oliver.
"Dia sudah menipumu. Dia sengaja membuatmu terjerat utang sementara dia membuat rencana untuk membunuhku!" ujar James menuduh Oliver. Delilah sedikit membuka mulutnya melihat wajah Kakaknya. Oliver tampak bergeleng dan tak mengaku.
"Jangan dengarkan dia. Dia adalah pria jahat Delilah. DIA YANG SUDAH MEMBUNUH AYAH... DIA PEMBUNUH!" teriak Oliver makin menjadi-jadi. James membesarkan matanya. Ia melepaskan Delilah lalu berjalan ke arah Oliver dan memberinya beberapa pukulan. Delilah yang panik lalu menarik lengan James. Dan James tak sengaja menyikut rahang Delilah sampai ia tersungkur ke belakang. Setelahnya James memberi pukulan lagi ke wajah Oliver.
Suasana jadi makin kacau dengan teriakan Oliver yang terus mengatakan jika James adalah pembunuh Ayah mereka. James lalu menoleh ke belakang melihat Delilah yang terjatuh karena tak sengaja tersikut olehnya. Entah mengapa, James ingin menghampiri tapi Grey lebih cepat membantu Delilah berdiri.
"Delilah... dia yang sudah membunuh Ayah!" teriak Oliver saat tengah ditarik hendak dimasukkan ke dalam kurungannya lagi. Delilah melepaskan dirinya lagi dan akan berlari ke arah Oliver tapi tangannya kemudian ditangkap James dan ia mencoba melawan.
"Dengarkan aku... aku tidak membunuh Ayahmu!" ujar James mencoba membela dirinya. Tapi Delilah terus meronta mencoba terus melepaskan dirinya.
"Lepaskan aku!"
"Jangan dengarkan dia!"
"Percayalah Delilah, aku melihat sendiri dia membunuh Ayah. Aku melihat dia yang menghabisi Ayah. AAAHH... lepaskan aku... lepaskan aku!"
"OLIVER... LEPASKAN DIA!" teriak Delilah mencoba melepaskan diri hendak menyusul Oliver yang telah dibawa pergi. Sementara James berusaha menjelaskan pada Delilah bahwa Oliver berbohong.
"Dengarkan aku... dia berbohong padamu!"
"Pergi... lepaskan aku. kamu pembunuh!" Delilah memukul James sebisanya dan James yang tak membalas hanya mencoba mencekal kedua tangan Delilah yang coba menyerangnya. Meski tenaganya tak seberapa tapi Delilah cukup merepotkan. James terpaksa mengangkat Delilah naik ke bahunya agar ia tak melawan saat dibawa keluar.
"Lepaskan aku... lepaskan aku Tuan J! Kamu pembunuh!" teriak Delilah diatas bahu James yang membawanya keluar dari basement. Grey mendengus kesal dan mengikuti Oliver terlebih dulu. Ia harus memastikan di pengacau itu tak akan lolos kali ini.
Sementara itu James yang membawa Delilah dari basement masuk kembali ke dalam mansion dan menuju kamar utama. Ia setengah melemparkan Delilah yang menangis dan marah ke ranjang. Delilah segera bangun dan hendak mendorong tubuh James lagi. Tapi James lebih cepat dan menghimpit tubuh Delilah dengan menimpanya diatas ranjang. Delilah terus melawan dan menangis.
"Kamu lebih percaya padanya daripada aku!"
"Kamu pembunuh!"
"Aku tidak membunuh Ayahmu!" hardik James lagi menekan tubuh Delilah agar ia tak leluasa bergerak. Napas keduanya tersengal dan Delilah terus menangis.
"Pergi dariku... aku benci pembunuh sepertimu!" James menghempaskan dengan kasar tangan Delilah. Ia sudah tak tahan karena Delilah tak percaya padanya sama sekali.
"Untuk apa aku capek-capek harus menjelaskannya padamu! Kamu takkan pernah percaya padaku, iya kan!" hardik James dengan posisi tubuh setengah duduk di atas pinggul Delilah.
"Iya... aku tidak akan pernah percaya padamu. Kamu pria brengsek!" tangan James dengan cepat lalu memukul sisi ranjang persis di sebelah wajah Delilah hingga 3 kali secara beruntun. Delilah sampai menutup mata karena kerasnya pukulan yang memberi angin cukup terasa di pipinya. Ia terengah dan masih terisak kecil menutup mata karena ketakutan. Sementara James terengah mengatur napasnya karena sekali lagi Delilah membuatnya kehilangan kendali.
Tanpa bicara apapun, James bangun dari ranjang itu lalu keluar dari kamar sambil membanting pintu. James terbiasa melampiaskan kemarahannya dengan memukul siapapun lawannya tapi kali ini ia menahan bara di hatinya karena Delilah memanggilnya dengan sebutan pembunuh.
Grey yang baru naik ke lantai dua lalu menemukan James kemudian melewatinya dan berjalan ke ruangan olahraga. 5 menit kemudian, Grey menyaksikan seperti apa James meluapkan kemarahan pada punch bag dengan memukulnya tanpa henti. Kemarahan itu tak bisa diluapkan James pada Delilah, dan itu begitu menyiksa.
"AAHHHKK!" teriak James kesal ketika memukul punch bag tanpa pelindung tangan.