Chereads / The Seven Wolves: The Collateral / Chapter 50 - Ridiculous Jealousy

Chapter 50 - Ridiculous Jealousy

Delilah duduk dipinggir ranjang di kamar utama usai bertemu Oliver. Ia termenung mendengar kalimat yang diucapkan Oliver padanya. Delilah kemudian meraba kalung pemberian Ibunya yang sempat hilang dan temukan James. Benarkah penjahat sepertinya mau capek-capek mengambil kalung yang tak seberapa harganya ke dasar kolam yang dingin?

Ia menghela napas dan hanya duduk di sisi ranjang tenggelam dengan pikirannya sendiri. Delilah lalu menoleh ke arah pintu saat mendengar suara ribut-ribut di luar kamar. Ia bangun dari posisi duduk dan berjalan membuka pintu. Suara teriakan riang dan cekikikan bercampur musik terdengar dari ruang tengah mansion. Delilah yang penasaran lalu berjalan hendak turun.

Namun belum sampai ke bawah, ia berhenti di tengah tangga tertegun melihat James tengah berjoget kecil dengan seorang gadis. Gadis itu bahkan berdiri di atas meja sedangkan James menikmati goyangan tubuhnya, berdiri di sebelah meja.

Delilah membuka mulutnya melihat adegan yang belum pernah ia lihat di mansion itu sebelumnya. Mansion Belgenza terkenal sangat nyaman dan sepi, tapi kali ini suara musik dengan keras bergema seolah tengah ada pesta.

Grey tak mau melihat tingkah norak bosnya yang ingin menarik perhatian Delilah. Jadi ia menyudutkan diri sambil mengurut kening agar tak terlihat bahwa ia sesungguhnya frustasi.

Mata James kemudian melihat sasarannya turun dari tangga. Ia menyengir jail lalu merangkul pinggang gadis itu menggendong dan membawanya ke sofa. Gadis berambut pirang yang baru dibeli James dari Dubrich itu terkekeh senang dan mulai menciumi James.

James tersenyum bahagia merengkuh wanita lain di depan Delilah. Ia sengaja hendak memancing kecemburuan. Tapi Delilah hanya memandang aneh pada perilaku James. Ia tidak meneruskan menuruni tangga dan kembali naik ke atas.

Tak mendapat respon yang ia inginkan, James kemudian menyuruh gadis itu untuk melayaninya di Red Room. Dengan senang hati, gadis itu berjalan cepat menaiki tangga. James pun kemudian mengikutinya dari belakang.

Sedangkan Delilah memang belum sempat masuk kembali ke dalam kamar, saat mendengar cekikikan gadis berambut pirang sepertinya ditarik James kemudian mereka berciuman sangat agresif.

"Aww... Tuan Belgenza, tanganmu nakal sekali!" ujar gadis itu dengan genit menggoda James. Delilah hanya berdiri saja di dekat pintu kamar. Ia tengah menyaksikan James meraba tubuh gadis itu dengan leluasa seakan ia adalah barang murahan.

"Masuk ke dalam, Sayang! Dan buka semuanya!" James memukul bokong gadis itu saat menyuruhnya masuk. Gadis itu lalu berjalan ke Red Room sedangkan James sedikit menoleh pada Delilah memberinya tatapan tajam tanpa emosi. Ia kemudian berjalan menyusul gadis asing itu untuk masuk ke dalam kamar.

Delilah hanya diam saja lalu berbalik dan masuk ke dalam kamar. Ia tak mengunci kamar karena tau James pasti takkan menganggunya. Ia akan sibuk dengan gadis-nya dan Delilah dapat beristirahat.

Kamar merah itu cukup jauh dan kedap suara. Delilah tak perlu khawatir akan terganggu suara-suara aneh dari sana. Namun begitu, ia masih tak bisa tidur. Delilah berbaring sendiri seperti biasa tapi pikirannya mulai dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan tentang James.

"Aku rasa Oliver salah. Dia tidak mungkin menyukaiku, dia bahkan membawa gadis lain untuk memuaskannya," gumam Delilah sambil meremas ujung duvet yang lembut

'Apa benar aku harus membunuhnya? Tapi... bagaimana caranya membunuh Tuan J?' tanya Delilah dalam hatinya.

Sementara itu di dalam kamar itu. James sudah mengikat gadis pirang yang ia beli itu seperti biasa. Posisinya juga sudah sangat menggoda tapi James masih duduk dengan kemeja terbuka dan celana masih terpasang. Ia duduk di sofa depan ranjang menyaksikan adegan erotis secara langsung dengan pikiran terbelah.

Tak ada gairah yang naik bahkan saat seluruh kulit tubuhnya dikecup dan diciumi oleh gadis tersebut dalam keadaan telanjang. Suara erangan dan desahan gadis pirang itu mengisi seluruh ruangan karena ia sedang dipasangi vibrator. Dan harusnya James menikmatinya. Tapi tidak... ia tidak menikmatinya sama sekali.

'Apa yang terjadi padaku? Kenapa aku jadi seperti ini?' tanya James mulai khawatir pada dirinya.

James sedianya adalah pria dengan stamina diatas rata-rata. Ia bahkan terbiasa berhubungan intim berjam-jam tanpa jeda dan masih bisa bekerja seperti biasa.

Tapi beberapa bulan ini ia semakin kehilangan gairahnya. James merasa dirinya seperti sedang terkena penyakit. Tapi ia tak tau itu apa. Belum pikirannya yang terbelah karena Delilah membuatnya makin bingung.

Belum pernah sejarahnya ia bosan dengan pertunjukan erotis dari wanita-wanita yang ia bayar. Tapi kali ini, ia meninggalkan seorang wanita mendesah begitu saja di dalam Red Room tanpa menyentuhnya sama sekali.

James masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri sebelum beranjak tidur. Ia malah mengantuk dan ingin segera beristirahat. Setelah mandi dan hanya memakai T shirt dan celana panjang, James malah masuk ke kamar utama. Delilah terlihat sudah tidur menyamping membelakangi James.

James kemudian mendekati ranjang dan malah masuk ke dalam selimut yang sama. Perlahan ia mendekat dan hendak mendekap Delilah sambil tidur. James memindahkan beberapa helai rambut dan menempelkan hidung di dekat tekuk Delilah lalu memejamkan mata. Sambil tersenyum, ia memeluk Delilah dengan lembut dan tertidur tak lama kemudian seakan tak ada masalah diantara mereka sebelumnya.

Pagi hari, Delilah terbangun dengan perasaan aneh. Ia kaget saat melihat sebuah lengan melingkar di pinggang dan tubuhnya tengah dipeluk seseorang. Ia kaget dan tersentak bangun melepaskan dirinya dari dekapan James yang masih terlelap. James jadi ikut bangun karena gerakan yang tiba-tiba.

"Apa yang kamu lakukan disini, Tuan J!" hardik Delilah masih duduk diatas ranjang memandang James dengan kening mengernyit kesal. James menguap beberapa kali lalu membuka mata dan melihat pada Delilah.

"Kenapa kamu membangunkanku. Ini masih pagi!" keluh James tanpa menjawab pertanyaan Delilah.

"Kenapa kamu memelukku! Kenapa kamu ada disini!" suara Delilah makin memekik menggemaskan. James malah makin menekan punggungnya ke ranjang dan merentangkan sebelah tangannya mencoba meraba pinggang Delilah. Delilah menepis tangannya agar tak menyentuh.

"Ayolah, Candy. Kamu tidur diranjangku. Tentu saja aku boleh memelukmu!"

"Bukankah kamu tidur di kamar lain dengan wanita lain!" James menyengir.

"Kamu cemburu ya?"

"Tidak! Jangan menyentuhku!" hardik Delilah lagi terus menepis tangan James yang mencoba memegangnya beberapa kali.

"Bilang saja kamu cemburu!"

"Untuk apa aku cemburu padamu!"

"Karena aku membawa wanita lain tidur denganku."

"Kamu pria yang menjijikkan, Tuan J. Kamu tidur dengan wanita lain lalu memelukku. Kamu pikir aku wanita murahan!" hardik Delilah makin keras. James terdiam dan terus memandang Delilah yang terlihat marah padanya. Delilah lalu bangun dari ranjang dan James mulai ikut bangun kelabakan ingin menjelaskan pada Delilah.

"Jangan marah, Candy. Aku tidak menyentuh wanita itu. Kalau tidak percaya tanya saja dia, aku rasa dia masih di RedRoom," ujar James mulai ikut berdiri dari ranjang.

"Itu bukan urusanku. Lagipula aku takkan pernah mau masuk ke kamar neraka itu lagi!" James mendengus kesal dan membuang wajahnya. Pagi-pagi ia sudah disuguhi perdebatan dengan Delilah.

"Candy..."

"Cukup... keluar dari sini!" James menaikkan alisnya. Delilah kini berani mengusirnya.

"Kamu mengusir aku dari kamarku sendiri?" James balik bertanya dengan wajah heran.

"Iya. Jika kamu tidak mau pergi, aku yang akan keluar. Aku tidak sudi satu kamar apalagi satu ranjang denganmu." Delilah kemudian membuka pintu dan hendak pergi tapi tangan James kemudian menghalangi dengan memegang lengannya.

"Tunggu dulu. Aku bisa jelaskan apa yang aku lakukan. Semalam itu..."

"Aku tidak perduli perjelasanmu. Keluar atau aku yang keluar!" James terdiam memandang wajah Delilah yang memerah.

"Oke. Aku akan keluar." James kemudian melangkahkan kakinya dan langsung berbalik berharap Delilah mengubah keputusannya tapi tangan Delilah lebih cepat menutup pintu tepat di wajah James.

"Candy... Candy, aku minta maaf. Buka pintunya, Candy!" ujar James mengetuk pintu kamarnya sendiri. James mengetuk beberapa kali tapi Delilah tak merespon.

Dulu ia bahkan akan menghancurkan pintu jika Delilah tak membuka, tapi pagi ini ia kehilangan selera untuk memaksakan kehendak. Dan Grey hanya bisa menggelengkan kepala melihat Tuannya diusir dari kamar pribadinya oleh seorang gadis. Gadis yang telah mengendalikan hatinya.